NARA-36

29.2K 1.3K 109
                                    

Happy Reading ❤










"Pak Nathan mengalami amnesia."

"Amnesia?" Beo Clara.

"Ya, karena pak Nathan mengalami benturan atau cedera yang cukup parah di bagian kepala. Sehingga ia mengalami amnesia Retrograde."

"Apa itu amnesia Retrograde?"

"Amnesia Retrograde yaitu amenesia dimana paseien tidak melupakan semua memorinya. Hanya beberapa memori ingatan yang ia lupa, mungkin beberapa memori ingatan sebelum ia mengalami kecelakaan."

"Apa Nathan bisa sembuh?" Tanya Clara.

"Bisa, tapi akan memakan waktu yang lama. Kita tidak bisa memaksakan pak Nathan untuk mengingat masa lalunya. Biarkan saja ingatannya kembali dengan sendirinya."

"Baik. Terima kasih dokter."

"Sama-sama. Saya harap anda bisa lebih bersabar lagi, saya yakin ingatakan pak Nathan akan kembali secepatnya."

Clara bersandar di dinding depan ruang dokter yang menangani Nathan tadi. Ia menghela napas pelan.

Secepat itukah Tuhan merebut kebahagiannya? Di hari itu Nathan baru saja menyatakan cintanya, akan tetapi di hari itu juga Tuhan merebut Nathan darinya. Apa ia tak pantas untuk merasakan kebahagiaan? Apa ia tak pantas untuk di cintai? Clara tertawa, ya ia tak pantas. Jangankan Nathan, ayahnya saja pergi meninggalkannya dan tak pernah kembali lagi.

"Clara."

Clara tersenyum saat melihat Aryan berjalan kearahnya.

"Dokter ngomong apa?"

"Nathan amnesia." Sahut Clara.

"Udah aku tebak tadi, soalnya tingkah pak Nathan beda banget dari biasanya." Ia menatap Clara yang hanya bisa tertunduk sedih. Diraihnya pundak Clara dan disentaknya pelan agar gadis itu mendongak menatapnya.

"Mulai hari ini jadi Clara yang lebih kuat dari sebelumnya. Saya memang baru muncul dalam kehidupan kamu dan pak Nathan, tapi saya bisa menebak kalau dulu pak Nathan selalu menindas kamu. Berjanji sama saya, kamu nggak bakalan lemah saat ditindas sama pak Nathan lagi." Ucap Aryan.

"Aku takut Aryan, aku nggak pernah balas apa yang orang perbuat ke aku. Lebih baik Tuhan saja yang membalas."

"Saya nggak nyuruh kamu untuk membalas perbuatan mereka. Saya hanya bilang kamu harus lebih kuat sekarang, jangan mau di tindas begitu saja. Lawan mereka dengan kata-kata, kamu pahamkan maksud saya?" Tanya Aryan, ia tertawa geli saat melihat Clara yang terlihat bimbang.

"Kamu tenang saja, Aryan bakalan selalu disisi Clara. Jadi, Clara nggak perlu takut, oke?"

Clara menatap Aryan dan tersenyum. "Oke."

Aryan menghela napasnya, "Dan juga... Sebelum saya kesini saya melihat pak Nathan bersama seorang wanita, mereka mesra sekali. Meskipun si wanitanya yang lebih agresif. Siapa wanita itu?"

"Dia Rosi, mantan kekasihnya Nathan. Jauh sebelum Nathan berubah menjadi baik sama aku, mereka pacaran. Tapi... Nathan mutusin dia, terus dia nggak terima."

"Hah, dia tidak bisa menerima kenyataan. Tandanya dia kurang laku, takut jadi... Apa itu? Aduh saya lupa istilah orang indonesia. Apa yah? Jumlo? Jemblo? Jumyeon? Jumbo? Aduh kenapa saya lupa?"

"Hahahahaha, jomblo! Kamu ada-ada aja deh Aryan." Clara tertawa hingga matanya menyipit.

Diam-diam Aryan mengamati wajah Clara yang terlihat lebih ceria. Setelah sebulan ia hanya melihat wajah Clara yang murung, kini ia bisa melihat senyuman manis dari gadis cantik itu.

"Clara, kamu harus selalu bahagia."

"Aku bahkan nggak pernah ngerasain bahagia yang kamu maksud."

"Suatu hari nanti, kamu pasti akan merasakan."

Clara menghela napas. "Aku harap."

Aryan menarik Clara dalam dekapannya, dipeluknya Clara sambil mengusap rambutnya penuh sayang.
Clara membulatkan matanya, ia tak membalas pelukan Aryan.

"Saya bakalan selalu lindungin kamu Clara, ini janji saya."

*****

Sebelum Clara membuka pintu, Aryan sudah memberinya wejangan supaya ia lebih tegas dari biasanya.

"Memangnya kamu mau ditindas terus? Kamu nggak capek dari awal cerita sampai sekarang selalu ditindas? Jadi sekarang, kamu harus ngelawan mereka. Kamu paham?"

Clara mengangguk. "Aku paham."

Dibukanya pintu kamar Nathan dan ia tercengang saat melihat Rosi bergelayut manja pada Nathan, sedangkan pria itu fokus pada tayangan yang ada di tv. Merasakan kehadiran orang lain, Nathan mengalihkan pandangannya. Raut wajahnya berubah saat melihat Clara berdiri tak jauh darinya.

"Ngapain lo disini? Pulang sana." Usir Nathan.

Clara menatap Aryan yang berdiri disampingnya, sedangkan pemuda itu hanya mengangkat alisnya seakan memberi kode pada Clara. Clara mengepalkan tangannya, ia menatap Nathan dingin.

"Emangnya kenapa kalau aku disini? Apa hak kamu ngusir aku? Kamu harus ingat Nathan, meskipun kamu nggak suka sama kehadiran aku, aku bakalan tetap disini buat jagain kamu. Ini sudah jadi tugas aku sebagai istri kamu." Tegas Clara.

Rosi yang mendengar kata-kata Clara bangkit dan bersidekap dada. "Lo nggak perlu ngelakuin tugas lo itu, biar gue aja yang ngerawat Nathan. Kan gue pacarnya Nathan, sedangkan lo? Cuma istri yang nggak di harapkan."

Clara tersenyum mengejek. "Dasar nggak punya malu."

Rosi menatap Clara marah, "Apa maksud lo ngomong kayak gitu?!"

"Kamu pikir aja, siapa coba perempuan yang dengan bangganya ngomong kayak kamu. Pacar? Oke, kamu memang pacarnya. Tapi kembali sama kenyataan yang ada, saya yang jadi istrinya Nathan. Bukan kamu."

Rosi maju mendekati Clara, tapi ia cukup terkejut saat melihat Clara tak mundur dan menatapnya takut seperti sebelumnya.

"Mulut lo itu emang mesti di kasi pelajaran!"

Rosi mengayunkan tangannya pada Clara, tapi di luar dugaan. Clara menangkan tangannya dan memelintirnya.

"Akhh...." Ringis Rosi.

"Dulu-dulu saya cuma diam saat ditindas sama kamu Rosi. Tapi, saya juga capek. Sekali-kali saya harus ngeladenin kamu. Kalau nggak, kamu bakalan nggak tahu diri, kayak sekarang ini." Clara menyentakkan tangan Rosi, lalu menatap Nathan yang terdiam dan terus menatapnya.

"Mending lo pergi sebelum kesabaran gue habis Clara." Tekan Nathan.

"Nggak mau."

"Pergi Clara!!"

"KALAU AKU BILANG NGGAK YA NGGAK NATHAN!!" Bentak Clara, yang membuat Nathan terkejut. Begitupula dengan Aryan yang terlalu fokus pada pembicaraan ketiganya, tersentak kaget.

"Perempuan sialan!!" Nathan bangkit dari tempat tidurnya, ia bahkan mencabut infusnya.

Ia mendekati Clara yang terus menatapnya, ditatapnya Clara tajam.

"Lo keterlaluan, Clara."

"Nggak kebalik? Kamu yang keterlaluan Nathan!"

Nathan menggeram kesal, ia mengayunkan tangannya pada Clara. Clara memejamkan matanya, ia mengernyit saat tak merasakan sakit di pipinya. Perlahan ia membuka matanya, dan terkejut saat Aryan kini berada disampingnya dan menahan tangan Nathan.

"Sampai tangan kamu menyentuh kulit Clara, saya tidak akan berpikir dua kali untuk membunuh kamu."

































Jangan lupa untuk vote dan komen ❤

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang