Ini adalah hari ketiga setelah ia ditangkap beberapa waktu yang lalu. Gadis remaja dengan pakaian formal itu sekarang berada dikantor polisi untuk memenuhi syarat pemeriksaan.
Butuh waktu kurang lebih satu jam amel melakukan semua pemeriksaan yang dilakukan polisi dan akhirnya selesai.
Polisi memberikan surat hasil tes urin kepada deny pengacara dirgantara. Deny membuka surat itu. Membacanya dengan seksama. Hembusan nafas mulai terdengar tenang. Senyum tipis ia perlihatkan. Isi surat itu mengatakan bahwa amel negatif. anak itu sama sekali tidak menggunakan narkoba.
"Kamu negatif". Kata deny memberitahu amel. Gadis itu sekarang sedang berdiri disamping pengacaranya.
Amel menghembuskan nafas kasar saat mendengarnya.
"Gue udah tau? Dari awal kan udah gue bilang gue gak pernah make. Semua orang malah gak percaya".
Deny tersenyum melihat anak remaja yang ada disebelahnya.
"Ini suratnya kamu yang pegang? Suruh papa kamu untuk membersihkan nama kamu".
Amel menoleh. Ia menerima surat yang diberikan oleh deny kepadanya.
"Hmm?".
"Aku duluan om". Pamit amel. Ia pergi berjalan meninggalkan deny. Tatapan deny seolah miris melihat anak gadis remaja yang sudah menanggung beban sebesar ini. Ia bisa merasakan bagaimana perasaan amel. Gadis itu terlalu kuat untuk ukuran remaja.
Mobil alpart berwarna hitam stop didepan pintu utama rumah kediaman dirgantara.
Amel turun dari mobil. Kepalanya berbalik melihat kearah gerbang utama. Hembusan nafas kasar terdengar. Puluhan wartawan masih banyak terlihat disana. Mereka belum mau menyerah padahal amel maupun dirgantara sama sekali tidak ada yang ingin membuka suara.
Amel mengalihkan pandangannya. Bagaimanapun ia tidak bisa protes karna itu memang sudah pekerjaan mereka.
Kaki amel melangkah masuk. Ia berjalan dengan wajah datar dan terkesan santai. Kejadian yang menimpanya sekarang sukses membuat kepalanya pusing. Sudah tiga hari ini ia tidak ada keluar rumah. Tidak masuk sekolah. Bahkan tidak keluar kamar. Coba saja sekarang tidak ada pemeriksaan mungkin amel masih mendekam didalam kamarnya. Panggilan panggilan masuk dan notifikasi pesan dari teman teman sudah memenuhi ponsel miliknya.
"Sayang cucu oma? Udah datang nak? bagaimana hasilnya". Tanya oma sania. Wanita tua itu sudah sejak tadi menunggu amel diruang tamu keluarganya.
"Negatif". Jawab amel singkat.
Sania tersenyum senang melihatnya. Badan tuaya berdiri menghampiri cucu satu satunya itu lalu memeluknya.
"Oma senang? Dari pertama oma itu percaya bahwa cucu oma tidak pernah melakukan hal serendah itu".
Amel diam. Ia sama sekali tidak menjawab ucapan omanya. Membalas pelukannyapun tidak.
"Sekarang ayo kita makan? Pasti cucu oma yang cantik ini laper kan? Tadi oma sudah suruh pelayan untuk memasak semua makanan kesukaan kamu? Sekarang ayo kita makan ya".
"Papa mana". Bukannya menjawab. Amel malah balik bertanya.
Wajah binar omanya kini sudah berubah menjadi sedikit masam. Harapannya sedikit hilang karna mendegar ucapan cucunya yang terkesan dingin kepadanya.
"Kamu apakan cucuku dirgantara". Ucap oma dalam hati.
"Ketemu papanya nanti saja ya? Sekarang kita makan dulu".
"Papa mana oma? Amel mau ketemu papa". Kata amel tegas. Sania menghembuskan nafas kasar. Kalau sudah begini pasti cucunya tidak ingin dibantah.
"Dia ada diruang kerjanya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Cold Girl
Romance"Lo harus cium gue". Hah Apa Penuturan vino barusan membuat amel membulatkan matanya sempurna. Lalu mendorong tubuh vino agar mau menjauh darinya. Bughhhhh "Aww". Vino meringis menahan sakit. Gerakan tiba tiba gadis yang ada didepannya ini tidak b...