45. BERTAHAN

16.8K 1.2K 450
                                        

Kekuatanku kadang bisa hilang karena memang sudah tak di butuhkan. Lalu apa jadinya jika kekuatan itu hilang saat aku benar-benar membutuhkannya?

*****

Baca sambil dengerin lagu ya.

*****

"Ra? Ba-ngun!"

"Lo kuat, Ra. Lo kuat," ucap Aksa dengan yakin berulangkali.

Mata Ara perlahan tertutup dengan wajah dan tubuh yang basah Kuyub. Bahu cewek itu bergetar karena merasakan sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Kejadian itu tepat ketika anggota mereka memenangkan pertempuran. Morlan yang sudah di hajar habis-habisan oleh Bara, beserta Rangga yang di pukul Angkasa tanpa ampun. Bahkan, saat pertempuran itu sudah berhenti, cowok itu tetap memukul Rangga dengan Mata memerah.

"Ra?" Aksa memanggil Ara dengan sorot khawatir.

"Lo jangan nutup mata lo," lirihnya berharap.

"Gue mohon! Ra?"

"RA! ARA?" Aksa berteriak keras menatap cewek itu. Bahunya bergetar ketakutan.

"BANGUN! JANGAN TUTUP MATA LO! RA," teriak Aksa berharap.

"Kita menang, Ra," lirihnya lagi.

"Kita menang." Berulang kali cowok itu berkata, tetap saja tidak ada jawaban.

Suara perkelahian benar-benar terhenti total. Hening menguasai keadaan sekarang membuat hanya suara rintikan hujan yang terdengar.

Semua yang melihat kejadian itu langsung membeku dan terdiam tanpa bersuara sedikitpun. Bahkan, Angkasa yang sudah ingin membuat Rangga koma dengan memukul cowok itu ikut terhenti. Kerah yang ia tarik pada Rangga perlahan mengendur saat seseorang berteriak.

Miseyla yang melihat ikut terjatuh lemas. Entah kenapa, perasaan bersalah terus menjalar di dalam hatinya. Apa karena Ara memang tidak bersalah? Pikirnya. Namun, cewek itu tetap diam. Melihat keadaan Ara yang sudah parah, Bartha yang berada di dekat Aksa ikut merasa bersalah bercampur khawatir.

Tentu saja, Ara sudah menyelamatkan dirinya. Mungkin, ini yang di maksud dari ucapan Ara beberapa jam lalu ketika cewek itu membisikannya sesuatu. Sekarang, ia tau maksud dari kepolosannya. Ternyata, ia di kelabui Leo, tangan kanan, orang kepercayaannya sendiri.

"Ra?" Aksa menepuk pipi cewek yang sedang ada di rengkuhannya itu dengan nada bergetar. Wajahnya berkeringat dingin saat itu juga. Wajah Ara didepannya benar-benar pucat. Di tambah keadaan cewek itu sangat tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Perut cewek itu sudah dilumuri darah yang dimana pisau itu menusuk perutnya. Mata Aksa beralih pada tangan kiri cewek itu. Matanya membulat ketika melihat pergelangan tangan itu. Ada beberapa bercak darah karena perihal itu.

Kilatan amarah pada Aksa langsung memuncak saat itu juga. Matanya berubah menjadi tatapan sangat tajam dan aura yang benar-benar dingin. Menatap si pelaku tak tau diri itu dengan tatapan yang benar-benar tajam dan amarah memuncak. Tangannya mengepal erat sehingga urat-urat tangannya terlihat jelas. Wajah yang awalnya keputih-putihan dengan air hujan yang mengguyur itu langsung berubah menjadi merah padam.

Kaki panjangnya, Aksa langkahkan dengan lebar menuju Leo yang sedang terdiam ditempat dengan berdiri mematung. Tatapan tajam bak elang dan mata memerah itu terus memandangi Leo tanpa henti. Cowok berikat kain warna merah di dahinya itu menarik kerah baju Leo dengan keras lalu memukulnya dengan bertubi-tubi.

"Anjing! Lo...gue gak akan pernah lepasin lo!" Aksa mendesis dingin ke Leo lalu memukulnya.

"Lo harus ngerasain yang sama!!" Pandangan Aksa terus menatap Leo dengan sorot dingin.

STARLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang