NARA-46

30.9K 1.7K 418
                                    

Happy Reading ❤







Clara menatap Rosi yang kini bersandar pada Nathan sambil membaca sebuah majalah. Semalam ia mengizinkan Rosi dan Juan menginap karena mereka sedang menunggu mobil Juan yang sedang di perbaiki. Dan lagi pula Aryan sangat tidak sudi mengantar kedua orang itu kembali ke rumah masing-masing.

Clara ingat betul kata-kata Aryan saat ia meminta tolong untuk mengatar Rosi dan Juan pulang.

"Emang mereka mau bayar berapa? Pake jasa aku nggak gratis loh, pak William aja gaji aku enam ratus juta selama satu tahun. Mereka sanggup gak? Bayar bodyguard tampan, ganteng, alay, imut dan pintar seperti saya buat nganterin mereka pulang." Aryan memasang tampang pongahnya. 

Suara Rosi tiba-tiba memecah keheningan diantara ketiganya. Karena Aryan sedang keluar dan Juan pergi rumah sakit karena ia ada operasi jam sepuluh nanti.

"Sayang."

"Ya, kenapa?" Tanya Nathan namun tatapannya tetap fokus pada tayangan yang ada di depannya.

"Nathan liat aku!!" Bentak Rosi. Refleks saja Nathan menatap Rosi yang ada disampingnya.

"Kenapa?" Nathan mengulang pertanyaannya.

"Usia kandungan dia sudah sembilan bulan, setelah dia melahirkan nanti kamu beneran akan ceraiin dia kan?"

Nathan terdiam, ia melirik Clara yang duduk tak jauh dari mereka. Gadis itu seakan tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Rosi, ia tetap fokus pada serealnya.

"Nathan kok diam aja sih? Terus ngapain juga kamu natap dia. Tatap aku aja." Rosi memalingkan wajah Nathan lalu dengan kurang ajarnya ia melumat bibir pemuda itu.

BRAK!!!

Nathan mendorong pelan tubuh Rosi agar gadis itu melepaskan ciumannya. Ia kembali menatap Clara yang kini fokus membaca novelnya. Ia bisa melihat ada sedikit guratan yang menonjol di wajah Clara tanda wanita itu sedang menahan emosinya.

"Lo kalau cemburu pergi aja sana. Daripada makan hati liat gue mesra-mesraan sama Nathan." Sahut Rosi dengan ekspresi seakan mengejek Clara.

Clara tak menggubrisnya ia tetap fokus pada novel yang sedang ia genggam. Namun Rosi, sepertinya wanita itu sangat ingin merasakan pukulan cinta dari Clara. Karena perempuan itu tidak berhenti mengoceh.

"Yah... Namanya juga perempuan udik kayak lo pasti nggak ada malunya. Lo udah berasa kayak ratu disini. Jadi gue yakin meskipun lo udah lahiran nanti lo bakalan maksa supaya Nathan nggak cerain lo. Padahal anak yang lo kandung itu bisa dibilang anak haram sih. Nathan, kamu nggak pernah mikir kalau dia itu cuma pura-pura hamil anak kamu? Kali aja dia hamil anak orang lain terus kamu yang kena imbasnya."

Clara mendongak, tanpa pikir panjang ia melemparkan Rosi novelnya dan berhasil mengenai kepala gadis itu.

"Aduh!! Apa-apaan sih lo!" Pekik Rosi.

"Kamu yang apa-apaan Rosi. Saya diam bukan saya nggak bisa ngelawan kamu, karena saya pikir nanti kamu bakalan diam sendiri. Tapi ternyata nggak." Clara tertawa sinis.

"TAPI BISA TIDAK KAMU JANGAN HINA ANAK SAYA? SAYA HARAP KAMU TIDAK BERBICARA SEMBARANGAN TENTANG SAYA TERUTAMA ANAK SAYA!" Bentak Clara.

"Emang fakta kan? Anak lo emang anak haram? Ehh... Nyadar sayang, Nathan nikahin lo cuma buat tanggung jawab, setelah anak lo itu lahir, Nathan bakalan ceraiin lo. Iyakan sayang?" Tanya Rosi pada Nathan.

Nathan tak menyahut ia terus menatap Clara yang mulai menitikkan air mata. Entah kenapa di lubuk hati terdalamnya, ia tidak rela mengatakan akan menceraikan gadis ini. Tapi mengapa? Bukannya ini yang ia harapkan? Terlepas dari Clara dan akan hidup bahagia dengan Rosi.

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang