13. MARKAS DAN MAKNA

20.2K 1.2K 39
                                    

Maju untuk menang atau mundur sebagai pecundang.

*****

Malam berkelap-kelip memenuhi langit yang berwarna hitam. Aksa duduk di balkon dengan merenung memikirkan hal lain. Cowok itu menghela nafas panjang lalu berbalik guna menemui keluarganya.

"Lagi ngapain?"

Sontak kedua orangtuanya, cowok yang lebih tua darinya sekitar 4 tahun, dan seorang
cewek yang sedang duduk manja dengan bundanya yang berumur sekitar 14 tahun itu menoleh ke asal suara.

"Gak terima tamu ya disini," kata cewek itu dengan songong.

Aksa yang mendengar adiknya itu mendengus lalu duduk di sofa, disamping sang kakak tertua.

"Bun, besok aku nginep dirumah temen ya? Soalnya ada kerja kelompok," celetuk cowok disamping Aksa.

Aksa yang mendengar menoleh. "Alah bilang aja mau jalan-jalan," ejeknya.

Arsen menyengir. "Nah tuh tau, sekalian refreshing gara-gara skripsi. Bolehkan, Bun?" bujuknya yang di imut-imut kan membuat sang adik cewek melempar bantal ke arah Arsen.

"Mukanya gak usah digituin juga kali, Bang. Sumpah, gue gak boong. Jelek banget," decak Alisya mendengus keras.

"Diam dulu Alis sayang," ujar Arsen dilembutkan, namun tampak terpaksa. Memang menyebalkan adik perempuannya ini.

Alisya melotot lalu melempar bantal kedua yang langsung dihindari cowok itu. Karena Alisya berada di samping Arsen berbeda sofa, membuat Aksa yang terkena sasaran empuk itu ketika minum kopi sang ayah dengan diam-diam. Aksa tersedak membuat mereka menoleh lalu tergelak ketika ia tidak sengaja menyemburkan kopi itu ke samping yang berhasil mengenai wajah Arsen.

Aksa melihat itu menyengir kuda lalu langsung lari ke kamar sebelum kena omelan sang ayah yang minum kopinya diam-diam dan Arsen yang sudah mengeluarkan asap.

"AKSA!" teriak Fauzan.

"Anying! Aksa bangsat," umpat Arsen keras yang langsung di hadiahi tatapan tajam dari sang Bunda.

Aksa meringis kecil ketika suara Arsen dan ayahnya itu menggema di seluruh ruangan. Tak lama Aksa juga mendengar tawa menggelegar dari sang bunda dan adik jahanamnya.

Ia memilih membaringkan tubuhnya ke kasur, tak lama bunyi ponsel terdengar disampingnya.

Drett,

Drett.

Ia membuka ponselnya lalu melihat orang yang menelpon. Keningnya berkerut, tumben Alaska si cowok bermulut pedas itu menelpon.

"Hal-" ucapan Aksa terputus ketika mendengar suara menggelegar dari seberang sana. Ternyata bukan Alaska yang menelponnya, tetapi tiga kutu yang menelponnya.

"AKSA!"

"Apaan sih?! Pake teriak-teriak segala," decak Aksa mengelus dada kaget.

"Markas diserang." suara itu bukan suara tiga kutu lagi, melainkan suara Rasya yang sepertinya berhasil mengambil handphone dari mereka bertiga.

Matanya membulat saat mendengar itu. Ia berduri spontan dengan tangan langsung mengepal. "Serius lo?"

"Mending lo kesini aja deh liat sendiri."

"Bos, kita diserang." Dapat terdengar jelas kalau itu suara si Kalender Berjalan, Juni. Cowok itu tampaknya memang berbicara dilebih-lebihkan yang hasilnya mendapat omelan pedas dari pemilik telpon.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang