NARA-55

26.4K 1.4K 221
                                    

Happy Reading ❤









Rosi yang tengah menatap kolam ikan milik Aryan merasakan getaran dari saku celananya. Ia meraih ponselnya, dan sedikit terkejut saat melihat chat dari Juan masuk.

Juan: Lo lagi dimana?"

Rosi: Lagi di rumah, kenapa?"

Juan: Gue pengen ketemu sama lo. Ada yang pengen gue omongin.

Rosi: Nggak bisa besok aja?

Juan: Nggak, soalnya gue balik besok. Gue ambil penerbangan pagi. Ini pun gue diam-diam ke Jakarta. So, kita harus ketemu sekarang.

Rosi: Oke, dimana?

Juan: Di kafe dekat apartemen lo.

Rosi: Oke. Gue kesana, dua puluh menit lagi sampai.

Rosi berjalan menuju ke dalam rumah, ia menatap sekeliling. Saat tidak menemukan Aryan, gadis itu segera mengambil kunci mobil milik pria itu lalu berjalan keluar rumah dengan mengendap-endap.

Aryan yang baru kembali dari dapur, menatap Rosi bingung. "Dia mau kemana? Udah malam gini." Aryan meletakkan cangkir kopinya dan mengikuti Rosi diam-diam.

Pria itu semakin curiga saat Rosi memasuki salah satu mobil pribadinya, tanpa pikir panjang ia bergegas mengambil kunci mobilnya yang lain dan segera menyusul Rosi.

Sekitar dua puluh menit, ia sampai disebuah cafe bernuansa klasik modern. Ia memakai topi hitam dan juga masker, jaga-jaga agar perempuan itu tak mengenalinya dan juga agar para gadis di dalam cafe tidak terpesona akan ketampanannya saat ia masuk nanti.

Aryan membuka pintu cafe lalu menatap sekeliling. Pandangannya langsung tertuju pada gadis berambut ombre yang duduk bersama seorang pria yang sangat ia kenali. Aryan mencari meja yang tak jauh dari keduanya agar ia bisa mendengar percakapan mereka.

"Mereka mau rencanain apa lagi." Gumam Aryan.

Juan menatap Rosi, lalu tersenyum.
"Udah banyak berubah lo." Kekeh Juan.

"Iyalah. Satu aja yang nggak berubah dari gue." Sahut Rosi.

"Apaan?"

"Jidat lo." Gumam Aryan pelan, pria itu mendengar perbincangan antara Juan dan Rosi.

"Kecantikan gue lah." Sahut Rosi sembari mengibaskan rambutnya.

Aryan yang mendengar ucapan gadis itu mengernyit jijik. Ia lalu teringat sesuatu, langsung saja ia mengeluarkan ponselnya lalu menelpon seseorang.

"Apaan." Sahut seseorang diseberang sana dengan nada malas.

"Lo sekarang ke cafe dekat apartemen lo. Buruan! Nggak pake protes, nggak pake lelet!!" Aryan langsung mematikan panggilannya, ia kembali menyimak percakapan antara Rosi dan Juan.

"Apa kabar?" Tanya Juan.

"Gue baik." Jawab Rosi singkat.

Juan menopang dagu lalu menatap Rosi lekat. "Gue dengar, karir lo di dunia entertaiment hancur, bokap lo meninggal terus perusahaan lo bangkrut. Itu beneran?"

"Hm. Please nggak usah dibahas, gue malas ingat kejadian itu."

Juan lalu menyandarkan tubuhnya, lalu tersenyum mengejek. "Kasian amat hidup lo."

Rosi menatap Juan sinis."Ngaca!! Lo lebih menderita dari gue, diasingkan ke pulau yang jauh dari kota, lebih menderita mana gue dari lo?"

"Yang penting karir gue nggak ancur kayak lo." Sahut Juan sembari menyeruput kopi miliknya.

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang