56. KEPINGAN KECIL

7.4K 835 262
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komentar ya 🤗
Huhu, semoga kalian menikmati ceritaku.

3627 kata
_
_
_
*****

"Aku mau kamu jujur."

Tubuh Ara lagi-lagi menegang. Kali ini bukan karena takut ataupun alasan penyakitnya, melainkan ucapan Aksa yang berubah tampak tulus menggunakan aku-kamu.

"G-gue-"

"Apa yang kamu sembunyiin?"

Aksa memotong ucapannya saat cowok itu melepaskan pelukannya. Jujur, saat Aksa memeluknya, nyeri pada perutnya perlahan hilang di gantikan dengan kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan. Matanya memutar perlahan agar air mata itu tak jatuh saat mengingat pelukan Sonya, bunda Atlas yang sudah tidak ada di kehidupannya.

Kursi di samping brankar itu Aksa dekatkan pada Ara. Ia menatap cewek itu lama lalu tersenyum kecil. "Aku gak maksa, itu hak kamu."

Sempat kecewa sedikit saat Ara hanya diam tak menjawab. Tapi ia juga lega ketika Ara sudah tampak terlihat baik-baik saja.

Melihat itu, Ara merasa bersalah. Ia menatap kosong ke arah jendela lalu menghela nafas panjang. "Gu-aku bukan gak mau, tapi belum waktunya." Tampak gugup saat mengucapkannya. Apalagi ia mengubah kosa kata yang benar-benar kaku bagi Ara.

Aksa mengulas senyum tipis. Tak lama, ia terkekeh geli ketika Ara bersuara. "Gak papa, kamu bisa cerita lain kali kalau keadaannya gak memungkinkan sekarang."

Senyum kecil terukir di sudut bibir Ara. Ia menatap Aksa lalu memperbaiki posisi duduknya menjadi menghadap Aksa.

"Ngomongnya harus ya pakai itu?" tanyanya tersenyum geli.

Mendengar itu, Aksa tergelak lalu mengangguk kecil. Ia menopang dagu menatap Ara. "Kan udah jadian," jawabnya enteng.

Ara mendengus, bukan tidak mau, tapi ia benar-benar tidak terbiasa. "Kaku, Sa."

Alis Aksa terangkat. "Makanya itu, mulai sekarang pakai aku-kamu biar gak kaku lagi." Sepertinya Aksa menyadari, jika Ara belum menjawab pertanyaannya. Ia juga menyadari, kalau Ara bukan mengalihkan pembicaraan, melainkan lupa karena terlalu ingin protes padanya. Baiklah, kalau itu hasilnya maka Aksa akan menunggu penjelasan langsung nanti.

Ara berdecak, "geli gue." Ia meringis kecil saat tiba-tiba telinganya di jewer Aksa pelan. Matanya melotot saat Aksa tersenyum mengejek. Aksa benar-benar nekad dan sudah berani menjewer telinganya. Baru kali ini ia melihat Aksa melakukannya.

Setelah melepaskan jeweran lembut itu, ia mengangkat dagu menatap Ara. Tak lama, ia terkekeh kecil. "Ulangi lagi kalau mau itu. Bukan maksa, biar beda aja hukumannya," sahutnya tertawa lepas.

Ara meninju perut cowok itu lalu menatap tajam ke depannya. "Berani?"

Bukannya sakit, Aksa malah tergelak kembali lalu mengetuk kening cewek itu. "Apa?" tanyanya tak peka saat Ara berdecak kesal.

"Awas kamu!" tukas Ara kesal. Aksa mengulum senyumnya saat Ara mengucapkannya.

"Awas apa?"

Menghadapi Aksa entah kenapa benar-benar membuat Ara kesal sekaligus bahagia juga. "Mukul kamu!" balas Ara ketus. Aksa tertawa kecil lalu geleng-geleng kepala melihat itu.

Ara menatap kosong ke arah jendela. "Gak mau nanyain yang tadi?" tanyanya ke awal topik. Ia bukannya mau membongkar, tapi melihat Aksa, ia merasa cowok itu sudah masuk ke dalam kehidupannya yang lumayan dalam. Mau cepat atau lambat, tetap sama. Semuanya pasti tau.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang