53. Otak darpa

1.3K 43 9
                                    




Amel mengibas ngibaskan kedua tangannya yang basah gadis itu baru saja keluar dari toilet.

"Amell". Panggil seseorang. Amel mengangkat kepalanya untuk melihat kearah sumber suara.

"Darpa".

"Hai". Sapa darpa ramah. Sambil mengukir senyum.

"Kok lo ada disini". Tanya amel bingung.

"Gak papa emang gak boleh ya". Balas darpa terkekeh. "Ya enggak gitu. Cuman bingung aja inikan sekolah gue kok lo bisa masuk. Gimana caranya".

"Lucu banget sih mukanya". Darpa mengacak acak rambut amel gemas. Amel diam.

"Kekantin yo". Ajak darpa.

"Gue-".

"Ayo? entar gue yang traktir". Potong darpa cepat. Ia langsung menarik tangan amel tanpa meminta izin apapun dari gadis itu. "Eh". Pekik amel kaget.

Mereka berdua berjalan beriringan dengan kedua tangan yang saling menyatu. Tangan amel sangat pas bersanding dengan darpa. Imut kecil lucu menurutnya. Seragam darpa yang berbeda sendiri menjadi pusat perhatian dan bahan tontonan.

"Kantinnya dimana". Tanya darpa. Kepalanya sibuk mencari cari tempat yang dimaksud.

"Disana". Tunjuk amel dengan matanya. Darpa mengerti. Ia mempercepat langkahnya sambil menarik gadis yang masih setia berada dibelakangnya.

Kantin nampak sepi. Tidak terlalu ramai seperti biasanya. Murid murid pasti sedang sibuk menonton acara futsal dilapangan. Meja meja yang biasanya penuh kini nampak sepi. Terlihat jelas bentuknya. Siapun yang berada disini sekarang pasti sangat leluasa untuk memilih meja mana saja yang akan ia tempati. Seperti amel dan darpa sekarang. Mereka memilih meja yang berada ditengah tengah kantin.

"Sekarang lo duduk cantik disini ya? Mau pesan apa". Tanya darpa manis. Ia mendudukkan amel dikursi yang ada dikantin.

"Gue kenyang". Tolak amel.

"Oke? Nasi sop satu". Ucap darpa semaunya. Mata amel melotot.

"Darpa". Rengek amel. Darpa tersenyum melihatnya. Ia berjalan kearah warung ibu ibu kantin.

Amel diam. Pasrah itulah yang bisa ia lakukan terus mau bagaimana lagi. Ngamuk ngamuk ngambur meja. Gak mungkin.

Hanya sekitar kurang lebih 10 menit menunggu akhirnya darpa datang membawa nampan ditangannya.

"Ini silahkan dimakan tuan putri". Kata darpa sambil menaruh nampan diatas meja. Ia menyodorkan satu mangkok nasi sop kepada amel.

"Gue gak laper". Tolak amel. Ia menggeser kembali mangkok itu kearah darpa.

"Mel ayo dimakan? Entar nasinya nangis". Bujuk darpa. Amel memelas. "Gue gak mau". Kekeh gadis itu.

"Mubazir mel? Lo gak kasian. Gue udah cape cape lo mesenin. Makan ya demi gue". Tukas darpa memohon. Mau tidak mau amel menurut. Ia tidak tega melihat darpa seperti itu. Ia mengambil garpu dan sendok lalu memakan supnya.

Darpa tersenyum melihatnya. "Anak pinterr". Ucapnya. Lalu menepuk nepuk kepala amel pelan. Membuat yang punya menoleh. Menatap darpa dengan tatapan dingin.

"Lo gak nonton futsal didepan mel? Gue liat disana rame banget". Tanya darpa. "Males". Jawab amel seadanya. Darpa mengangguk.

"Sekolah lo bagus ya".

"Hmm?".

Darpa tertawa. Amel menoleh menatap laki laki itu dengan datar. "Kenapa lo ketawa". Tanya amel.

Loving Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang