50. JANJI DUA BINTANG

14.3K 1.1K 203
                                    

*****

Jangan pernah pergi sebelum bintang terakhir yang ngizinin. Karena alpha dan omega adalah hal yang paling berharga dalam hidup gue, pertama dan terakhir.

~ Aksara Aldebaran ~

*****

Saat ini, suasana sekolah sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa anak laki-laki berseragam futsal dan juga siswi berseragam basket. Mengingat hari ini hari Senin, Aksa mengumpat kesal. Ia lupa jika hari ini ada jadwal ekstrakurikuler yang di ikuti nya.

Aksa yang masih duduk di kursi kelasnya seketika langsung berdiri. Ia mengambil tas lalu menyampirkannya ke bahu kanannya. Kancing seragam putihnya sudah terbuka sedari tadi. Cowok itu berhenti di depan pintu kelas saat suara Juni memanggilnya.

"Bos, mau kema-eh? Eh apaan nih? Curang aja ni orang!"

Ia melirik sekilas pada Juni yang sekarang masih memainkan game bersama Setyo di pojok kiri.

"Pulang," jawab Aksa.

"Lho? Lo gak latiha-ah kampret! Awas aja lo Land! Gue samperin nanti!" umpat Juni kesal pada lawan mainnya.

"Siapa sih yang lo lawan?" Setyo menatap Juni jengah. Ia meletakkan ponselnya setelah selesai memainkan game.

"SiAland!" Juni menggeram dengan menggebrak meja. Hal itu membuat Setyo terlonjak kaget dan langsung berdiri.

"Eh bangsat!" umpatnya kaget.

Juni berdecak seraya berkacak pinggang. "Aland bangke! Gue belum siap, masa langsung nembak!"

Setyo menutup mulutnya terkejut. "Hah? Lo di tembak cowok?" Juni mengernyitkan dahi lalu mengangguk kembali. Setyo menggeleng kepalanya lalu menatap Juni serius. "Siapa cowoknya? Aland?"


"Iya!" sahut Juni kesal.

"SiAland yang sekelas sama Rafa and the geng kan?"

Juni mengernyit heran.

"Wah wah!" Setyo menutup mulutnya yang terbuka kembali. "Gue gak nyangka, dia belok sama lo," ujarnya heran.

Aksa yang sedari tadi menonton tergelak saat mendengarnya. Cowok itu geleng-geleng kepala seraya bersandar bahu di depan pintu menonton perdebatan mereka.

Juni melotot. Astaga! Ternyata sahabatnya ini kadang-kadang lola. Ia menjitak cowok itu dengan tatapan sinis. "Lo kira apaan? Yang gue maksud itu dia curang! Masa lo gak ngerti?!"

"Mana gue tau!" kilah Setyo.

"Ngeles aja lo!"

"Emang bener!" Setyo melotot membantah.

Aksa memilih pergi setelah menonton mereka. Juni yang menyadari langsung mengambil tasnya lalu seragam futsal yang tergeletak di mejanya. Ia berlari diikuti Setyo yang mengumpat kesal.

"BOS! LO MAU KEMANA?!" teriak Juni di sepanjang lorong. Beberapa anak laki-laki yang berada di pinggir lapangan menoleh pada mereka. Termasuk para cewek yang saat ini masih menunggu pelatih mereka.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang