28. PERHATIAN KECIL

16.3K 1.1K 59
                                    

Setelah kepergian Antraz, geng The Donster memutuskan untuk kembali ke tenda mereka. Termasuk para murid-murid yang diperintah oleh Pak Toni.

Sedangkan Ara, ia hanya mengikuti instruksi setelah menemui Aksa. Tapi, ia tak bertemu dengan Antraz. Itu memang keinginannya sendiri. Ia hanya tidak mau rahasianya tentang Starla terbongkar. Termasuk Aksa. Ara memang memberitahu tentang dirinya ke Aksa. Tapi bukan tentang Starla. Ia hanya memberitahu dirinya yang berurusan dengan The Python saja.

Ketika sampai, Ara duduk didepan tenda memperhatikan murid-murid lain yang berlalu lalang kesana-kemari. Ara menghembuskan nafas panjang

Tentu saja ia masih memikirkan semua masalah yang menyangkut geng motor. Belum masalah satu selesai, sekarang satu masalah datang lagi.

"Nih."

Sodoran minuman membuat Ara membuka matanya dan menatap pelaku. Sedangkan si pelaku tersenyum kecil lalu ikut duduk disamping cewek itu.

Ara mengambil minuman itu lalu meneguk beberapakali. Ia bernafas sedikit lega. "Makasih."

Aksa mengangguk. Lalu matanya menatap pergelangan Ara yang agak memar. Ia meraih lengan itu membuat sang empu terkejut. Aksa melihat memar itu, cukup membiru. Ara yang melihat juga terkejut dengan lengannya. Ia baru sadar. Pasti karena cekalan beberapa anggota Blogger tadi.

Aksa yang melihat Setyo membawa kotak obat ketika tak jauh darinya, langsung merampasnya membuat cowok itu terkejut. Namun saat melihat pelakunya Aksa, ia langsung berdecak.

"Bos! Itukan buat gue?!" rengeknya membuat Aksa bergidik.

"Ish, lo apaan sih? Geli gue!" semprot Aksa melotot.

"Lo mau ngapain, Bos?" Mata Setyo melotot ke arah bos kampretnya itu. Ia berkacak pinggang lalu berdecak lagi, "Bos, itu buat apaan? Itu kan punya gue."

"Ya ngobatin lah! Gimana sih?!" jengah Aksa membuat Setyo lagi-lagi berdecak. Namun saat ingin membalas, Aksa sudah melangkahkan kakinya untuk pergi.

Setyo mendengus. Saat Aksa pergi, ia memilih kembali ke tendanya dengan mendumel-dunel tak jelas.

"Sini!" Aksa dengan hati-hati mengambil lengan Ara lalu mengobatinya dengan pelan-pelan. Ara yang melihat lantas tertegun dan terdiam tiba-tiba kaku. Jantungnya kembali berdegub kencang ketika dekat dengan Aksa. Ia tak tau apakah punya penyakit jantung? Atau apa?

"Selesai." Aksa tersenyum puas membuat Ara tersadar dari lamunannya.

"Ma-makasih." Aksa mengangguk lalu mengerutkan keningnya.

"Kenapa gugup?" Aksa mengangkat alisnya menatap Ara dengan senyuman tipisnya. Ara yang diperlakukan seperti itu mendengus.

"Gak papa," balasnya setelah menetralkan jantungnya. Matanya beralih ke sudut bibir Aksa yang tampak memar, dan juga diwajahnya.

Ara sedikit meringis ketika melihat itu. Walaupun dulu ia sering begitu, entah kenapa, ketika ia melihat Aksa seperti itu sedikit meringis.

Ara berdecak menatap Aksa yang masih menaik-turunkan alisnya menatap dirinya. Sungguh, Ara ingin sekali menjitak cowok itu. Dan juga, seharusnya cowok itu mengobati dirinya sendiri, bukan dirinya yang hanya sedikit memar.

Ara menghela nafas berat. Ia meraih kotak obat itu dari Aksa dengan sedikit kasar. Sungguh, Ara kesal dengan cowok ini yang terlalu mementingkan dirinya  dari pada wajah cowok itu sendiri.

Ara membuka obat itu lalu meneteskannya ke kapas. Ia mendongak lalu menarik Aksa sedikit mendekat. Aksa yang diperlakukan dengan dadakan langsung kaget. Namun, saat Ara mengarahkan kapas itu ke sudut bibirnya, ia tersenyum samar-samar.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang