38. TERIMAKASIH!

14.6K 1K 64
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi. Suatu kenikmatan dunia bagi mereka yang sudah menahan cacing-cacing agar tak berteriak. Apalagi bagi yang tidak sarapan waktu pagi.

Kini, Ara dan Juli berjalan di koridor menuju kantin. Banyak murid-murid yang sedang berlalu lalang dan ada yang menatap mereka. Ada yang sinis, tidak suka, kagum, binar, senang. Namanya Ara, ia hanya acuh. Sedangkan Juli, karena cewek itu semenjak kelas XI jarang bergaul, ia jadi kikuk sedikit. Ketika ada yang menyapanya, ia membalasnya dengan senyuman seadanya saja.

Mata yang kantuk itu jelas membuat Ara susah payah tidak terjatuh. Walaupun sudah tidur dikelas, tetap saja matanya itu masih mengantuk. Untung hari pertama, mereka jamkos. Karena perut pun sudah demo, mau tak mau ia harus mengisinya dulu. Dan setelah itu, ia akan pergi menemui Aksa mengucapkan terima kasih.

"Ra, lo mau pesen apa? Biar gue yang pesenin," tawar Juli saat sudah menduduki kursi kantin.

Ara duduk lalu menopang dagunya menatap Juli sekilas. "Bakso sama jus mangga."

Juli mengangguk. "Ada lagi?"

"Itu aja."

"Sip."

"Thank."

Juli bangkit dari duduknya. Ara hanya diam sembari menopang dagu untuk menahan kepalanya agar tak menunduk tidur. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin mencari Aksa.

Tidak ada.

Itu artinya, ke enam cowok itu sedang berada di kantin belakang sekolah. Entah apa, ia tak tau. Ara menatap lagi ke ujung kantin. Dan pandangannya terpaku pada Chika dan Aluna yang sedang perang mulut.

Ara mendengus. Apakah tidak ada pertunjukan yang lebih menarik selain perdebatan antara dua cewek itu?

Ia kembali mengedarkan pandangannya. Tak tak lama, pandangannya kembali terpaku ke arah tiga sahabatnya yang salah satu sedang melambaikan tangan ke arahnya. Sedangkan dua sahabatnya lagi, terlihat jelas kalau sedang melakukan perdebatan.

Rafa dan Deni yang sedang melakukan percekcokan itu. Sedangkan Arga, sedang makan kalem seraya melambaikan tangan ke arahnya lalu tersenyum sekilas. Imut. Benak para cewek yang melihatnya.

Memang dari tiga umat manusia itu, yang yang wajahnya terlihat imut adalah Arga. Dengan dua lesung pipi di wajahnya itu membuat wajah Arga yang cute. Di tambah senyum yang terukir di kedua sudut bibirnya.

Ada juga wajah si raja gesrek, Rafa. Mempunyai wajah yang putih dan alis yang tebal. Jangan lupakan hidungnya yang mancung. Sangat manis. Itu adalah kata yang selalu keluar dari mulut para cewek ketika melihat Rafa.

Dan yang kampret, Deni. Cowok bersawo matang namun berbadan kekar. Wajah yang sangat menggemaskan ketika tertawa. Dan jangan lupakan rambutnya yang agak sedikit berponi.

Kembali pada Ara, cewek itu geleng-geleng kepala melihat pertunjukan absuard Deni dan Rafa. Kali ini mereka tidak melihat kondisi yang sedang di tatap para cewek-cewek genit.

Dan satu informasi lagi. Ara dan ketiga sahabatnya satu kelas. Tentu membuat tiga umat itu kesenangan bukan main. Bisa menjahili Ara nanti. Itulah rencana mereka.

"Liatin apaan?"

Suara itu jelas membuat Ara tersentak. Saat melihat pelaku, ia mendengus.

"Bisa gak, jangan ngagetin gue?"

Juli hanya cengar-cengir melihat wajah Ara. Ara lagi-lagi mendengus. Namun ia memilih diam. Ia mengambil bakso itu lalu menyantapnya. Rasanya lega ketika perutnya terisi. Karena perutnya yang sudah kenyang, membuat matanya agak sedikit tidak mengantuk. Entahlah, efek kenyang mungkin.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang