11. HUJAN

21K 1.2K 73
                                    

Bel pulang berbunyi membuat Ara menghela nafas lega. Ia membereskan alat-alat tulisnya dan bergegas ke taman belakang sekolah karena sekolah sudah sepi.

"Ara, gue kangen." Deni merentangkan tangannya membuat mereka pura-pura muntah.

Saat Deni ingin memeluk Ara, dengan cepat Rafa menarik baju Deni dari belakang membuat cowok itu terhenti.

"Apaan sih Raf, gue kan kangen sama Ara." Deni mengerecut bibirnya membuat Arga kesal lalu menjitak cowok itu.

"Alay banget lo, Den."

"Biarin!" Deni menatap cowok berlesung pipi itu dengan sinis.

"Serah lo Den, serah!" Arga mendengus kesal lalu memilih diam.

Ara yang melihat perdebatan mereka hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum samar-samar. "Mau ngomong apa?"

Mereka berhenti berdebat lalu menatap Ara. Rafa mendekati Ara dengan senyum konyolnya. "Lo tau gak?"

"Gak."

Rafa mendengus geli. " Belum gue ngomong Ara," decaknya membuat Ara terkekeh kecil lalu mengibaskan tangannya.

"Apa?"

"Kita mau ikut jadi anggota Antraz," sahut mereka serempak.

Ara hanya terdiam dengan menaikkan sebelah alisnya membuat mereka gemas bukan main. "Terus?"

"Ya elah, Ra. Bukannya lo semangatin kita kek, ngucapin selamat kek, lah ini? Diam aja," omel Arga dramatis.

Ara tertawa lalu merangkul mereka bertiga.
"Ya udah, gue bercanda doang. Nih gue ucapin selamat buat kalian."

Mereka lalu tersenyum. Memang tidak salah memilih Ara sebagai sahabat cewek satu-satunya, Ara memang pengertian.

"Lo tenang aja, Ra. Nanti kita bakalan jagain lo terus kalau kita masuk Antraz," ucap Rafa mantap diangguki Deni dan Arga.

"Iya, Ra. Kita beruntung punya sahabat kaya lo. Lo itu emang pengertian banget. Kalau cewek lain pasti ngelarang kita," timpal Arga.

Ara melepaskan rangkulannya lalu menatap mereka bergantian. "Gue yang beruntung punya sahabat kaya kalian." Ara tersenyum kecil.

"Tapi ingat, kalau kalian masuk Antraz, jangan pernah sombong. Masuk Antraz karena kalian itu emang punya niat baik," peringat Ara.

Mereka mengangguk setuju. "Siap!" Bagi mereka, Ara adalah orang yang paling mereka lindungi setelah keluarga.

"Santai aja Ra," sahut Rafa.

"Tapi do'ain kita ya supaya bisa liat muka Starla," celetuk Deni cengengesan.

Ara mengerutkan keningnya. " Emang kalian mau ngapain kalau liat muka Starla?" Alisnya terangkat dengan terkekeh geli.

"Mau foto," sahut Deni cepat.

"Jadiin gebetan lah, katanya seumuran," sembur Rafa menaik-turunkan alisnya.

Ara yang mendengar tertawa. Ada-ada saja mereka. "Emang dia mau sama lo?" ejeknya disambut gelak tawa Deni dana Arga.

"Ya diledek Ara." Deni terbahak melihat wajah masam Rafa.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang