04. PERTEMUAN

15.7K 1.2K 41
                                    

Suasana malam tampak sunyi. Angin berhembus melalui celah jendela yang masih terbuka membuat udara dingin menembus kulit putih Ara. Namun sang empu menghiraukan itu.

Ara nampak sedang mencari cari sesuatu di bagian laci meja belajarnya. Ia membongkar satu persatu laci. Namun tidak juga menemukannya.

"Mana sih?" geramnya dengan memukul mejanya sedikit keras.

Ara membongkar tasnya. Namun, nihil. Tidak ada. "ARGGH," teriaknya kesal.

Ceklek.

Pintu terbuka membuat kegiatan Ara terhenti dan memandang sang kembarannya menatapnya dengan khawatir. Ara hanya mengangkat alisnya melihat Kejora.

"Ra? Kamu kenapa teriak-teriak?"

Ara hanya menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Gak papa. Gue cuma lagi nyari kertas karton buat tugas besok. Tapi gak ada, kayanya gue emang lupa deh beli nya kemarin." Ia meringis kecil sekaligus geram juga.

Kejora tampak mengangguk paham. "Aku juga gak ada." Kejora seakan tau maksud Ara.

Ara yang mendengar tampak kecewa namun mengangguk mengerti. "Yaudah. Gue mau ke depan bentar dulu," pamitnya lalu mengambil jaket birunya dan memakai softlens matanya.

Ara yang hendak berlalu, tampak berhenti ketika Kejora menahan tangannya. "Tapi kan ini udah malam. Nanti kamu kenapa-kenapa gimana?" cemasnya.

Ara yang mendengar tertegun. Lalu tersenyum kecil. "Lo tenang aja. Gue bisa jaga diri."

Kejora tampak menimang-nimang. "Atau mau aku temenin aja?" tawarnya menatap Ara menunggu jawaban.

Ara menggeleng.

"Udah. Gue bisa sendiri. Lagian gue cuma ke depan doang. Kaya mau pergi jauh aja." Ara terkekeh.

"Yaudah! Kamu hati-hati, jangan lama. Nanti kelurga baru kita datang," pesan Kejora yang masih terlihat kekhawatiran di wajahnya.

Ara tampak terdiam. Keluarga baru? Ara harap mamanya bahagia. Tak lama, ia menghela nafas lalu mengangguk menjawab.

*****

Aksa didalam kamar hanya uring-uringan. Memeluk guling sambil berguling-guling. Entah apa yang dipikirkannya cowok itu. Dia baru saja sampai satu jam lalu dari markas mengenai pembahasan motornya yang disabotase.

Kriuk,

Kriuk.

Suara perut milik cowok itu berbunyi. Aksa meringis kecil mendengarnya. Karena lapar, ia bangun lalu mengambil kunci motornya dan jaket kebanggaannya.

"Cari makan aja deh. Siapa tau nemu jodoh," gumamnya sambil terkekeh ketika mendengar kata jodoh terucap begitu saja.

Menuruni anak tangga lalu berpamitan dengan kedua orangtuanya. Mengendarai motor menuju tempat warteg langganannya, mie ayam.

Beberapa menit, Aksa sampai di warteg langganan keluarganya, warteg Bu Rohi.

"Bu, kaya biasa ya," pesannya lalu duduk memainkan ponselnya.

Sambil menunggu pesanan, dia sempat mendengar suara gadis yang tampak familiar disebelah warteg Bu Rohi, Toko buku. Warteg Bu Rohi ini bersebelahan dengan toko buku yang menjual beraneka ragam alat-alat tulis.

"Bu, kertas kartonnya tiga, warna putih ya."

Tidak salah lagi! Pasti gadis itu, tebak Aksa.

Saat berbalik, Ara tak sengaja menjatuhkan sesuatu dalam dompetnya. Namun ia tidak tahu karena terburu-buru. Aksa yang melihat langsung mengambil barang itu setelah punggung Ara mulai menjauh. Ia memanggil cewek itu.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang