32. PETUNJUK ATAU BENCANA?

13.6K 1K 30
                                    

Setelah selesai acara kegiatan Pensi, semua dibolehkan beristirahat dan melakukan aktivitas. Terserah, asal jangan pulang. Sama seperti halnya Ara yang di ekori siapa lagi kalau bukan Juli. Cewek itu terus saja mengekor dibelakang layaknya anak ayam yang takut terpisah dengan induknya.

Ara sendiri memilih diam. Ia berjalan melangkahkan kakinya menuju taman belakang sekolah dengan menatap malas ke murid-murid yang berlalu lalang dengan menatapnya juga. Biarkan saja dia tidak sopan, ia tak peduli.

Saat tiba, ia langsung duduk dengan menyandarkan punggungnya di pohon diikuti Juli yang hanya duduk disamping Ara.

"Ra, lo tau gak?" tanya Juli.

"Gak."

Juli berdecak, "Gue kan belum ngomong." Ara hanya bergumam saja.

"Tuh udah ngomong," balasnya membuat Juli jengkel sendiri saat ini jadinya.

"Ish! Gue tadi liat Fika."

"Gue juga kali." Lagi-lagi ucapannya di sela Ara. Rasanya Juli ingin sekali menjitak Ara. Namun ia masih tak berani.

"Gue tau." Juli greget sendiri lalu menghembuskan nafas guna mengatur. "Gue tadi liat dia abis dari loker. Terus mata dia bengkak gitu."

Ara membuka matanya lalu menoleh cewek itu "Oh." Lagi-lagi rasanya Juli ingin menjitak cewek itu. "Ra, gue boleh gak jitak lo?"

Ara mendengus sinis ketika mendengar.
"Gue gak butuh jitakan lo." Juli berdecak kembali ketika mendengar. Sekarang ini, sifat Ara sudah keluar dengan kalimat pedasnya. Bagi Juli, kalimat pedas Ara tadi hanya angin lalu. Ia sudah terbiasa dengan kalimat-kalimat itu. Kecuali bagi yang tidak mengenal atau tak tahan dengan Ara ketika berbicara.

"Gak gue ceritain lagi deh."

Ara mengangguk santai. "Gue kan emang gak minta diceritain."

"Sabar-sabar." Juli mengelus dada sabar. Ara mendengus ketika melihat kelakuan cewek itu. Kenapa ia bisa memiliki teman cerewet begini? Ralat, atau sahabat? Ia sendiri tak tau itu.

Sesaat, ia mendengar suara gaduh dari depan. Sepertinya dari gerbang utama sekolah SMA Permata. Keningnya berkerut ketika mendengar suara laki-laki yang berteriak dengan memanggil Aksa.

"AKSA! KELUAR LO."

Ara berdiri dari tempatnya. Diikuti Juli yang juga mendengar itu. "Ra, mending kita ke tempat aman deh! Jangan ke sana." Juli panik ketika Ara melangkahkan kakinya menuju gerbang itu.

Ara menghentikan langkahnya lalu menatap Juli datar. "Gue cuma mau liat, gak ikut berantem," tekannya membuat Juli terdiam. Suara Ara kentara dengan sebuah perintah.

Juli menghela nafas. "Tapi nanti lo ketahuan."


Ara berbalik, menghiraukan ucapan Juli tadi. Sesaat, ia berhenti sejenak tanpa berbalik. "Lo pergi duluan! Gue cuma sebentar."

Mata Juli membulat. Apa Ara sudah gila? Kenapa cewek itu mudah sekali berbicara seperti itu? "Gak. Gue gak mau!"

Ara mengacuhkan itu. Ia tetap berjalan menuju gerbang. Rasanya, ia sedikit familiar dengan teriakan itu.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang