NARA-47

28.4K 1.8K 442
                                    

Happy Reading ❤








Aryan mengendarai mobilnya dengan perasaan gusar. Entah kenapa ia sangat ingin kembali, diliriknya William papa dari Nathan yang terlihat tenang sambil menatap jalan raya.

"Kamu kenapa lirik-lirik saya Aryan?" Tiba-tiba saja William berbalik dan menatapnya lurus.

"Ehh itu pak, saya... Kepikiran sama Clara." Jawabnya, ia berkata jujur entah kenapa ia merasa khawatir pada gadis itu.

"Kamu mikirin menantu saya Aryan?"

"Iya pak."

William tersenyum. "Kamu suka sama Clara?"

Aryan terdiam lalu tiba-tiba tersenyum saat membayangkan wajah Clara yang memberenggut kesal.

"Suka."

William terkejut mendengar jawaban yang terkesan jujur dari pria disampimgnya ini.

"Saya sayang sama Clara seperti saudara saya sendiri." Lanjut Aryan, ia terkekeh pelan saat melihat ekspresi bosnya itu.

"Tapi perasaan orang bisa berubah kan pak?" Tanya Aryan yang diangguki pria paruh baya itu.

"Mungkin saja hari ini saya menganggap Clara saudara. Tidak tahu besok, tunggu Dilan meramalnya."

"Hahahaha... Kamu ini. Tapi bisa jadi masalah besar kalau kamu suka sama Clara. Nathan jadi punya saingan."

Aryan hanya tersenyum, pria paruh baya ini tidak tahu seperti apa perlakuan putranya pada Clara.

"Jadi kenapa kamu belum menikah? Saya pikir usia kamu sudah matang untuk melakukan hal tersebut."

"Usia saya memang matang pak, tapi... Nyari perempuannya yang susah. Zaman sekarang perempuan itu mandang materi, meskipun prianya ganteng kayak saya tapi kalau mereka tidak punya uang para gadis juga tidak akan melirik." Tutur Aryan.

William tertawa renyah, "jadi wanita seperti apa yang menjadi idaman kamu?"

"Saya suka perempuan yang bersikap keibuan, sederhana, manis, bisa menerima saya apa adanya dan tentunya...." Aryan tersenyum geli.

"Jidatnya nggak lebar." Sambungnya.

"Kamu ada-ada aja Aryan. So, do you have girlfriend?"

"No, i don't have."

"Kenapa?"

"Saya belum menemukan perempuan yang memang membuat saya tertarik lebih jauh. Untuk usia seperti saya, bukan waktunya lagi untuk pacaran. Kalau saya menemukan wanita yang tepat dan dia juga serius, yasudah saya nikahi. Saya tidak ingin menyakit hati perempuan pak, dengan memberikan mereka janji pernikahan dan ternyata saya menikahi wanita lain. Saya tidak ingin seperti itu."

"Dan tidak ada satupun perempuan yang mendekati kriteria kamu?"

"Ada. Clara." Jawabnya lugas. Aryan tetap fokus pada jalan di depan.

"Bapak akan merestui saya menikahi Clara kalau misalnya mereka berdua bercerai?" Aryan menatap William.

"Kenapa kamu berkata seperti itu?"

"Hubungan mereka semakin memburuk. Bahkan pak Nathan ingin menceraikan Clara, saya hanya sedikit kecewa. Pak Nathan yang membuat Clara seperti sekarang, namun ia bersikap layaknya binatang. Tidak punya etika terhadap perempuan."

William terdiam mendengar perkataan Aryan. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering.

"Nathan?" Ia menggeser tombol hijaunya.

"Halo, Nathan? Ada apa?"

"Papa bisa pulang sekarang?"

"Ada apa Nathan? Kok suara kamu serak begitu?"

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang