Enjoy reading guys 📖📖
•
•
•Ini kedua kalinya Aldo melamun disaat pembicaraannya dengan anggota osis lainnya, yang menjadi ketua osis disini ialah Aldo. Memang ini adalah sebuah pikulan tanggung jawab yang besar, ia tak bisa mencampur adukkan urusan pribadi dan urusan osis.
"Hei, lo sakit Al?" tanya Syakir.
"Enggak kok, boleh gak kalau Noval gantiin gue buat ngelanjutin rapat ini?" tanya Aldo.
Aldo disini berperan sebagai ketua osis, dan Noval sebagai wakilnya. Sedangkan Syakir sebagai sekertaris osis.
"Gapapa kok, ya kan Val?" jawab Syakir sambil menatap Noval.
"Iya gapapa kok."
••
Kini semua nya berada dalam satu lingkaran besar, dan ditengah-tengah sudah tertumpuk ranting pohon. Ranting-ranting itu sudah dilaburi oleh bensin, agar mudah dibakar nantinya.
Ditangan Aldo kini sudah ada balok kayu yang ujungnya sudah dililitkan kain dan bensin juga sudah ada disana. Sedangkan ditangan Noval sudah ada korek kayu yang siap membakar ranting-ranting pohon.
"Api akan segera dihidupkan!"
Noval menyalakan api dari korek kayu itu, dan di tepatkan dibalok yang dipegang Aldo. Setelah api menyala disana, Aldo segera mengarahkannya diranting-ranting. Yang terjadi selanjutnya adalah, api hidup di antara ranting-ranting. Memberi kehangatan bagi siapapun yang berada disekitarnya, itu pun yang dirasakan semua murid yang berada dalam lingkaran itu. Kebanyakan murid memakai baju serba panjang, mungkin karena udara dingin.
Disela-sela itu, satu persatu calon anggota osis akan di tes. Mereka harus bisa minimal menyebut empat nama senior mereka. Saat giliran Nadia, perempuan itu menjawab nama Aldo, Nicko, Noval, dan Syakir. Hanya itu, untung Nadia mengetahui nama Syakir dan Noval.
Tanpa terasa sudah menunjukkan pukul sepuluh, semua diperbolehkan untuk beristirahat tidur, karena esok hari masih ada kegiatan yang harus mereka lakukan.
Disisi lain, Nadia bertekad untuk menemui Aldo sebelum ia masuk ke tenda nya untuk tidur. Ia menatap kedua telapat tangannya yang terdapat luka tadi siang. "Gue gak boleh gagal" gumamnya.
Langkah Nadia terhenti ketika matanya menatap Aldo bersama Syakir, ia menunggu hingga perempuan itu menyingkir. Lima belas menit ia menunggu, dan saat itu juga Syakir pergi meninggalkan Aldo sendiri disana. Dengan senyum andalannya, Nadia berjalan mendekati Aldo.
"Kak Aldo" panggilnya lirih, tapi penuh makna.
Aldo menolehkan kepala ke belakang, dimana keberadaan Nadia disana.
"Kamu balik ke tenda sana, udah malem mending tidur." usir Aldo dengan halus.
"Kak Aldo ngusir Nadia? Padahal Nadia mau minta maaf, Nadia gak mau kalau kak Aldo ngehindar kayak gini." ucap Nadia.
"Nad, sekarang kamu balik ke tenda aja, udah waktunya tidur." ucap Aldo.
"Kok masih ada yang belum tidur sih!" decak Aril yang baru saja sampai ditempat itu, dia salah satu anggota osis. "Kamu murid baru yang ingin jadi osis kan? Mending kamu cepetan ke tenda dan tidur, daripada ada yang lihat kamu dan mereka mempertimbangkan kamu untuk jadi anggota osis yang baru." tambahnya.
"Tapi.." ucapan Nadia melemah, ia menatap kearah Aldo dengan penuh harapan, namun kakaknya itu seakan tak menangkap harapan yang dimaksud. "Maaf kak" ucap Nadia, lalu beranjak pergi.
Ia benar-benar kesal, kenapa Aldo kakaknya itu sama sekali tak memaafkannya. Padahal hanya gara-gara hal seperti tadi pagi. "Kak Aldo keterlaluan!" decaknya dalam hati.
Sesampainya di tenda ia langsung tidur, tak memperdulikan apapun. Ia berharap esok pagi akan lebih baik daripada hari ini.
••
"Gue sebenarnya gak tega lihat Nadia kemarin malem, apa gue keterlaluan? Tapi kasian juga, gue udah bentak dia, dan ngejauhin. Padahl selama ini Nadia gak bisa jauhan sama gue ataupun Nicko." gumamnya.
Namun sebuah tepukan pada bahu nya, membuat ia segera menghentikan gumamnya.
"Pagi-pagi udah ngomong sendiri, curhat ke gue aja."
Aldo menghela nafas lega. "Ah lo ngagetin aja. Curhat apaan?" jawab Aldo.
"Eh Al, lo udah tau kalau adik lo kemarin jatuh?" tanya Noval..
Aldo yang merasa tak tau, segera menggeleng cepat. "Gue ceritain sedikit ya, adik lo yang perempuan itu, siapa? Oh ya Nadia. Nadia tuh kemarin jatuh, ya lebih tepatnya kesandung gitu lah saat ngejar lo. Terus lutut sama telapak tangannya luka-luka gitu, apalagi lututnya. Gue sampai gak tega lihatnya, apalagi tuh ya pakai rok pendek, jadi pasti kerasa banget pas jatuh." ceplos Noval.
"Lo ngomong gini beneran?" tanya Aldo.
"Beneran deh, sumprit."
"Terus luka nya? Lo yang ngobatin? Awas aja kalau lo ngambil kesempatan dalam kesempitan." tuduh Aldo.
"Ini sama aja kayak Nicko. Jadi kemarin saat gue mau bantu ngobatin luka nya, eh Nicko gak ngebolehin. Jadi gue sama sekali gak nyentuh kulit adik lo, tenang aja." ucap Noval.
Aldo beranjak dari duduknya. "Yaudah ayo siap-siap lari pagi."
••
"Kak saya izin untuk tidak ikut lari." pinta Nadia.
"Emangnya kamu kenapa? Sakit?" tanya Syakir.
Nadia perlahan melingkis celana panjang itu hingga lutut, ia menunjukkan luka itu. "Kemarin saya jatuh dan lutut saya luka, jadi mustahil kalau saya ikut lari." ucap Nadia.
Syakir mengerti kondisi lutut Nadia. "Ya, kamu boleh gak ikut lari, tapi kamu nanti ikut kakak mengabsen. Kamu mau?" tanya Syakir.
"Mau kak, makasih ya kak Syakir." ucap Nadia.
"Ya."
••
•
•
•
Perhatian banget nih Nicko, tapi Aldo?
Ku tunggu dicerita selanjutnya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Twins - [ E N D ]
Teen Fiction#1-nadia #1-hubunganrumit #1-syakir END‼️ (Cerita masih lengkap) Nadia yang memiliki dua kakak laki-laki kembar, suka usil kepadapnya. Kadang ia salah mengira antara Aldo dan Nicko. Namun semua sedikit berubah, ketika kematian salah satu orang tua m...