17. PERPUSTAKAAN

17.5K 1.1K 21
                                    

Kedamaian itu adalah pilihan. Tidak semua orang bisa mendekap damai dalam segala cuaca.

~ Julina Zeanita ~

*****

Jam pelajaran keempat sedang berlangsung. Bu Duri menerangkan pelajaran didepan kelas. Murid-murid yang ada dikelas hanya manggut-manggut mengerti. Padahal tidak sama sekali. Bu Duri memperhatikan murid yang ada di kelas ini. Lalu tatapannya beralih ke seorang gadis yang menelungkup wajah diatas meja. Ia berjalan ke arah gadis itu. Sedangkan teman sebangku gadis yang tertidur sudah tegang dengan keringat dingin.

Temannya menoleh dengan menggoyangkan lengan cewek itu. "Ara, bangun." Ia memelankan ucapannya agar tak terdengar.

Tak ada jawaban.

Tanpa diduga, Bu Duri sudah berdiri didepan Juli membuat cewek itu menegang.

"Bangunkan dia," suruh Bu Duri menatap Ara dengan wajah tak bisa diartikan.

Juli menggoyangkan lengan Ara sekali lagi. "Ra? Bangun. Bu Duri nanti ngamuk."

Ara tak menjawab.

Bu Duri yang melihat itu langsung naik pitam. Tanpa aba-aba, ia langsung menggebrak meja Ara membuat gadis itu terbangun dan hampir mengumpat kasar.

"Ap—eh Ibu?" Ara kikuk sedikit meringis karena ditatap garang seperti itu.

"Kamu jawab soal didepan," kata Bu Duri sabar.

Ara menatap papan tulis itu tanpa minat. Tanpa sadar, ia menggeleng.

"Kenapa? Kamu gak bisa jawab?"

Ara diam. Dia bisa saja menjawab. Tapi karena mood nya tidak baik, entah merasa atau tidak, ia menggeleng lagi.

Bu Duri menghembuskan nafas lelah. "Kamu keluar kerjakan tugas dari halaman 102-105. Jam terakhir harus dikumpulkan!"

Ara mengangguk lalu mengambil buku berserta alat tulis dengan berjalan keluar kelas. Tidak peduli tatapan teman sekelasnya.

Saat di luar, Ara menghirup udara lega. Akhirnya ia bisa bersantai. Ia terpaksa tidur karena semalaman kurang tidur. Beberapa saat terdiam didepan kelas, Ara melangkahkan kakinya menuju tempat yang sunyi untuk tidur, perpustakaan.

Mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, sunyi. Ara langsung tersenyum lalu berjalan menuju meja kosong yang ada di pojok. Guna menghindari kebisingan.

Saat melangkah, kakinya terhenti disamping meja yang ia lewati. Meja itu berada tidak jauh dari meja yang ingin ia duduki. Jaraknya sekitar antara dua meja saja. Ara Melihat sebuah kertas yang tergeletak begitu saja. Menatap ke samping, mendapati seorang cowok yang tampaknya tak sengaja tertidur.

Ngapain nih Ketos tidur disini? batin Ara heran.

Ara mengenal sedikit tentang cowok ini, tapi tidak terlalu mau tau dan baginya itu tak penting. Matanya melirik pada kertas itu lalu mengambilnya hati-hati agar tidak membangunkan sang empu.

Ara menatap isi kertas itu. Lalu ia mengambil polpen Biru yang ada didepannya. Mendaratkan kertas itu ke atas meja. Ia duduk disamping Biru dengan pelan. Membaca yang ada di setiap isi kertas itu lalu melingkarkan jawaban dengan cepat. Ara menatap kertas itu dengan tersenyum puas setelah 5 menit ia menjawab soal itu.

"Akhirnya," gumamnya pelan tanpa sadar. Merasa sudah cukup, ia berdiri lalu kembali melangkah ke tempat meja kosong dipojok itu setelah meletakkan kembali kertas itu.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang