Happy Reading ❤
Nathan mendudukkan tubuhnya, kini ia berada di apartemen miliknya. Menatap pemandangan kota Jakarta yang mulai menggelap. Pikirannya kembali pada kejadian sore tadi saat ia melihat mama Olin yang terlihat seperti Clara.
Nathan mengusap wajahnya, ia tersenyum.
"Gue emang bodoh." Gumamnya, ia meraih foto Clara yang selalu ia simpan di laci meja kerjanya.
"Ra, aku kangen. Maafin aku Ra, maaf."
Flashback on....
Nathan memijat kepalanya yang semakin pusing, ini karena Aryan memukulnya terlalu keras.
"Aryan bego! Udah tahu gue baru keluar dari rumah sakit malah dihantam ni kepala gue. Ck...." Nathan berdecak, ia mencoba bangkit dari tempat tidurnya namun pusing semakin melandanya.
Seperti sebuah film yang terputar diotaknya. Kejadian-kejadian yang ia alami bersama Clara semuanya muncul di ingatannya.
Nathan memegang kepalanya yang seakan mau pecah, penglihatannya mulai berkunang hingga tubuhnya ambruk begitu saja.
Nathan mengerjapkan matanya, mencoba melawan rasa pusing yang kini mulai berkurang. Ia menatap sekeliling, dan bernapas lega karena ia masih di kamarnya.
Ia melihat seorang gadis berambut pirang, yang tengah menunduk. Pria itu tersenyum kecil.
"Ra!" Panggil Nathan.
Wanita itu mendongak, membuat Nathan mengerutkan keningnya.
"Rosi? Ngapain kamu disini? Clara mana?" Tanya Nathan.
Rosi menatap Nathan tak suka, "ngapain kamu nyariin dia? Bukannya kamu udah ngusir Clara?"
Tubuh Nathan membatu, ia kembali mengingat saat bagaimana perlakuannya pada Clara beberapa waktu yang lalu. Saat dimana ia dengan teganya mengusir Clara, mengatai istrinya itu pembunuh. Nathan menggeleng pelan.
"Bodoh." Gumamnya.
"Kamu kenapa sih Nat?"
Nathan menatap Rosi, "aku udah ingat semuanya Ros. Hahahaha... Aku bodoh, aku pria paling bodoh." Nathan meremas rambutnya.
"Aku harus cari Clara, aku harus cari dia. Dia pasti masih ada di sekitar sini." Seperti orang yang linglung Nathan mencoba bangkit, namun di tahan oleh Rosi.
"Nathan kamu baru aja sadar!!"
"Aku harus cari Clara Ros! Kalau ada yang jahatin dia gimana?!" Bentak Nathan.
"Nathan, bahkan tanpa kamu sadari, kamu udah nyakitin dia. Udah, kamu istirahat aja dulu. Aku yakin Clara aman, Aryan pasti ngejar dia."
Aryan....
"Saya harap Tuhan mengabulkan doa saya untuk mengembalikan ingatan kamu Nathan. Supaya hanya ada rasa penyesalan dalam diri kamu. Satu lagi, jika kamu menyesal nanti jangan pernah berpikir untuk mencari Clara. Karena saya adalah orang pertama yang akan menghancurkan kepala kamu itu."
Nathan kembali mengingat perkataan pria itu. Bahunya merosot, ia yakin Aryan pasti akan membuktikan kata-katanya itu. Tiba-tiba ia teringat amplop yang diberikan oleh Aryan. Ia meletakkan amplop itu di laci mejanya.
"Rosi, tolong kamu ambilin aku amplop yang ada laci meja itu."
"Oke."
Rosi memberikan amplop berwarna cokelat itu pada Nathan. Pria itu mengernyit saat menemukan sebuah flashdisk, tape recorder dan secarik kertas, ia mulai membaca tulisan di kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA (TERBIT)
RomanceJudul awal: Mommy Clara Larasati, gadis sembilan belas tahun yang harus menerima nasib dihamili oleh Nathan William Chance, seorang artis terkenal. Keduanya terpaksa menikah untuk menutupi aib yang bisa merusak nama baik Nathan. Setelah pernikahan t...