48. Gudang

1.2K 45 0
                                    












Suara mesin mobil berhenti tepat didepan rumah megah milik keluarga dirgantara. Seorang perempuan keluar dari mobil penumpang. Berjalan santai menuju pintu utama rumah tersebut.

Belum sampai beberapa langkah berjalan memasuki rumahnya. Papa dan mamanya sudah berdiri tegap menunggunya diruang tengah.

"Tunggu mau kemana kamu". Suara dirgantara terdengar tegas menusuk pendengaran.

Amel berhenti berbalik menghadap ke arah kedua orang tuannya. Mata hitamnya menatap lekat ke arah dua orang tersebut.

"Bikin masalah apa lagi kamu disekolah".

"Gak ada". Ucap amel santai. Ia berdiri sambil memainkan jari jari kukunya.

"Keila pingsan gara gara kamu lempar pakai bola basket. Itu yang kamu bilang gak ada". Kata dirgantara menyindir.

Mata amel beralih menatap dingin kedua orang tuanya sekarang. Lalu ia tersenyum seolah tidak memiliki kesalahan apapun.

"Kan masih pingsan. Belum mati".

Rahang dirgantara langsung mengeras setelah mendengar ucapan anak kandungnya tersebut. "Keterlaluan kamu".

Amel menggidikan kedua bahunya tidak perduli.

"Kamu tau apa yang kamu lakukan itu salah". Tanya dirgantara suaranya terkesan tegas.

Amel diam.

"Papa udah gak ngerti lagi sama kamu. Papa malu dengan ulah kamu yang sama sekali tidak memiliki manfaat taunya bikin masalah saja".

"Terus kenapa. Papa mau mecat aku sebagai anak gitu setelah tau semua kelakuan aku". Balas amel.

Dirgantara menghembuskan nafas kasar. "Minta maaf sama keila sekarang".

"Gak akan".

"PAPA BILANG MINTA MAAF".

"Gak sudi".

"AMEL".

Diam. Itulah yang amel lakukan. Belum sampai kekamarnya saja ia harus kembali bertengkar dengan orang tuanya inilah keseharian yang amel lakukan bertengkar dan bertengkar. Itulah sebabnya amel paling malas berada dirumah. Menurutnya rumahnya sudah seperti neraka panas dan tidak memiliki penghuni yang ada didalamnya adalah orang orang munafik yang hatinya mirip seperti iblis.

"Amel papa bilang minta maaf sama kaka kamu keila". Pinta dirgantara.

Amel diam. Kedua tangannya ia kepalkan kuat kuat.

"Amel kamu punya telinga. Papa bilang-".

"Gak akan. AKU GAK MAU MINTA MAAF APA KURANG JELAS". Tegas amel. Matanya menatap tajam mata hitam milik dirgantara yang sama persis dengan matanya.

"Keila itu cuma ketimpuk bola basket. Bukan ditembak atau ditambarak sama mobil jadi apa urusannya sama aku. Selagi dia masih bisa bernafas masih punya badan lengkap kenapa kalian harus secemas ini. Gak perlu papa desak aku buat minta maaf sama dia".

"TAPI KAMU ITU SALAH".

"Terus kalau aku salah. Papa mau apa. Mau ngusir aku iya". Tanya amel.

Dirgantara diam.

"Sayang maksud papa kamu bukan begitu". Ucap karin ikut bersuara.

"Diam. Kamu sama anak kamu itu sama aja taunya tukang ngadu lebay banyak drama kenapa gak sekalian aja main sinetron kan lumayan dapet duit jadi lo gak perlu nunggu harta warisan apapun dari bokap gue". Sindir amel. Karin diam tidak bisa menjawab.

Loving Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang