Happy Reading ❤❤
Senyum tak pernah luntur dari bibir tipis Clara. Bagaimana tidak, ini kali pertama ia disebut cantik oleh Nathan. Jika Clara kembali mengingat perkataan Nathan tadi, ia tak bisa menahan rasa malu sekaligus senangnya.
Nathan yang terlihat tampan dengan kemeja hitam itu melirik Clara yang sedari tadi tersenyum lebar hanya bisa menggeleng pelan.
"Gusi lo bisa kering kalau lo nyengir mulu. Mana jendela mobil gue lo buka, ck... Segitu besarnya yah efek gue ngatain lo cantik." Nathan menatap Clara heran.
"Haruslah. Ini pertama kali ada orang lain selain kak Juan yang bilang aku cantik. Kan aku jadi gr, Nat." Jawab Clara dengan ekspresi polosnya.
Juan... Nama itu, mampu membuat Nathan terdiam. Namun ia langsung tersenyum saat melihat ekspresi wajah Clara. Sepolos itukah wanita yang kini menjadi istrinya itu. Ia kembali melirik Clara yang kini melihat ke arah jendela menatap keramaian ibu kota. Sesekali mengusap perut ratanya. Nathan menjadi dilema, kilasan ingatan saat ia melakukan perbuatan kejinya pada Clara kembali terputar. Rasa bersalah kembali menjalar di hatinya, harusnya ia tak berbuat jahat pada Clara. Harusnya ia yang dibenci oleh gadis itu, bukan malah ia yang membenci Clara.
Apakah ia harus memperbaiki hubungannya dengan Clara? Tapi bagaimana dengan Rosi? Demi Tuhan Nathan bingung, apa yang harus ia lakukan. Ia sangat mencintai Rosi dia tak rela meninggalkan Rosi begitu saja, disisi lain ia tak ingin menyakiti Clara lebih jauh lagi.
Nathan memarkirkan mobilnya, ia mengumpat saat melihat banyak wartawan di luar sana. Seakan menunggu dirinya.
"Sial!"
Clara menatap Nathan dengan tatapan bingung.
"Kenapa?"
"Lo nggak liat diluar sana banyak wartawan?"
"Terus?"
"Gue lagi malas ngoceh. Mending kita cari restoran lain aja."
"Bukannya kamu emang artis? Seburuk apapun mood kamu, kamu harus meladeni mereka. Tanpa mereka kamu nggak akan terkenal Nat." Sahut Clara.
Nathan menatap Clara lamat. "Jadi lo nyuruh gue buat turun dari mobil, pasang topeng kalau gue seneng ketemu sama mereka terus ngobrol-ngobrol cantik. Gitu?" Tanya Nathan dengan ekspresi masamnya.
"Buk... Bukan gitu Nat, nggak perlu ngomong, kamu cukup senyum, nggak papakan? Lagian, kamu bakalan rugi dong, udah booking meja terus nggak jadi makan. Kalau aku liat-liat restoran ini mahal, pasti kamu ngeluarin uang banyak. Iyakan?"
"Ck.... Yaudah ayo. Tapi, lo mesti akting kalau lo bahagia sama pernikahan ini."
Clara hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Nathan menghela napas panjang, ia terlebih dahulu keluar dari mobil dan bergegas membukakan pintu mobilnya untuk Clara. Ia mengulurkan tangannya pada Clara yang disambut oleh gadis itu.
Kilatan cahaya dari kamera menyapa mereka berdua, pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan dan hanya dibalas senyuman oleh keduanya. Clara sangat pandai berakting, ia merangkul lengan Nathan manja seakan ia sangat bahagia berada di dekat pria itu.
"Nathan apa kamu sudah putus dari Rosi? Berhubung pernikahan kalian berdua sangat mendadak."
Nathan berhenti, ia menatap wartawan wanita itu sambil memasang senyum manis.
"Sekarang kami hanya sebatas teman." Terang Nathan.
"Boleh kami tahu apa yang membuat anda memilih Clara? Sedangkan jika ditelisik lebih jauh Rosi lebih dari dia."
Nathan menatap tajam wartawan itu, ia menggenggam jemari Clara erat.
"Pertanyaan macam apa itu? Saya pikir anda salah satu orang yang tak senang dengan pernikahan saya."
"Buk... Bukan seperti itu."
"Saya menikahi Clara karena dia jauh lebih baik dari semua wanita yang saya kenal. Permisi, istri saya sedang hamil muda. Bisa-bisa dia muntah di wajah anda jika dia terus mendengar pertanyaan unfaedah dari anda."
Jangan lupa untuk vote dan komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA (TERBIT)
RomanceJudul awal: Mommy Clara Larasati, gadis sembilan belas tahun yang harus menerima nasib dihamili oleh Nathan William Chance, seorang artis terkenal. Keduanya terpaksa menikah untuk menutupi aib yang bisa merusak nama baik Nathan. Setelah pernikahan t...