68. Peringatan

684 45 5
                                    


Amel menerima setiap suapan bubur yang diberikan vino. Amel hanya diam mematuhi tanpa mau banyak berbicara.

"Kamu harus makan yang banyak honey supaya cepat sembuh".

Amel hanya memutar bola matanya malas. Kalau bukan karena vino memaksa Amel tidak akan mau melakukan ini.

"Vin gue bisa makan sendiri". Amel meminta vino untuk berhenti menyuapinya.

Seolah tuli vino tidak mau mendengarkan apa kata Amel didepannya. Laki laki itu terus saja menyuapi Amel dan bodohnya lagi gadis itu juga terus menerimanya.

"Nih minum dulu".

Vino menyodorkan satu gelas air putih. Amel menerimanya.

"Udah kenyang".

"Hmm".

"Sekarang tidur". Suruh vino.

Amel menghela nafas berat. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Vin".

"Apa". Vino tidak jadi berdiri saat mendengar Amel memanggil namanya.

"Lo mau pulang".

Vino nampak berfikir. "Gak tau! Kenapa".

"jangan tinggalin gue".

Vino tersenyum mendengarnya. Lalu tangannya mengusap lembut kepala Amel.

"Gak! Aku bakal tetap disini jagain kamu".

Amel mengangguk. "Janji ya! Entar Lo kabur lagi".

"Kok kamu jadi manja gini sih honey". Vino mencubit kecil hidung mancung Amel. "Bikin gemes tau".

"Bukan manja! Tapi gue itu-".

"Takutt". Potong vino.

"Ih bukan".

"Terus". Vino bertanya sambil mencubit gemas pipi kanan amel. "Terus apa kalau bukan takut! Hmm".

"Ah males ah gue kalau sama Lo". Amel menjauhkan tangan vino dari pipinya.

"Yaudah deh kalau gitu gue pulang ya".

"Jangan".

Vino langsung tertawa cekikikan saat tangannya dicekal oleh Amel.

"Kenapa jangan".

"Gue bilang kan tadi jangan ditinggal! Ngerti bahasa manusia gak sih".

"Anjirr ! Eh astafirullah". Vino mengusap pelan dadanya. Kata kata Amel memang tidak pernah disaring. Untung sayang.

"Iya! Iya honey gak ditinggalin! Becanda doang kok tadi".

"Awas Lo".

Vino menggaruk tekuknya. "Tidur gih".

Amel menurut. Ia memperbaiki posisi tidurnya lalu memejamkan matanya perlahan.

"Cepat sembuh". Tukas vino lirih lalu mencium sekilas pelipis Amel.

Vino tersenyum. Ia memilih berjalan ke arah sofa panjang berwarna putih yang jaraknya sekitar 7 langkah didepannya.

Setelah duduk di sofa. Ia menyalakan tv yang ada didepannya. Cemilan serta makanan berat sudah tersedia semua dihadapannya. Hotel mewah berbintang ini sudah menyiapkan apa saja yang tamunya inginkan.

Vino mengambil hp miliknya. Membuka layar kunci. Lalu pergi ke aplikasi gojek. Ia memesan satu buket bunga lili putih disana.

Vino menghela nafas lega. Tiba tiba satu masalah terlitas begitu saja dikepalanya.

Loving Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang