Hujan gerimis yang turun mengguyur Jakarta termasuk Lapangan kosong tidak membuat pertempuran besar itu berhenti. Malah, sekarang saat hujanlah yang menjadi puncaknya. Karena kedua kubu yang saling menjebak satu sama lain entah siapa yang nanti akan memenangkan itu sama-sama mempertahankan kekuasaan mereka.
Mata tajam bak elang milik seseorang yang berdiri ditengah-tengah lapangan itu menatap Leo dan Rangga termasuk Gamma dengan amarah terpendam dan tangan yang memainkan tongkat double stik. Jaket hitam bertuliskan The Python di punggungnya itu sudah basah karena hujan yang mengguyur. Ikat kain berwarna biru berukuran kecil di pergelangan tangan kirinya itu terikat kuat. Matanya merah memendam amarah.
Melihat kedatangan mereka, Rangga yang berada disamping Leo atau lebih tepatnya berhadapan dengan cowok yang memiliki ikat kain biru di pergelangan tangan itu membeku.
"Gue pikir lo cerdik, ternyata otak lo masih sama aja kaya dulu," ucap Ara datar yang berada di belakang cowok berjaket sama dengannya.
Mata tajam itu Rangga arahkan pada cowok di depannya. Walaupun amarahnya memuncak ketika mendengar penghinaan dari Ara secara langsung, ia tak boleh bertindak gegabah saat ini. Apalagi sekarang mereka di kepung secara masal. Walaupun anggotanya ratusan disini, tetapi tetap saja ia kalah anggota karena orang yang berada didepannya membawa anggota dua kali lipat.
Ditambah, orang yang membawa pasukan itu adalah seorang yang dulu pernah bersamanya. Dan derajat cowok didepannya itu lebih tinggi bahkan memiliki aura dingin sangat kuat dari dirinya saat dia masih berada di Bandung.
Angkasa Ambareesh.
Tangan kanan The Python yang memiliki aura kuat. Orang yang dulu pernah bersamanya menjalankan tugas dari sang pemimpin. Cowok yang memiliki sejuta misteri dengan ciri khas sama dengan Ara namun sedikit berbeda. Ia memakai ikat kain berwarna biru di pergelangan tangan kirinya dengan tongkat double stik di tangan kanannya.
Mata tajam bagaikan elang selalu menjadi ciri khas utamanya ketika menjalankan tugas. Sehingga nama Angkasa Ambareesh itu menjadi orang yang paling di takuti di Bandung setelah Ara dan juga Kanhar Bregasfan, ketua Pegasus yang telah gugur.
Cowok yang bernama Angkasa Ambareesh itu menatap Rangga dengan wajah sinis. Aura dingin dan hawa dingin benar-benar menyelimuti keadaan mereka saat ini.
"MAJU!" titah cowok itu dengan nada tegas dan aura dingin.
Dadanya naik turun sejak tadi ketika melihat keadaan Ara yang tidak bisa di katakan baik-baik saja. Ia tau cewek itu sedang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ditambah, keempat cowok Antraz juga ikut terjatuh saat Rangga membawa pasukan baru. Lima orang itu adalah orang yang harus ia lindungi dari berbagai bahaya walau nyawa taruhannya.
Cowok yang seumuran dengan Bagas dan Atlas itu langsung maju tanpa basa-basi ketika Gamma memanggilnya. Melihat Gamma, amarahnya memuncak kembali.
Aksa yang berada di belakang Angkasa ikut memerintahkan anggotanya untuk menyerang. Sekarang, saatnya mereka bertindak saat Ara benar-benar memberi isyarat kepada Bara. Bara yang berada di ujung Lapangan itu langsung mengangguk.
Bara mengangkat sebelah tangannya untuk menyuruh anggotanya menyerang saat Aksa sudah maju.
Leo yang melihat akan ada pertempuran sebenarnya dibawah guyuran hujan itu langsung menoleh pada gadis di sampingnya. Gadis yang Ara sebut-sebut Miseyla itu menatap Leo juga. Ia tersenyum tipis menanggapinya.
"Aku gak papa," katanya.
Leo mengangguk lega. Cowok itu menatap kembali ke depan.
Tepat saat itu juga ada yang memukulnya dari depan. Ia mundur beberapa langkah karena pukulan kencang itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
STARLA [END]
Teen FictionCerita : TAMAT (Part masih lengkap)✓ (Follow dan vote komentar jangan lupa, biar adem gitu haha) [PERJUANGAN DAN PERSAHABATAN DISEBUAH KEHIDUPAN] Pertemuan antara Sang Raja Jalanan dan sosok perempuan bermata biru penuh teka-teki, dan sifat yang san...