Saat Ara berbalik meninggalkan kantin, Resha yang merasa dipermalukan segera menarik rambut Ara dari belakang membuat sang empu memejamkan mata.
Sialan! batin Ara mengumpat dengan menahan emosinya.
Ara berbalik menatap dingin Resha. Ia hanya diam tanpa membalas. Resha yang merasa diremehkan, langsung menatap angkuh lalu mengambil minuman salah satu murid yang agak dekat. Ara sudah tau siasat badut itu.
Saat Resha berjalan ke arah Ara, Ara tertawa sinis membuat yang melihat heran.
"Lo kenapa ketawa?!" Resha melotot dengan wajah merah.
Ara menghentikan tawanya lalu menatap Resha santai. "Cara lo murahan!"
Resha menggeram kesal. "Mau tau, cara yang bagus?" tawar Ara membuat mereka penasaran. Ara berjalan mendekat ke arah Resha. Saat semakin dekat, Resha perlahan mundur karena melihat mata Ara penuh kilatan murka walau tertutup wajah santai. Resha tak sadar jika punggungnya sudah membentur dinding tembok membuatnya terkurung karena Ara menatapnya dari depan.
"Mau tau?"
Resha menggeleng "Minggir!" bentaknya namun nada gugup.
"Gak, sebelum gue nunjukin gimana caranya biar lo sadar," desis Ara membuat mereka semakin penasaran. Mereka kira, Ara akan membalas dengan menjambak atau menumpahkan minuman. Ternyata mereka salah. Hal itu membuat mereka semakin penasaran saat Ara berbisik ke salah satu murid perempuan.
Murid perempuan itu berdiri setelah berbisik dengan Ara. Dapat mereka lihat kalau wajah murid itu sedikit menahan senyumnya.
Beberapa menit, murid perempuan itu kembali dari koperasi. Hal yang membuat mereka terkejut adalah murid itu membawa sebuah cermin yang sekitar ukuran sama wajah. Murid itu memberikanya membuat Ara tersenyum dan berterimakasih. Mereka yang melihat senyum itu sejenak terpesona ketika suara Ara menghentikan mereka.
"Nih." Ara menyerahkan cermin ke Resha yang bingung.
"Maksud lo apa?!" bentaknya tak terima.
Ara menaikan sebelah alisnya lalu menatap seluruh murid yang ada di kantin "Gue mau nanya sama kalian, ini apa?" tanyanya mengangkat cermin
"Cermin," jawab mereka serempak
"Lah itu Ara mau ngapain ya?" tanya Sam melongo.
"Penasaran gue," celetuk Juni menatap Ara tanpa berkedip.
"Tontonan terbaru nih," sahut Setyo. Aksa mendengus namun tetap diam memperhatikan Ara.
Ara menatap Resha datar. "Nah mereka aja tau, masa lo gak paham?"
"Gue gak butuh itu," kata Resha sinis setelah menetralkan kegugupannya.
Ara menaikan sebelah sudut bibirnya membentuk senyum sinis. "Masa? Nih."
Resha semakin geram melihat Ara yang memojokannya. "Lo ngapain sih?" bentaknya keras.
Ara mengangkat cermin itu lalu menghadapkan cermin itu didepan wajah Resha."Nih buat ngaca." Wajahnya datar dengan sorot dingin. "muka lo kayanya gak pernah ngaca, makanya gak tau diri," lanjutnya santai menghiraukan tawaan dari murid di kantin.
Wajah Ara mendekat lalu membisikan sesuatu pada Resha dengan pelan namun penuh penekanan. "Satu titik darah, di balas satu nyawa."
Resha menegang. Ia pernah mendengar kalimat itu namun lupa di mana. Yang pasti, kalimat itu benar-benar tersirat penuh arti.
Ara berbalik setelah menyerahkan cermin itu ke Resha karena paksaan nya. Ara berjalan dengan wajah datar. Saat ia tepat melewati geng inti The Donster, ia berhenti sejenak membuat mereka bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLA [END]
Teen FictionCerita : TAMAT (Part masih lengkap)✓ (Follow dan vote komentar jangan lupa, biar adem gitu haha) [PERJUANGAN DAN PERSAHABATAN DISEBUAH KEHIDUPAN] Pertemuan antara Sang Raja Jalanan dan sosok perempuan bermata biru penuh teka-teki, dan sifat yang san...