74. mall

447 34 83
                                    


Agam berjalan dibelakang mengikuti kedua majikannya yang sedang asik berbincang tanpa mau memperdulikan agam yang ada dibelakangnya. Agam sudah memasang wajah kesal saat dirumah amel tadi. Ia merasa diperlakukan seperti pembantu oleh adik dan teman laknatnya sendiri.

"Lo banyak banget sih belanjanya Mel". Protes agam.

Amel menoleh. Ia menatap agam sekilas.

"Hmm".

Agam melotot. "Hmm doang lagi! Lo tu punya mulut amel sayang! Allah nyiptain mulut Lo itu untuk ngomong! Dipergunakan dong".

"Ribet". Jawab amel malas.

"Mel".

"Diem". Pinta amel. Ia menatap agam intens.

"Ya tapi kan-".

"Suttt". Amel menaruh jari telunjuknya sendiri kebibirnya. "Diam agam! Ngerti".

Agam diam. Ia tidak berkutik sama sekali kali ini. Laki laki itu sudah mirip seperti patung.

"Bawain". Pinta amel. Ia mengulurkan satu paper bag ke arah agam.

"Makasih". Ucap amel sambil tersenyum.

Agam menghela nafas. Ia menerima tas belanjaan amel. Mau tidak mau, siap tidak siap agam tetap melakukannya.

Ia hanya pasrah.

"Gak ngotak ni cewe! Bener bener dia yang belanja masa ia gue yang disuruh bawa". Kata agam sambil menenteng enam tas belanjaan ditangannya.

Ia berjalan santai sambil mengekori amel dan gio yang berjalan keluar.

"Gue cape". Lirih agam mengeluh.

Matanya menatap sayu amel dan gio yang sudah lumayan jauh didepannya.

"BANG BURUAN DONG JALANNYA". Teriak gio.

Agam terdiam. Ia berhenti sebentar. Lalu menatap gio sinis. Adik laki lakinya itu berdiri sekitar 10 langkah didepannya.

"OYY ABANG".

Agam menghela nafas. "Minta dibejek bejek ni anak".

"KESINI CEPAT". Pinta gio. Anak laki laki itu tidak menghiraukan para pengunjung mall yang memperhatikannya karena berteriak di tengah keramaian.

"IYA". Jawab agam sama berteriak.

Gio memutar bola matanya malas. Anak itu menatap lesu ke arah agam yang sedang berjalan ke arahnya.

"Abang buruan! Lama banget jalannya". Protes gio.

"Bentar Napa". Jawab agam. Tinggal lima langkah lagi akhirnya agam sampai dan berdiri dihadapan adiknya.

"Lama".

"Apa". Ucap agam kesal. Ia makin mumet mendengar kata kata dingin yang diucapkan adiknya.

Gio terdiam. Ada sedikit rasa takut saat melihat tatapan sinis abangnya.

"Kenapa mata Abang! Sakit". Tanya gio berbasa basi.

"Iya sakit". Jawab agam ngegas.

"Masa sih! Kaya gak pelcaya". Kata gio sambil meneliti tubuh abangnya.

"Emang Abang sakit apa". Tambah gio.

"Sakit hati gue punya adek kaya Lo!, Durhaka".

Gio menatap heran ke arah agam. "Gak jelas". Ucapnya lirih.

Wajah Agam memerah. "Gio".

"BULUAN".

"Ishhh awas ya Lo bocah". Agam mencak mencak sendiri saat melihat kelakuan menyebalkan gio. Anak itu berjalan meninggalkan agam sendiri.

Loving Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang