Happy Reading ❤❤
Calum duduk di kursi kebesarannya sambil menatap data yang di berikan seseorang padanya.
"Kondisi nona baik-baik saja. Hubungan dengan suaminya juga mulai membaik. Kandungannya juga sehat."
Calum tersenyum sambil mengangguk puas.
"Bagus."
"Tapi tuan...."
Calum menatap pemuda di depannya ini, mata tajamnya menyorot pemuda itu dingin.
"Tapi?" Beo Calum.
"Sepertinya ada orang yang berusaha mencalakai nona."
"Siapa orang itu?"
"Kekasih dari suami nona."
"Ck.... Perempuan yang ber-makeup tebal itu? Cih... Cari mati dia. Awasi perempuan itu, sampai dia menyentuh adikku seujung kuku saja, kamu singkirkan dia. Siapapun orang yang berani menyakiti adikku, hancurkan dia, sehancur-hancurnya." Sahut Calum dingin.
"Kamu boleh pergi." Calum mengibaskan tangannya, mengisyarakatkan agar pemuda itu pergi.
"Saya permisi."
Calum membalikkan kursinya menatap ke arah pekarangan rumahnya yang luas. Diliriknya bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya.
Seorang anak laki-laki yang menggendong bayi perempuan cantik. Senyum Calum terbit begitu saja.
"Sedikit lagi, kakak bakalan jagain kamu langsung. Nggak pake perantara kayak gini." Lirihnya. Ia berbalik saat seseorang mengetuk pintunya.
"Masuk."
Seorang maid berjalan menunduk.
"Maaf tuan muda. Tuan besar ingin bertemu dengan anda di ruangan pribadi tuan besar. Tuan besar bilang, tolong bawa berkas-berkas penting milik nona."
Calum mengangguk dan mengisyarakan maid itu untuk keluar dari ruangannya. Calum menghela napas, ia meraih sebuah map hijau dan berjalan menuju tempat ayahnya berada.
Seorang pria paruh baya sedang membaca buku sambil sesekali menyeruput teh herbalnya.
Ketampanannya masih tercetak jelas meskipun usianya tak lagi muda. Ia mendongakkan kepalanya saat seseorang yang tak tahu sopan santun masuk begitu saja. Ia tersenyum tipis sambil menggeleng pelan saat melihat putranya masuk.Calum duduk dihadapan ayahnya sambil menyerahkan map itu kepada pria paruh baya itu.
"Bagaimana kabarnya?"
"Dia baik. Hubungan dengan suami keparatnya juga baik."
Pria paruh baya itu tertawa, "kau sangat membenci adik iparmu yah?"
"Hmm... Sampai-sampai aku ingin meremukkan wajahnya. Demi Tuhan ayah, aku sangat ingin memisahkan mereka berdua, aku tidak setuju adik manisku menikah dengan pria tak tahu diri sepertinya."
"Kamu harus belajar untuk menerima takdir Calum."
"Hmmm... Dan kapan ayah akan mengakui semuanya?"
"Belum saatnya."
"Ck... Ayah selalu mengatakan ini! Lihat sekarang, masa depan dia hancur ayah!!"
"Ayah tahu, dan ini semua salahku. Tapi belum saatnya aku muncul, dia pasti akan membenciku."
"Dia tidak mungkin membencimu! Kau punya alasan untuk melakukan semua ini."
"Aku tahu, tapi untuk sekarang kita cukup mengawasi dia." Pria itu meraih sebuah bingkai foto, menatap foto seorang gadis yang tersenyum manis. Di bawah foto itu tertera jelas nama gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
NARA (TERBIT)
RomanceJudul awal: Mommy Clara Larasati, gadis sembilan belas tahun yang harus menerima nasib dihamili oleh Nathan William Chance, seorang artis terkenal. Keduanya terpaksa menikah untuk menutupi aib yang bisa merusak nama baik Nathan. Setelah pernikahan t...