25. CAMPING [1]

17.2K 1.2K 40
                                    

Cowok kalau ghibah, jarang. Lah cewek, pada setiap jam ghibah mulu. Makanya kita gak banyak dosa, hahaha.

~ Prasetyo Anjaya ~

*****

Suara bus terdengar di telinga mereka. Hal itu membuat murid-murid yang berada di lapangan bersiap-siap untuk masuk. Wajah antusias, senang dan semangat tampak kentara di wajah mereka. Hal yang paling ditunggu-tunggu. Tentu saja camping Alam Bebas ini merupakan sesuatu hal yang paling tidak bisa ditinggalkan untuk anak SMA Permata. Kecuali kelas XII yang sudah lulus.

Bunyi-bunyi dari bibir mereka tampak begitu jelas terdengar karena guna mencari-cari nama mereka untuk duduk.

Termasuk Juli yang ada disamping Ara. Cewek itu tampak begitu senang. Apalagi bersama teman barunya, Ara. Cewek itu terus saja menceloteh untuk kegiatan mereka nantinya saat tiba di sana. Ara yang disampingnya, terkadang menguap lebar karena dibangunkan Mamanya begitu pagi. Dan tentu saja ia masih mengantuk. Ara hanya mengangguk dan bergumam. Tidak menyahut.

Kejora yang tak jauh dari mereka berdua terkekeh. Ia dapat melihat mata Ara yang masih agak merah menahan kantuknya. Tak lama, suara Pak Anton menginterupsi mereka untuk bersiap-siap dan duduk sesuai namanya. Kejora nampak mendesah kecewa karena tidak satu bus dengan Ara saat membaca namanya yang tidak ada Ara.

"Ra, ayo naik!" seru Senja. Mereka satu bus. Dan Kejora bersyukur. Untung saja tidak terpisah. Jadi ia ada teman mengobrol.

"Iya."

Sedangkan Ara, cewek itu melangkahkan kakinya diikuti Juli karena mereka satu bus. Tentu itu membuat Juli senang. Dan cewek itu nampak semakin senang ketika membaca namanya dan juga ada geng inti The Donster terpampang di sana. Entah kebetulan atau tidak, Ara satu bus dengan mereka.

Aksa berlari kecil menyusul Ara ketika cewek itu hendak masuk. Saat Ara mengangkat tas, Aksa langsung meraihnya membuat Ara menoleh.

"Aksa? Ngapain lo disini?"

Aksa mendengus geli. Cowok itu mengetuk kening Ara lembut lalu mengangkat alisnya. Apa Ara tidak melihat namanya di kertas itu? "Satu bus, gak liat?"

Ara mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu matanya menatap ke tangan cowok itu. Saat Ara ingin mengambil tasnya, dengan sigap Aksa langsung menarik lengan Ara dan sebelah tangannya membawa tas Ara. Sedangkan tasnya, dibelakang cowok itu ada Juni yang membawakan sambil menggerutu tak terima.

"Masalah cewek aja, gercep si Bos!" cibirnya namun tetap membawa tas.

"Mending lo diem, kaya lalat aja berisiknya!" sahut Alaska tajam lalu duduk di kursi yang ada namanya. Menghiraukan cibiran Juni untuknya. Diikuti Rasya yang duduk disampingnya. Sepertinya, Aksa sudah merencanakan tempat duduk itu.

Sam dan Setyo berjalan melewati Juni dengan langkah santai. Menghiraukan Juni yang kesusahan. Padahal, tasnya sendiri yang berat. Kalau Aksa, ia membawa barang secukupnya saja. Sedangkan Juni, membawa berbagai macam makanan, gitar, dan alat lainnya, dan juga tentu saja cermin kesayangannya tidak tertinggal.

Sam menepuk pundak Juni ketika didepan pintu bus. "Sabar Jun. Gue sebagai komplotan lo akan membantu."

Setyo ikut mengangguk. Padahal hanya masalah tas saja. Namun tetap saja Juni kesusahan. "Iya, kita bantu lewat do'a ya."

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang