22. RUANG OSIS

16.7K 1.1K 43
                                    

Berjalan dengan malas adalah kegiatan Ara sedari tadi. Cewek itu akan pergi ke ruang OSIS saat bel pertama berbunyi. Dan hari ini, adalah hari kedua atau terakhir untuk bebas dari hukuman menjengkelkan itu. Ara benar-benar kesal bukan main dengan cowok bernama Biru itu.

Bagaimana tidak? Saat ia ingin pergi melangkahkan kakinya ke kantin karena lapar, ia tak sengaja berpapasan dengan Biru yang membawa map entah apa isinya. Ara yang melihat itu pura-pura tak peduli. Ia hanya ingin makan. Tidak mau diberi tugas dulu. Namun keberuntungan tidak berpihak padanya. Saat melewati cowok itu, Biru menghentikan langkahnya.

"Tunggu."

Ara hanya diam menunggu kelanjutan ucapan sang ketua OSIS. "Sekarang lo ke ruang OSIS," tukas Biru datar lalu pergi menghiraukan panggilan Ara untuknya.

"Eh, gue mau ke kantin," teriak Ara kesal tapi Biru menghiraukanya. "Cowok gila! Gue mau makan aja, gak bisa tenang," decak Ara jengkel.

Mengingat itu, Ara semakin kesal. Apalagi Resha, cewek itu tidak masuk karena alasan apalah. Hal itu membuat Ara jengkel setengah mati.

"Awas aja tu badut!" dumelnya sambil berjalan cepat. Ia hanya ingin ke kantin setelah selesai.

Saat didepan pintu OSIS, cewek itu hanya menatap pintu bercat abu-abu itu. Hal itu tak luput dari pandangan murid yang melewatinya. Namun kembali lagi dengan sikap Ara diawal. Tidak peduli.

Ara menghela nafas panjang sebelum memasuki ruangan yang sangat ia hindari saat di Jakarta. Dan satu hal tentang Ara, cewek itu tidak suka berbaur OSIS.

Ara membuka pintu perlahan. Dan saat membuka, pertama kali ia lihat adalah seorang cowok yang duduk di sofa dengan mengecek sebuah berkas di map. Ara berjalan dengan perlahan lalu menatap sekeliling. Jujur, ia kagum dengan ruangan itu. Isinya dipenuhi dengan medali, piagam serta hadiah-hadiah berupa benda yang disimpan di lemari khusus.

Suasana tampak hening. Biru masih sibuk dengan map nya. Dan Ara yang menatap ruangan itu.

"Nih." Biru menyerahkan berkas map berwarna merah ke Ara yang berdiri didepannya. Cowok itu tetap duduk di sofa yang didepannya ada sebuah meja tempat meletakkan map.

Ara menoleh lalu mengerutkan keningnya. "Ngapain?"

Biru mendengus geli. "Catat. Salin tulisan di kertas itu ke map." Menunjuk kertas yang tergeletak didepannya lalu menunjuk map merah itu.

Ara yang mengerti langsung mengangguk. Ia duduk di sofa berbeda dengan Biru, tepat disampingnya.

"Nama apaan nih?" gumam Ara dengan alis terangkat. "Pembagian kelompok bus?" tanyanya sambil membaca.

Biru menoleh. "Camping," ujarnya mengisyaratkan.

Ara ber-oh saja, tidak membalas. Ia tak akan bicara, ia ingin makan. Itu lah yang ada dipikirannya sekarang. Hanya ada keheningan diantara mereka. Ara yang sibuk mencatat, dan Biru yang sedang mengecek berkas.

"Kalau udah selesai, tolong beresin buku di rak," celetuk Biru setelah keheningan.

Ara yang mendengar memejamkan matanya sejenak lalu menghela nafas ringan. Sepertinya, ia tak sempat makan. "Hm," balasnya sekenanya.

Biru sedari tadi sudah selesai. Ia beranjak dari tempatnya lalu berjalan keluar meninggalkan Ara yang menatapnya tajam.

"Udah nyuruh, ninggalin lagi," gerutu Ara saat Biru pergi. Cewek itu menatap pintu OSIS dengan sinis.

"Untung terakhir, bisa aman gue."

"Awas aja nanti!"

"Gue laper. Dia malah pergi, udah nyuruh lagi, si Kejora kok mau aja sih sama dia? Udah gila tuh anak suka sama Kutub," cibir Ara sambil menulis sesekali menekan tulisannya.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang