57. Rendy pindah duduk

1.4K 53 9
                                    





Pagi ini tidak terlalu cerah. Awan awan masih setia menyembunyikan matahari dibalik tubuhnya yang putih bersih. Jam sudah menunjukkan pukul 07. 00. Waktu kegiatan seorang pelajar akan segara berlangsung.

Amel menuruni tangga lengkap dengan pakaian seragam. Ia berjalan dengan santai seperti biasa dengan wajah datar dan dingin. Matanya hanya melirik ke arah meja makan sekilas. Disana sudah ada keluarganya yang sedang melakukan aktivisas paginya. Amel mengehela nafas kasar saat tidak sengaja matanya menatap sosok mauren yang duduk ditempat miliknya.

"Amel sayang ayo sini nak kita gabung sarapan bersama". Tegur karin. Saat ia melihat anak tirinya itu lewat. bukan amel namanya kalau menurut. Ia tetap melanjutkan sesi perjalanannya yang tertunda tanpa mau mendengarkan karin yang memanggilnya.

Disisi lain karin telah menghembuskan nafas kasar. Lagi lagi ia diacuhkan.

"Ayo dimakan". Karin menyodorkan lauk kepada mauren dan keila.

"Iya tante ini udah lebih dari cukup". Ucap mauren berterima kasih. Mata mauren sengaja mencuri curi pandang pada amel yang baru saja turun dari lantai dua. Tapi entah kenapa gadis itu tidak singgah sama sekali untuk sarapan pagi.

"Segitu bencinya amel sama keila". Gumam mauren dalam hati.

"Mauren nanti berangkatnya bareng keila ya. Nanti ada supir yang bakal antar kalian kesekolah". Ucap karin memberitahu.

Mauren mengangguk. "Iya tante". Jawab mauren sopan.

"Papa berangkat dulu". Dirgantara berdiri. Dan menyelesaikan sesi makannya. Padahal dipiring masih banyak tersisa.

"Mas mau berangkat? Tapi makanannya belum habis lo".

"Saya ada metting penting? Saya duluan". Pamit dirgantara dengan bahasa formal. Karin mengangguk lalu menyalami tangan suaminya.

"Keila papa berangkat". Pamit dirgantara saat melewati anak tirinya. Ia menyempatkan untuk mencium kepala keila sekilas. "Belajar yang bener". Pesan dirgantara.

Keila tersenyum. "Iya pa". Jawab keila sopan.

Mauren yang melihatnya hanya bisa tersenyum. Ternyata dirgantara sangat baik beda dengan apa yang ia pikirkan. Walaupun sifat tegas dan dingin sangat melekat pada dirgantara. jadi tidak perlu heran lagi kalau amel bisa bersikap seperti itu. Ternyata turunan.

Pandangan amel hanya datar dan santai. Auran dingin dan arogant tidak bisa lepas dari  gadis remaja itu. Langkahnya sangat santai berjalan menuju garasi.

"Amel". Panggil sesorang. Mendengar itu amel memberhentikan langkahnya. Berbalik melihat kearah sumber suara. Ternyata dirgantara papanya.

"Mau berangkat bareng papa". Tawar dirgantara. Penuh harap.

"Saya buru buru". Jawab amel lebih tepatnya menolak. Ia berbalik lalu mempercepat jalannya menuju garasi.

Dirgantara yang melihat bagaimana reaksi putri kandungnya hanya bisa tersenyum miris. "Bisma ayo kita berangkat sekarang". Pinta dirgantara pada orang suruhannya. Bisma mengangguk mengerti. "Mari tuan. Mobil tuan besar sudah kami siapkan". Kata bisma sopan. 

Dirgantara berjalan menuju mobil yang dimakasud. Lalu pergi meninggalkan rumah megah miliknya.

Mata amel terus memperhatikan pergerakan papanya. Tiba tiba satu tetesan bening meluncur dengan bebasnya. Sedari tadi amel diam diam melihat papanya dari dalam mobilnya.

"Gue tadi gak salah dengar papa ngajak gue berangkat bareng dan gue nolak". Kata amel pada dirinya sendiri.

Amel menghembuskan nafas pasrah. Menghapus sebentar air mata yang membasahi pipinya. Lalu menyalakan mesin mobilnya lalu melajukannya meninggalkan rumahnya.

Loving Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang