Ara turun dari motor Aksa lalu melepaskan helmnya. Saat ia ingin melepaskan, sebuah tangan langsung membantunya melepaskan helm itu. Ara mendongak ke depan dan melihat wajah Aksa yang menatapnya dengan tersenyum. Setelah melepaskan, Aksa kembali menegakkan tubuhnya disamping motornya.
Ara memberikan helm itu ke Aksa. Ia tersenyum kecil melihat Aksa yang sedang memasang helm itu di jok motor.
"Makasih."
Aksa menoleh lalu mengangguk. Ia tersenyum kecil. "Perlu di ulangin kata-kata gue?" Ara menggeleng dan tertawa kecil.
"Ya'udah. Lo hati-hati," pesan Ara membuat Aksa mengangguk. Lalu ia menaiki motornya dan menolehkan kepalanya ke Ara.
"Gue pulang dulu," pamitnya.
Ara mengangguk. "Hati-hati!"
Aksa tersenyum menanggapinya. Lalu melajukan motornya membuat Ara tersenyum melihat punggung yang kian menjauh itu. Ia berbalik dan menutup gerbang itu lalu menguncinya.
Aksa selama diperjalanan terus saja tersenyum. Ia menghirup udara yang menerpanya. Rasa senang kini menjalar dalam tubuhnya. Rasanya, ia sangat bersyukur hari ini karena mempertemukannya dengan Ara dan bisa menjadi sandaran untuk cewek itu.
"Gue akan lindungin lo apapun yang terjadi," tekadnya serius selama perjalanan. Ia akan melindungi gadis itu. Itulah tekadnya.
Saat sampai didepan pintu, ia melangkahkan kakinya masuk dan menaiki anak tangga. Namun, saat melewati ruang keluarga, ternyata keluarganya sedang berkumpul walau agak sedikit larut malam. Hal itu membuat langkah Aksa terhenti kala mendengar suara Fauzan, sang Ayah yang menatap anak ke-duanya.
"Abis darimana kamu?"
Aksa menatap sang Ayah dengan mencengir, "Dari markas, Yah."
Mata Fauzan menyipit. "Bener?" Aksa mengangguk. "terus, jaket kamu kemana?"
Aksa yang mendengar menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tadi menyuruh Ara untuk tidak perlu mengembalikan sekarang.
"Di pinjem sama temen, Yah."
"Masa sih?" celetuk seseorang yang sedang menatap TV. Namun, nada suara itu menyiratkan kalau cowok itu sedang mengompori sang Ayah.
Aksa mencebik ketika mendengar suara sang kakak yang seenaknya saja mengompori sang Ayah.
Fauzan dan Rani geleng-geleng kepala melihat mereka berdua.
"Tuan Arsenio Allaver Ramatha. Anda jangan mengompori Ayah ya, bisa,kan?" sahut Aksa jengkel dengan menyebutkan nama lengkap Arsen.
"Baik Tuan Aksara Aldebaran Ramatha," cibir Arsen membuat Aksa mendelik kesal.
Fauzan tersenyum melihat itu. Fauzan Ramatha nama lengkapnya. Memang, keluarga Aksa bermarga Ramatha. Aksa tidak menggunakan marga itu disekolah. Ia tidak mau dicap sebagai seseorang yang hanya menggunakan kekuasaan sang Ayah. Ia hanya ingin mandiri. Oleh karena itu, Sampai saat ini, yang tau marganya hanya sahabatnya saja. Jelas ia tak mau mengumbar kekayaan itu karena sang Ayah yang merupakan pembisnis besar dan memiliki berbagai cabang proyek.
Aksa memang tidak pernah menggunakan marga itu karena ia menggunakan itu hanya saat keadaan darurat saja. Tentu sifatnya berbeda dengan Arsen yang kadang-kadang berfoya-foya yang alasannya entah habis belajar full lah, ulangtahun lah, lalu berbagai macam lagi. Namun sifat Arsen tidak menggambarkan kesombongan pada dirinya. Ia berlaku ramah pada orang dan membuat yang melihatnya itu tentu banyak rencana jahat.
Lalu ada sang adik, Alisya Afsheen Ramatha yang menduduki bangku terakhir SMP. Sifat yang cerewet dan ketus membuat kedua sang Kakak kadang jengkel dengannya. Namun, meskipun begitu, mereka saling melindungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLA [END]
Teen FictionCerita : TAMAT (Part masih lengkap)✓ (Follow dan vote komentar jangan lupa, biar adem gitu haha) [PERJUANGAN DAN PERSAHABATAN DISEBUAH KEHIDUPAN] Pertemuan antara Sang Raja Jalanan dan sosok perempuan bermata biru penuh teka-teki, dan sifat yang san...