49. AKSARA BERHARGA

13.4K 1K 193
                                    

Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Setelah memilih membolos yang pada akhirnya di hukum hormat bendera, Aksa dan sahabatnya memutuskan untuk pergi ke kantin. Kantin sekolah yang mereka tuju, bukan kantin belakang sekolah yang sering mereka tongkrongi saat membolos.


Karena suasana hati yang kurang enak, Aksa memilih ke kantin itu. Pikirannya kacau memikirkan masalah Morlan dan juga Ara. Entah mengapa, cowok itu merasa jika Ara menyembunyikan sesuatu darinya. Ditambah, melihat Atlas dan Ara yang saat itu menangis, berhasil membuat Aksa benar-benar yakin jika Ara merahasiakan sesuatu.

Cowok itu menatap tajam ke arah dua siswa laki-laki yang sedang duduk di wilayahnya. Salah satu dari cowok itu tampak dingin sifatnya, dan jangan lupakan hal yang paling menonjol dari dia, slayer hitam di lehernya yang selalu di bawa cowok itu. Bukan mau berkuasa, tapi karena sudah terbiasa, ia lebih menyukai tempat pojok itu. Sekarang ini, mereka sedang menjadi pusat tontonan.

Para murid-murid yang sedari tadi terpesona pada dua laki-laki itu kini beralih pada enam orang yang baru saja tiba. Kaum hawa terpekik histeris dan berbisik-bisik karena dua laki-laki tampan itu kini berhadapan dengan enam Penguasa Permata.

"Bisa pergi?" tanya Aksa tajam ke arah dua siswa yang sedari tadi makan. Salah satunya berbicara sedangkan yang satunya hanya menganggukkan kepalanya malas meladeni temannya.

Salah satu siswa yang hanya diam itu membalas tatapan tajam Aksa. "Kalau gue gak mau?" tanyanya dingin dengan wajah santai.

Aksa melirik sekilas ke arah lambang yang bertanda kelas 10, lalu nama tag nya.

"Aaron Ashab Mahatama. Bisa pergi?" Setelah membaca, Aksa menatap cowok bermanik mata coklat itu kembali.

Sedangkan cowok yang dipanggil hanya mengangkat alisnya. Ia bersedekap dada menghiraukan tatapan memuja yang di layangkan pada dirinya dan Aksa.

Dua laki-laki yang sama-sama memiliki aura dingin namun berwajah memikat kaum perempuan, kini berhadapan.

Cowok berjambul merah yang selesai makan berdiri. Ia menepuk pundak temannya pelan seraya berbisik.

"Arr, mending kita cabut aja," ujarnya pelan. Ia mendongak menatap enam laki-laki jangkung yang menatap mereka. Ia mencengir tanpa dosa saat di tatap Aksa datar.

"Maaf, Calon Ketua. Kita bakal cabut kok," ujarnya lagi seraya menarik lengan temannya namun langsung ditepis kasar.

"Apa-apaan sih lo, Gas!" Cowok yang di panggil Aaron menatap tajam temannya.

Aksa kembali melirik lambang bertanda kelas X dan nama tag di samping cowok bernama Aaron itu.

"Sargas Megallanic," gumamnya pelan. Ia mengangkat alis saat cowok bernama Sargas memanggilnya dengan Calon Ketua.

"Whait whait whait!" Juni maju menyipitkan matanya menatap ke arah dua orang itu.

"Calon Ketua?" beo nya lalu menatap wajah Aksa.

"Bos! Lo ngadain gelar apa?" tanyanya heran yang berhasil membuat empat cowok di belakangnya mendengkus.

"Eh? A-anu, hehe." Sargas hanya mencengir bingung. "A-anu, kita nanti mau masuk anggota The Donster waktu pembukaan anggota baru nan—awsh bangsat lo Aaron!" umpatnya kesal karena kakinya di injak cowok di sampingnya.

Mereka berenam terdiam saat mendengar itu. Tak lama, Setyo dan Sam maju lalu menatap dua orang itu sama seperti Juni.

"Kalian mau masuk?" tanya Sam.

Sargas mengangguk. Sedangkan Aaron hanya diam dengan aura datar.

Mereka baru ingat, jika Minggu depan ada seleksi anggota baru angkatan ke 6. Sebagai angkatan ke 5 setelah angkatan ke 4, Rio, Aksa harus mengatur waktu dan peraturan baru yang berlaku nanti. Dan karena setiap tahun peraturannya selalu sama, itu memudahkan Aksa dalam mengontrol anggota baru nanti.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang