61. Curiga

1.1K 64 5
                                    


Malam ini semakin larut. Bintang dilangit makin terlihat terang udara disekitar makin terasa dingin menusuk hingga ketulang.

"Gak ngantuk honey".

"Enggak".

"Tidur gih? Entar kalau begadang matanya hitam mirip panda".

Senyum sedikit terbit dibibir mungil gadis itu. "Biarin".

Helaan nafas terdengar teratur. Vino khawatir saat melihat wajah gadis itu dari samping. Wajahnya terlihat sendu. Meski tidak terlihat tetapi vino bisa merasakan.

"Mel". Panggil vino. Amel menoleh menatap laki laki itu intens. Kalau sudah vino memanggil dengan nama aslinya tanpa ada embel embel honey berarti pembicaraannya akan menjadi serius.

"hmm?".

Vino mendekat kedua tangannya bergerak untuk menyentuh kedua pipi lawan bicaranya.

"Sakit ya".

Bungkam. Amel sama sekali tidak bersuara. Gadis itu memilih diam

"Gue tau ini berat".

Air sudah mulai berembun disekitar kelopak mata. Jujur ia sangat rapuh sekarang ia butuh seseorang untuk membantunya.

"Gue gak pernah tau sebesar apa masalah yang pernah lo jalanin sendirian. Tapi ingat mel lo lagi ada didunia nyata bukan didunia imajinasi yang semua masalah lo bisa ciptain sendiri sesuai mau lo. Lo bukan aktris yang bisa memerankan lebih dari satu peran. Ini dunia? ini semesta. Semua hidup lo ada tuhan yang ngatur. Lo manusia? ada kalanya lo cape sama masalah lo sekarang". Vino makin mengikis jarak diantara keduanya hingga tidak tersisa. Vino memeluk amel.

"Disini ada gue? Kalau lo mau cerita. Cerita aja gue siap". Tambah vino.

Dada ini rasanya sesak. Mata yang berembun tadi sudah berubah menjadi bulir air yang jatuh meluncur dengan bebas. Ia sama sekali tidak berbicara. Ia bisu bingung harus menjawab apa? Bingung harus merespon bagaimana?. Tubuhnya sudah terlanjur kaku

Vino semakin memeluk erat gadis yang masih ada didalam dekapannya. Tangannya sudah ia gunakan untuk mengelus elus lembut kepala gadis itu. Ia tau sekarang amel menangis.

"Vin".

"Hmm?".

Vino melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah gadis yang sudah nampak merah akibat menangis. Vino tersenyum melihatnya. Tangannya terulur untuk menghapus kedua mata gadis itu yang masih berair.

"Mau ngomong apa? Ngomong aja gak usah sungkan".

Amel masih diam.

"Mel".

"Gue diteror".

Mata vino membulat. Mulutnya sedikit terbuka. Respon bahwa ia kaget mendengar ucapan amel.

"Gue diteror". Ulang amel sekali lagi.

Vino mengedipkan matanya beberapa kali. Ia ingin memastikan saja bahwa ia tidak salah dengar. 

"Duduk dulu". Pinta vino. Ia menggiring gadis itu untuk duduk dikursi yang telah disediakan.

"Gimana ceritanya". Tanya vino. Ia akan mencoba tetap tenang.

Amel menghembuskan nafas kasar. "Ada yang ngirimin gue paket dan sampai saat ini gue gak pernah tau pengirimnya siapa".

"Lo masih simpen paketnya".

Amel mengangguk. "Entar gue ambilin".

Vino menungguk. Ia hanya melihat amel dari belakang. Gadis itu berjalan masuk kekamarnya. Membuka laci. Lalu tangannya terulur mengambil sesuatu. Gadis itu berbalik berjalan menuju vino sambil satu tangannya membawa kotak berukuran kecil.

Loving Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang