Happy Reading ❤
Juan menatap ke arah spionnya, mobil Nathan sudah tak mengejarnya. Ia melirik Clara yang masih terlelap, sejujurnya ada sedikit rasa bersalah pada Clara.
"Andai kamu nurut, aku nggak akan bersikap kayak gini ke kamu Ra." Juan menatap ke arah jalanan, ia mulai memperlambat laju mobilnya. Lagipula tujuannya sudah dekat, pria tampan itu tersenyum sinis.
"Gue bakalan hancurin hidup lo Nathan, Clara cuma bakal jadi milik gue." Ia kembali melirik ke arah Clara. Sudah mulai ada pergerakan pada wanita cantik itu. Juan kembali fokus pada jalan yang ada di depan.
Mobil yang di tumpangi Juan tiba disebuah rumah lama. Cat rumah itu sudah usang menandakan rumah itu sudah lama tidak di huni. Rumah ini tidak bertingkat, namun jika dilihat dari luar, rumah ini cukup luas.
"Welcome home!" Seru Juan. Ia membuka pintu mobilnya dan tersenyum. Ia mengangkat tubuh Clara dan menggendongnya ala bridal style. Ia berjalan menuju rumah itu, tak lupa ia mengambil ransel miliknya. Sebelum memasuki rumah itu, Juan menatap sekeliling, hanya ada pepohonan. Tidak ada satupun rumah selain rumah yang menjadi tempat persembunyian Juan sekarang.
"Gue tahu lo bakalan nyari gue Nat. So, gue bakalan tunggu lo disini." Juan tersenyum miring.
Sudah berapa kali Nathan berdecak kesal. Ia menatap Olin yang sudah terlelap, gadis kecil ini pasti kelelahan. Ia meraih ponsel miliknya dan menelpon Aryan.
"Halo." Sahutan yang terdengar santai di seberang sana membuat emosi Nathan naik ke ubun-ubun. Karena takut ia membangunkan Olin, pria itu memutuskan keluar dari mobilnya.
"Lo dimana?!" Bentak Nathan.
"Gue di jalan." Jawab Aryan.
"Lo bilang cuma satu setengah jam! Ini udah dua jam brengsek!!"
"Ck, lo pikir perjalanan gue kesana itu mulus-mulus aja? Heh denger, ada yang mesti gue urus dulu! Santai!"
"Santai gigik lo tonggos! Buruan kesini, kalau dalam tiga puluh menit lo nggak nyampe mending gue nyari Clara sendiri."
"Up to you." Sahut Aryan santai.
"Lo!!"
"Dengar yah, Nathan yang mukanya jelek pake banget. Gue paling malas kerjasama dengan orang yang gegabah kayak lo! Lo itu udah jelek, gegabah, banyak protes terus nggak guna lagi! Kenapa coba spesies kayak lo itu panjang umur, mending lo mati di makan harimau aja!" Ketus Aryan.
"Jadi gue ada peluang buat rebut Clara lagi." Lanjut Aryan. Ucapannya itu membuat kuping Aryan panas seketika.
"Gue tunggu lo. Buruan lo kesini!" Nathan mematikan panggilannya, ia menendang ranting pohon yang ada di depannya. Ia sangat kesal sekarang, ia memajukan bibirnya.
"Lo pikir lo semua itu siapa heh? Berani rebut Clara dari gue? Seberapa keras usaha lo buat ngambil hati Clara, gue yakin dia cuma cinta sama gue! Andai dia udah berpaling dari gue, udah lama dia nerima pernyataan cinta lo! Tapi ini, udah lama dia cerai dari gue, dia masih menjanda, tandanya cinta lo nggak terbalaskan. Dasar Aryan bego!!"
"Papa marah-marah ke siapa?"
Nathan berbalik dan tersenyum pada Olin yang menatapnya sayu."Kok Olin udah bangun sih?"
"Papa berisik, jadi Olin kebangun."
Nathan membuka pintu mobilnya dan meraih Olin kedalam gendongannya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Nathan, mencari kenyamanan disana. Nathan mengelus punggung Olin lembut.
"Maaf yah sayang, gara-gara papa, Olin jadi keganggu tidurnya." Nathan mencium pipi Olin.
"Papa disini gelap, Olin takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA (TERBIT)
RomantizmJudul awal: Mommy Clara Larasati, gadis sembilan belas tahun yang harus menerima nasib dihamili oleh Nathan William Chance, seorang artis terkenal. Keduanya terpaksa menikah untuk menutupi aib yang bisa merusak nama baik Nathan. Setelah pernikahan t...