NARA-3

49.9K 2.3K 35
                                    

Happy Reading ❤




"Jangan nyusahin mama sayang, mama tahu kamu senang nyium aroma papa. Tapi kita harus sadar diri papa nggak suka kita ada di dekatnya."

Nathan membeku saat mendengar ucapan lirih Clara, gadis itu mengusap perutnya sambil menghela napas pelan. Ia berbalik dan terkejut saat melihat Nathan berdiri sambil menatapnya.

"Kamu kok balik lagi?" tanya Clara heran.

"Gue juga nggak tahu, gue ngikutin bisikan jiwa baik gue." Ia maju mendekati tubuh kurus Clara, menunduk dan menatap mata teduh milik wanita cantik itu.

Tangannya terulur dan menarik Clara dalam pelukan hangatnya, ia bisa merasakan tubuh Clara membatu. Mungkin karena terkejut dengan tindakannya ini, bahkan Clara mencoba melepas pelukan erat Nathan.

"Nggak usah banyak tingkah! Nurut aja, sikap baik gue ke elo cuma berlaku dalam beberapa menit ke depan." Tekan Nathan.

Clara terdiam, jujur saja ia nyaman berada dalam dekapan hangat Nathan. Sangat nyaman malah, sedangkan Nathan ia sedang berperang melawan egonya sendiri. Hatinya seakan berontak dengan akal sehatnya, hatinya menyuruh ia tetap memeluk Clara sedangkan otaknya memaksa untuk menjauhi wanita ini. Karena mengikuti egonya, Nathan melepas pelukannya kasar dan menatap Clara datar.

"Ini terakhir kalinya lo dan anak lo ini nyusahin gue, dan anggap semua yang terjadi barusan cuma imajinasi lo doang. Paham!" Setelah mengatakan itu, Nathan berjalan meninggalkan Clara yang terdiam.

"Makasih." gumam Clara.

*****

Clara menuruni anak tangga dan mengerutkan kening saat melihat Ayu dan William yang terlihat rapi dengan sebuah koper di sebelah Ayu.
Ayu berbalik dan tersenyum saat melibat Clara, ia mengisyaratkan agar gadis itu mendekat.

"Sini sayang."

"Mama mau kemana?" Tanya Clara pelan.

Ayu tersenyum dan mengelus pundak Clara pelan. "Mama sama papa mau ke Surabaya, ada keperluan mendadak. Lusa mama balik, nggak papa kan mama tinggal?"

"Em... Nggak papa."

"Kamu jangan sedih yah, kamu nggak sendirian di rumah. Ada Nathan yang nemanin kamu."

Mata Clara mengerjap, ia dan Nathan? Hanya berdua? Perasaan takut kembali menghampiri Clara, bagaimana jika Nathan kembali memperkosanya.

"Ada bi Ajeng juga." Lanjut Ayu yang dapat membaca raut khawatir di wajah Clara. Clara menghembuskan napasnya pelan dan tersenyum tipis.

"Mama sama papa hati-hati."

Ayu dan William tersenyum, William menghampiri Clara dan menatapnya lembut.

"Clara mau oleh-oleh apa?"

Clara mendongak dan menatap William lamat.

"Nggak ada, saya cuma mau papa sama mama pulang dengan selamat."

"Pasti." William mengelus surai Clara dan memeluk tubuh rapuh itu.

"Kalau Nathan macam-macam sama kamu jangan sungkan ngomong sama papa. Oke?"

"Hmm...." Clara hanya bergumam sembari mengangguk dan membalas pelukan William.

Tak jauh dari mereka, Nathan mendegus kasar.

"Cihh.... Dasar cewek drama, muka dua!"

*****

Nathan dan Clara memandang mobil yang di tumpangi Ayu dan William yang menjauh, kini hanya mereka berdua yang berada di teras rumah. Nathan melirik tubuh mungil Clara yang pandangannya menatap kosong ke arah gerbang. Mendengus pelan, Nathan meninggalkan Clara yang bergumam pelan.

"Bakso."

Mungkin karena telinga Nathan sensitif atau apalah itu ia bisa mendengar gumaman dari Clara, ia berbalik dan menghampiri gadis itu.

"Napa lo?!" Tanya Nathan ngegas.

"Eh... Kok ngebentak?" Tanya Clara heran.

"Ck... Lo ngomong apa tadi?"

Clara menunduk menatap kakinya, melihat itu emosi Nathan naik seketika.

"Lo pikir muka gue ada di bawah?!"
Mendengar nada sinis yang keluar dari mulut Nathan membuat Clara mendongakkan kepalanya.

"Lo ngomong apa tadi?" Tanya Nathan.

"Emm... Bakso."

"Lo pengen bakso?" Tanya Nathan.

Mendengar pertanyaan Nathan mata Clara berbinar seketika, ia berpikir Nathan akan membelikannya.

"Iya, bakso yang di depan rumah." jawab Clara semangat.

"Oh."

Nathan pergi begitu saja meninggalkan Clara yang sorot matanya menyendu. Gadis itu mendudukkan dirinya undakan yang ada di teras rumah mewah tersebut sambil mengelus perutnya. Ia menghela napas pelan, ia mendengar langkah kaki dan tersenyum saat melihat bi Ajeng datang ke arahnya dengan langkah terburu-buru.

"Bi Ajeng mau kemana?" Tanyanya seraya bangkit dan menatap wajah Bi Ajeng.

"Itu non, saya harus pulang. Anak saya sakit."

Clara tersentak, ia menatap khawatir.

"Rumah bibi jauh nggak? Terus bibi naik apa pulangnya?"

"Bibi naik motor kok non."

"Emm... Bi."

"Iya non?" tanya Bi Ajeng.

"Aku boleh minta tolong nggak?"

"Boleh non."

"Tolong beliin saya bakso depan rumah, tapi... pake uang bibi dulu soalnya saya nggak punya uang. Bibi nggak keberatan kan?" tanya Clara sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Boleh non boleh, tunggu bentar yah."

Senyum manis terbit dari bibi Clara, akan tetapi senyum manis itu luntur begitu saja saya ia melihat kehadiran Nathan.

"Bibi mau kemana?" Suara Nathan yang datang dari dalam rumah membuat kedua wanita itu berbalik.
Nathan datang dengan wajah segar dan berpakaian rapi, sepertinya pemuda itu ingin pergi.

"Mau beliin non Clara bakso den."

"Bukannya bibi mau pulang? Kan anak bibi sakit."

"Saya beliin non Clara dulu."

"Nggak usah! Bibi pulang aja, anak bibi lebih penting dari permintaan dia."

Bi Ajeng menatap Clara yang juga tengah menatap dirinya. Clara tersenyum dan mengangguk.

"Bibi pulang aja." Sahut Clara.

"Tapi baksonya...."

"Nggak papa." Potong Clara.

Bi Ajeng merasa tidak enak, ia pamit pada keduanya dan berjalan menuju motornya. Sekali lagi menatap kedua majikannya yang memasang raut wajah berbeda, ia menghidupkan motornya dan melaju meninggalkan pekarangan mewah keluarga William.

Nathan melihat Clara tajam. "Bisa nggak, lo itu jangan usah nyusahin orang yang ada di rumah ini? Nyadar! Lo itu siapa? Cuma sampah yang nggak guna. Benalu, cih!"

Setelah mengatakan itu Nathan meninggalkan Clara, memasuki mobil mewahnya meninggalkan wanita cantik itu sendirian.

Saat di depan pagar, Nathan menghentikan mobilnya. Ia menurunkan kaca mobilnya dan menatap satpam di rumahnya dingin.

"Tutup pagar. Jangan biarin wanita yang berdiri di teras rumah keluar dari sini. Dan jangan biarin siapapun masuk ke dalam rumah, kalau terjadi apa-apa hubungi saya cepat."

"Baik den." Pria paruh baya itu mengangguk dan melirik Clara sekilas.

Nathan menutup kaca mobilnya, kembali melaju meninggalkan kediaman mewahnya. Clara menatap sendu mobil Nathan yang menjauh dengan air mata yang terjatuh dari mata indahnya.
















Jangan lupa untuk vote dan komen ❤

Kalau mau follow instagram aku juga boleh, @ufipuspitasari

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang