NARA-10

44.3K 1.7K 40
                                    

Happy Reading ❤







Clara tersentak mendengar kata-kata Nathan, ia sungguh tak menyangka Nathan memandangnya serendah itu.

"Jadi, aku naik apa ke rumah mama?" tanya Clara.

Nathan berjalan menghampiri Clara, ia tersenyum miring lalu menatap istrinya itu datar.

"Terserah lo, mau lo ngesot kek, terbang kek, guling-guling kek. Itu urusan lo, minggir!"

Nathan mendorong tubuh Clara hingga gadis itu sedikit terdorong dan membentur pintu kamar hotel yang mereka tempati.

Air mata menetes dari mata Clara, seumur hidupnya ia tak pernah di kasari oleh pria manapun. Bahkan Juan yang notabene adalah pria yang sempat menjadi kekasihnya memperlakukannya bak putri raja. Juan bahkan tak membiarkan Clara kelelahan atau terluka sedikitpun. Pria itu sangat melindungi Clara seakan Clara adalah satu-satunya barang berharga yang ia punya. Kini tak adalagi pria yang senantiasa mengantar jemput dirinya, membawakannya makanan atau menghibur dirinya saat ia sedih. Clara menghapus air matanya dan bergegas keluar.

Clara clingak-clinguk mencari taksi, sedari tadi ia tak menemukan satu taksipun. Kakinya sudah pegal karena hampir satu jam berdiri.

"Taksinya pada libur atau gimana sih? Mana angkotnya nggak satu jalur lagi, bisa-bisa mama marah sama aku." Gumam Clara.

Ia mengernyitkan kening saat melihat sebuah mobil sport mewah berhenti tepat di hadapannya. Kaca mobilnya turun dan memperlihatkan seorang pria.

Tampan. Satu kata untuk menggambarkan pria ini. Wajah bule dengan sedikit brewok tipis menghiasi wajahnya.

"Perlu tumpangan?"

"Ehh... Eng... Enggak usah pak." tolak Clara.

"Nggak papa, mungkin saja kita searah."

Clara hanya tersenyum kikuk, mendengar perkataan pria itu.

"Ayo naik, jangan hanya berdiri disitu."

"Enggak usah, saya nunggu taksi aja. Saya nggak mau ngerepotin." Tolak Clara lagi.

"Saya nggak merasa direpotkan. Ayo naik, kalau kamu nggak naik saya bisa marah." Nada tegas terdengar dari pria itu, mau tak mau Clara masuk dan duduk disamping pria itu dengan tubuh kaku.

"Santai, saya nggak gigit kok." Kekeh pria itu yang hanya disambut oleh senyum canggung Clara.

"Nama saya Calum. Dan kamu?"

Clara berbalik dan tersenyum tipis, "Clara."

"Ohh... Clara, nama yang cantik. Seperti orangnya."

Clara hanya meringis pelan, ia kembali menatap macetnya jalan.

"Kamu sekolah? Atau kerja?"

"Tidak dua-duanya."

"Kenapa?"

Clara hanya terdiam, dan menatap kosong ke arah jendela.

"Clara...."

Clara terkejut dan berbalik menatap Calum yang juga tengah meliriknya.

"Kamu ada masalah?"

Clara menggeleng. "Saya... Nggak kuliah atau kerja karena saya.... Hamil."

"Kamu serius?" tanya Calum dengan tatapan tak percaya.

"Iya."

"Jadi.... Kamu sudah menikah?"

"Iya, kemarin."

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang