NARA-44

31.2K 1.3K 376
                                    

Happy Reading ❤










Juan mengerang pelan, ia mencoba untuk duduk meskipun sangat sulit. Ia menghapus jejak darah yang ada di sudut bibirnya.

"Aryan... Gue nggak bakalan pernah lupa sama penghinaan lo ini." Juan merogoh saku celananya dan menelpon seseorang.

"Kenapa lo nelpon gue? Gue lagi sibuk." Sahut seseorang di seberang sana.

"Ada yang pengen gue omongin sama lo." Ucap Juan.

"Gue ada pemotretan sampai jam enam. Kalau emang penting banget lo bisa langsung ke rumah."

"Ini penting banget Rosi. Ini soal bodyguard Clara."

Rosi diseberang sana langsung berdecih. "Si sinting itu buat ulah apa lagi?" Kesal Rosi. Entah kenapa darahnya langsung naik jika pembahasannya adalah Aryan.

"Dia mukulin gue."

"What?! Kok bisa?"

"Ceritanya panjang. Gue bakalan jelasin semuanya nanti." Kata Juan.

"Oke."

Juan mematikan panggilannya, ia bersusah payah berdiri. Kakinya bergetar karena nyeri pada punggungnya. Ia yakin, ada memar di punggungnya ini.

"Si bangsat ini nyusahin gue aja." Geram Juan.

"Gue nggak bisa muncul di depan Clara dengan kondisi seperti ini."

Juan menekan layar ponselnya dan mendekatkan ponselnya di telinga.

"Halo Clara."

"Kak Juan dimana? Kok lama banget ke toiletnya?" Tanya Clara.

"Aku nggak bisa balik kesana Ra. Tiba-tiba ada telepon dari rumah sakit, aku ada operasi jam lima. Aku harus pergi, maaf yah."

"Enggak papa kok kak Juan. Kak Juan hati-hati."

"Iya. Nanti kita ketemu lagi, tapi please lain kali kamu jangan bawa bodyguard kamu itu. Resek banget orangnya pengen aku ulek."

"Ulek aja kalau berani." Tiba-tiba Aryan menyahut begitu saja.

"Aryan!" Tegur Clara.

"Maaf kak Juan, aku loudspeaker ponselku soalnya aku lagi nyuapin Nathan."

Juan mendengus sebal. "Emang dia nggak punya tangan?"

"Dia punya tangan kok. Kalau kamu nggak punya otak!"

Juan mengumpat pelan, Aryan ini... Kenapa mulutnya lost control sekali.

"Lo cowok tapi mulut lo sampah banget sih!" Kesal Juan.

"Biarin aja, yang penting saya alay."

Kini Juan mendengar kekehan Nathan tak lupa pemuda itu mengatai Aryan bego tapi tak direspon oleh Aryan.

Clara tertawa kaku. "Kak Juan maaf yah, Aryan emang gitu kalau sama orang baru."

"Nggak papa kok Ra. Emm... Aku tutup telponnya yah. See you."

Clara meletakkan ponselnya dan menatap Aryan yang kini sibuk dengan makanannya.

"Aryan, kamu harus jaga sikap kamu sama teman aku. Jangan bersikap kayak gitu lagi."

"Clara, listen. Anjing itu punya insting yang kuat pada orang yang ia anggap berbahaya kan?" Tanya Aryan yang diangguki oleh Clara.

"Aku menganggap diriku ini seperti seekor anjing. Anjing akan menyerang orang yang ia anggap akan mencelakai dirinya ataupun majikannya. Namun akan bersikap baik pada orang yang ia anggap baik. Begitujuga sama aku, aku nggak mungkin bersikap jahat sama orang yang baik sama kamu, tapi sebaliknya aku bakalan balas orang yang jahat sama kamu. Termasuk bayi besar kamu ini." Sindir Aryan pada Nathan yang cuek dan memilih tetap bermain pada ponselnya.

NARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang