NARA-17

41.3K 1.6K 40
                                    

Happy Reading ❤









Dokter wanita itu tersenyum geli saat melihat Clara yang mengerucutkan bibirnya dan Calum yang kini duduk di sebelah Clara. Pria itu menatap Clara lalu terkekeh pelan. Dokter itu mulai memeriksa kandungan Clara menggunakan alat USG.

"Nah ini janinnya." Dokter tersebut menunjuk layar monitor.

"Pertumbuhan janinnya sangat bagus. Ini masih sangat kecil, dalam tahap ini sering terjadi kasus keguguran. Saya harap ibu Clara menjaga kandungannya dengan baik."

"Baik dok." Jawab Clara.

"Mari ikut saya." Dokter itu berjalan menuju mejanya, ia menuliskan sesuatu.

Calum membantu Clara untuk bangun, menuntun wanita. Mereka duduk di hadapan sang dokter.

"Clara, kondisi janin kamu sangat sehat, tapi kamu jangan banyak pikiran, terus perbanyak makan sayuran dan buah-buahan."

"Iya dokter."

"Ini vitamin yang harus kamu makan, ada pil penambah darah juga disana. Kamu bisa menebusnya di apotik."

"Terima kasih dok. Kalau begitu saya permisi." Clara bangkit disusul oleh Calum yang hanya tersenyum pada dokter tersebut dan melangkah mengikuti Clara.

Kini mereka sedang mengantri obat, Clara menyadari banyak pasang mata menatap ke arah mereka. Maksudnya ke arah Calum, dan itu membuatnya risih. Bukan karena ia cemburu, tapi ia tak suka jadi pusat perhatian.

"Kak Calum balik aja sana. Aku pulangnya naik taksi." Usir Clara.

"Ehh... Nggak bisa gitu dong."

"Kok nggak bisa?" Tanya Clara heran.

"Iyalah, masa aku nganterin kamu terus aku tinggalin kamu begitu aja."

Clara terdiam, ia kembali mengingat saat Nathan menurunkannya begitu saja. Membiarkannya kepanasan, sungguh pria itu tidak memiliki hati. Entah apa yang Nathan lakukan disana.

Nathan memarkirkan mobilnya di halaman rumah Rosi. Saat ia berada di depan pintu rumah gadis itu, ia tidak langsung masuk begitu saja. Andai yang ia datangi adalah Seno mungkin tidak masalah masuk begitu saja tanpa permisi, tapi ini beda. Sangat tidak sopan jika ia masuk begitu saja. Untuk itu, Nathan berinisiatif menelpon kekasihnya. Pada deringan pertama Rosi langsung mengangkatnya.

"Halo...." Sahut Rosi.

"Sayang, aku udah di depan." Ucap Nathan.

"Kamu langsung masuk aja, nggak di kunci kok."

Nathan mematikan panggilannya, ia lalu menekan knop pintu rumah Rosi. Ia memasuki rumah mewah Rosi yang terasa sepi seakan tak berpenghuni.

"Sayang...."

Nathan yang sedang memeriksa obat yang ia bawakan untuk Rosi refleks mendongak dan mendapati kekasihnya itu sedang berjalan ke arahnya dengan keadaan telanjang.
Mata Nathan membulat, kini Rosi telah berdiri di hadapannya. Wanita itu tersenyum menggoda sembari mengalungkan tangannya pada leher Nathan. Ia menempelkan tubuhnya pada Nathan dan mendesah pelan, seakan menandakan ia telah siap apabila Nathan ingin melakukan lebih.

"Bukannya kamu sakit?" Tanya Nathan.

Rosi cekikikan, lalu menggesekkan hidungnya pada Nathan. "Aku nggak sakit sayang." Jawab Rosi pelan.

Mata Nathan membola.... "Jadi kamu bohongin aku?"

"Sengaja."

"Kenapa?" Tanya Nathan datar, entah mengapa ia merasa kesal pada kekasihnya itu.

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang