64. Suruhan vino

1.3K 59 16
                                    

Bacanya pelan pelan ya supaya feelnya dapett 😊😊😊





Mata amel rasanya sangat malas untuk terbuka. Bunyi alarm sudah terdengar memekikan telinga. Jam sudah menunjukkan pukul 06.00. Masih pagi memang. Ia mencoba bangun dengan nyawa yang masih belum terkumpul sempurna.

Amel menarik kedua tangannya keatas mencoba meregangkan otot otot tubuhnya. Tidur untuk hari ini lumayan nyenyak.

"Huaaaa selamat pagi dunia". Ucap amel berteriak. Entahlah kenapa hari ini ia ingin melakukan itu.

Gadis itu berdiri. Ia berjalan kearah kamar mandi. Mempersiapkan semuanya. Melakukan ritual paginya. Hari ini dan untuk seterusnya ia berjanji tidak akan terlambat lagi kesekolah. Tidak seperti biasanya gadis itu rela rela menyetel alarm jam 06.00 untuk membangunkannya.

Butuh waktu 30 menit gadis itu sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh polosnya.

Amel membuka lemari pakaiannya. Mengambil baju seragam untuk hari ini.

Setelah semuanya selesai. Ia turun dengan pakaian yang sudah lengkap.

"Pagi sayang? Cucu oma yang cantik sudah bangun". Tegur sania. Saat melihat cucu kesayangannya itu turun dari lantai dua.

"Pagi oma". Jawab amel seraya tersenyum ramah.

Sania terenyuh. Ternyata cucunya telah kembali. Ia melihat amel yang dulu. Bukan amel yang dingin dan kejam.

"Ayo sayang sini kita sarapan". Ajak sania.

Amel mengangguk. Matanya melirik. Meja makan belum terisi penuh. Disana cuman ada omanya dan beberapa pelayan.

"Sini duduk disini". Pinta sania. Ia menarik satu kursi untuk cucunya.

"Makasih oma".

Sania tersenyum. Tangannya sangat telaten melumuri selai stroberry diatas roti.

"Dimakan ya? Supaya cepat besar". Kata sania. Ia memberikan roti yang ia buat tadi pada piring yang ada didepan cucunya.

Amel tersenyum. "Makasih oma".

Tangannya terulur untuk mengambil roti itu. Memakannya dengan lahap. Susu panas sudah tersedia didepannya.

Sania hanya diam memperhatikan cucunya. Amel menaruh kembali roti yang tersisa. Hanya beberapa gigitan. Tiba tiba saja selera makanannya hilang saat melihat beberapa anggota keluarganya yang lain mulai datang dan duduk dimeja makan.

Menyadari itu amel langsung berdiri. Tanpa pamit ataupun itu ia berjalan meninggalkan semuanya.

"Amel mau kemana? Rotimu belum habis". Ucap sania berteriak. Tidak ada jawaban. Amel tidak mendengarkan omanya. Ia terus saja berjalan keluar rumahnya.

Melihat cucunya pergi kini mata sania berpindah pada dirgantara. Karin dan keila yang berada dimeja makan.

"Kamu lihat dirga? Bahkan untuk melihat wajahmu saja amel tidak sudi".

Dirgantara menggeram mendengar ucapan mamanya. Pagi ini terlalu berantakan.

"Tidak ada urusannya dengan saya". Jawab dirgantara.

Sania meneggeleng tidak percaya. "Sudah saya duga? Manjur sekali pelet yang kamu berikan pada anak saya. Bayar berapa mahal kamu sama dukun itu". Tanya sania pada karin.

"Tidak tahu malu? kalian berlagak sebagai nyonya disini".

"Ma sudah cukup". Kata dirgantara menyudahi.

"Dari awal saya sudah tidak merestui hubungan kalian? Perempuan biadab jahanam ini selalu saja membuat keluarga saya hancur. Sekarang apalagi. Kamu ingin merusak cucu saya supaya harta dirgantara jatuh ketanganmu atau ketangan anak harammu ini".

Loving Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang