tujuh belas

575 28 0
                                    

Mata nya yang terpejam, kini terbuka perlahan. Bulu mata nya yang panjang, terlihat sangat indah. Aldo segera bangkit dari tidurnya dan mandi. Ia bersiap-siap berangkat sekolah.

"Ayo sini sarapan." ajak Fatur.

Aldo segera bergabung dengan Nicko dan papa nya yang sedang sarapan pagi.

"Nadia belum bangun?" tanya Aldo yang tak melihat keberadaan Nadia.

"Nadia? Tadi udah pamit berangkat sama papa." ucap Fatur.

"O"

Aldo segera menghabiskan makanannya.

••

K

eysia segera masuk kedalam kelasnya, ia melihat Riko sedang duduk dibangku belakangnya dan sedang bercanda dengan Nadia. Keysia segera duduk dibangkunya dan melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Kalian berdua kok udah dateng aja sih, padahal gue aja baru dateng. Sekarang aja jam setengah tujuh." ucap Key.

"Ya itu salah lo sendiri baru dateng." ejek Riko.

"Eh kalian berdua sampai sekolah jam berapa tadi?" tanya Key.

"Kalau gue jam setengah enam, kalau Riko jam enam pas." ucap Nadia.

"What? Jam enam Nad? Nadia sayang, ngapain lo dateng kesekolah pagi-pagi gitu? Kalau gue pasti masih tiduran dikasur." ceplos Key.

"Ya gue ingin cari pengalaman dateng pagi-pagi, sebelum semuanya dateng." ucap Nadia sambil tersenyum lebar.

"Halah"

Tok..tok..tok

Ketukan pada pintu kelasnya yang pelan, membuat mata mereka menatap pintu kelas, termasuk murid yang berada dikelasnya yang sudah datang. Seisi kelasnya membulatkan mata ketika mereka melihat pria idaman mereka berada diambang pintu. Keysia menyenggol lengan Nadia.

"Kakak ganteng itu masuk kekelas kita." seru teman sekelasnya yang heboh.

"Kira-kira nyari siapa ya?"

Bisik-bisik itu terdengar oleh Nadia, Keysia, dan Riko. "Nad, kakak lo tuh, cepet temuin sebelum banyak yang bisisk-bisik." ucap Keysia dengan pelan.

"Lo aja deh yang temuin Key." jawab Nadia.

"Lah kok gue sih? Kan itu kakak lo, bukan kakak gue. Udah sana temuin!" ucap Key.

"Gak mau ah Key, jangan maksa dong." ucap Nadia.

Namun, debat antara Nadia dan Keysia terhenti karena mereka melihat salah satu teman kelas perempuan berjalan menemui Aldo.

"Mau ngapain tuh cewek?" gumam Riko.

"Em kakak nyari siapa?" tanya siswi perempuan itu.

"Nadia, tolong panggilkan." pinta Aldo.

Siswi perempuan itu berjalan masuk dan menoleh kearah Nadia. "Nad, dicariin tuh." celotehnya lalu kembali duduk dibangkunya.

"Cepetan Nad, udah sana!" usir Keysia.

"Ah iya..iya" decak Nadia, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

Tepat diambang pintu, Nadia memasang wajah datar. Ia melihat pergelangan tangan kakaknya, dan segera tau bahwa dihadapannya sekarang adalah Aldo.

"Kenapa kak Al?" tanya Nadia terus terang.

"Ikut kakak sebentar ya, jangan disini." ucap Aldo.

Nadia menoleh kearah Key dan Riko. "Gue tinggal bentar." ucap Nadia berpamitan dengan teman-temannya.

Nadia mengikuti Aldo dari belakang, hingga mereka berhenti tepat disebuah taman. Nadia tak mengerti kenapa kakaknya itu mengajak dirinya ke taman sekolah, seperti tidak ada tempat yang lain aja.

"Duduk sini." pinta Aldo.

Nadia segera menuruti permintaan kakaknya, dan Aldo juga duduk disana.

"Kok ditaman?" tanya Nadia.

"Biar gak ada murid lain yang kepo. Sebelum kesekolah, kamu udah makan?" tanya Aldo.

"Udah"

"Terus kenapa kamu berangkat kesekolah sendirian, pagi-pagi juga? Kamu mau menghindar dari kakak? Hmm?" tanya Aldo sekali lagi.

"Nadia gak ngehindar, buktinya sekarang Nadia bicara sama kak Al kan." ceplos Nadia.

"Nad kamu serius dengan ucapanmu kan? Kalau gak lagi berusaha ngehindar?"

Sekarang Aldo menggenggam tangan Nadia, ia ingin meyakinkan hal itu.

Namun sepertinya keberuntungan tidak berada dipihak mereka berdua, tiba-tiba saja seorang guru memergoki mereka sedang bergandengan tangan. Guru itu mengira bahwa Aldo dan Nadia berpacaran diarea sekolah. Mereka berdua langsung dibawa ke ruang bk.

"Kalian pagi-pagi udah bermesraan, pakai gandengan tangan ditaman pula. Memalukan!" ceplos bu Citra.

"Tapi bu, Nadia ini adik saya." elak Aldo.

"Adik? Adik kelas yang bisa kamu pacarin gitu? Sekarang orang tua kalian akan ibu panggil." ucap bu Citra mengakhiri ucapannya.

Bu Citra meraih telepon sekolah dan menyuruh agar Aldo maupun Nadia menekan nomer telepon orang tua mereka. Aldo maupun Nadia menekan nomer Fatur, papa mereka. Setelah mereka menghubungi papa nya, bu Citra tak segan-segan melanjutkan omelannya.

"Kalian ini mau jadi generasi apa? Masih sekolah udah pacaran, di umum pula."

"Bu, beneran dia itu adik saya, adik kandung. Kita dilahirin dari orang tua yang sama, bu Citra yang terhormat." ucap Aldo.

Bu Citra menggeleng kepala. "Kalian ini kan anggota osis, apalagi kamu Nicko." ucapan bu Citra terpotong oleh pembetulan Aldo. "Saya Aldo bu, bukan Nicko."

"Ya pokoknya gitu. Kamu jadi teladan buat adik-adik kelas yang lain, bukan malah jadi teladan yang gak baik!" celoteh bu Citra.

"Yang diucap kak Al itu bener bu, kita itu saudaraan." ucap Nadia.

"Eh kamu juga ikut-ikutan bohong." ucapan bu Citra terhenti ketika sebuah ketukan berbunyi, bu Citra segera membuka pintu itu.

Ceklek

Setelah pintu terbuka, menampilkan wajah Fatur dengan senyuman khas nya.

"Pagi bu." sapa Fatur.

"Pagi pak, em anda ini orang tua dari siapa? Aldo atau Nadia?" tanya bu Citra sambil mempersilahkan walimurid duduk dikursi, dan ia juga duduk.

Sedangakn Aldo dan Nadia tetap berdiri dipojokkan. Fatur menatap kedua anaknya itu, dan menunjuk mereka berdua.

"Yang bapak maksud Nadia atau Aldo?" tanya bu Citra sekali lagi.

Fatur tetap menunjuk keduanya. "Nadia atau Aldo, pak?"

Fatur kini beralih menatap bu Citra. "Kedua nya, mereka anak saya." ucap Fatur.

"Tuh kan bu udah saya bilang, Nadia tuh adik saya." ceplos Aldo.

"Aldo, gak sopan. Minta maaf." sahut papa nya.

"Maaf bu."

"Oh saya kira mereka berpacaran, karena saya pergoki mereka saat ditaman dan sedang bergandengan tangan. Hal itu bisa membuat dilihat banyak orang, dan tidak pantas jika berpacaran diarea sekolah, bukan begitu pak?" tanya bu Citra.

Fatur mengangguk paham. "Ya saya tau itu. Mereka berdua sedang ada sedikit masalah pribadi, jadi mungkin tadi salah satu cara mereka menyelesaikan masalah pribadi mereka. Wajar saja anak-anak ini, masih abg jadi sedikit-dikit berantem, lalu besoknya pasti baik kan." ucap Fatur menjelaskan.

"Oke anak-anak, maaf kan ibu sudah salah sangka. Sekarang kalian bisa masuk kedalam kelas, saya masih harus bicara sama papa kalian." ucap bu Citra.

"Belajar yang sungguh-sungguh." pesan Fatur, sebelum kedua anaknya itu keluar dari ruang bk.

••

My Brother Twins - [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang