NARA-54

27.8K 1.3K 76
                                    

Happy Reading ❤









Clara masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, disusul Aryan. Sedangkan Olin berada di jok belakang, ia tertidur pulas. Aryan hanya diam, tidak berniat untuk menyalakan mesin mobilnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Clara.

"Maaf."

"Buat?" Clara mengerutkan kening.

"Udah ngaku-ngaku jadi tunangan kamu."

"Nggak papa." Clara menatap keluar jendela dan mengulum bibirnya.

"Ra...."

"Hm." Clara menatap Aryan yang kini menatapnya sayu.

"Soal lamaran aku. Jawaban kamu masih tetap sama?" Tanya Aryan.

Clara mengangguk pelan. "Maaf Aryan."

"Sedikitpun kamu nggak bisa buka hati kamu buat aku Ra?"

"Aryan maaf. Sampai sekarang aku masih berusaha untuk lupain Nathan, dan ternyata nggak gampang, susah banget. Lagipula aku sudah berjanji hanya akan mencintai dua pria dalam hidupku. Satu papaku, dan satunya...." Clara tak melanjutkan ucapannya, ia menghela napas dan menatap Aryan menyesal.

"Sekali lagi maaf Aryan."

"Nggak papa Ra. Aku ngerti." Lirih Aryan.

"Aku berasa jahat banget sama kamu Aryan."

"Nggak usah ngomong kayak gitu Ra. Santai aja, empat tahun nunggu jawaban kamu itu belum seberapa kok."

"Maaf Aryan." Lirih Clara.

"Ra, sekali lagi kamu ngomong maaf. Aku cium."

Refleks Clara menutup mulutnya lalu menatap Aryan horor.

"Yang ngajarin kamu ngomong kayak gitu siapa?"

"Aku baca cerita-cerita yang ada di wattpad. Rata-rata yang ngomong kayak gitu, pasti ganteng. Karena kebetulan aku ganteng yaudah aku praktekin di kamu." Jawab Aryan nyengir.

"Bego!!"

*****

Aryan memasuki rumahnya dan menemukan Rosi yang fokus menonton tv. Ia berjalan ke arah gadis itu lalu duduk di sebelahnya.

Rosi yang merasakan pergerakan disebelahnya refleks berbalik.

"Lo kenapa?" Tanya Rosi, ia mengernyit saat melihat wajah lesu Aryan.

"Nggak papa."

"Lo sakit?" Refleks Rosi memegang jidat Aryan namun di tepis pria itu.

"Bukan mahrom."

"Terserah!! Sana jauh-jauh. Jangan duduk dekat gue." Ketus Rosi.

"Sejak kapan yah, pembantu ngusir majikannya? Nggak kebalik tuh?" Sindir Aryan.

Rosi mengabaikan Aryan ia kembali fokus pada tayangan di tv. Namun tubuhnya menegang saat Aryan tiba-tiba berbaring dan menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Pala lo berat! Singkirin!" Ketus Rosi.

"Bentaran doang Ros, gue capek."
Lirih Aryan sambil memejamkan matanya.

"Karena Clara?" Tanya Rosi.

Aryan membuka matanya, ia menatap Rosi yang ternyata juga sedang menatapnya. "Kok lo ngomong kayak gitu?"

"Karena...."

Empat tahun yang lalu....

Rosi melirik jam yang ada di dinding, sudah pukul dua belas malam. Namun Aryan tak kunjung pulang.

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang