Semua kelompok sudah berkumpul dan siap untuk berangkat menuju tempat tujuan masing-masing. Kini mereka menuju lokasi tujuan. Aldo dan kelompoknya segera menuju panti jompo, sesampainya di sana mereka membagikan sembako yang mereka bawa dari sekolahan.
"Terima kasih, kalian sudah berbaik hati memberi sembako ke panti jompo ini. Semoga adik-adik dari SMA Armata mendapat balasan yang lebih baik." ucap ibu pengurus panti.
"Ya semoga bermanfaat bu, bagi warga panti jompo ini." ucap Aldo mewakili seluruh anggota tim nya.
••
Setelah misi ke panti jompo selesai, mereka kembali lagi ke sekolah. Namun, sedari tadi juga Nadia lebih berada didekat Aldo. Hal ini dilakukannya agar Syakir tidak bisa berdekatan dengan Aldo.
"Al, adik lo protektif amat? Nempel-nempel lo" bisik Noval.
"Masa? Gue ngerasa biasa aja." celah Aldo.
"Ah lo gak peka amat sih Al" celetuk Riski.
Disini mereka mengobrol di lapangan sekolah, para anggota OSIS di khususkan untuk hari ini diliburkan pelajaran. Nadia yang berada didekat Aldo, namun asik mengobrol dengan Keysia.
"Nad, pindah kesana aja lah." pinta Keysia.
"Kenapa sih?" tanya Nadia.
Keysia memberikan kode agar Nadia menatap kearah Aldo dan teman-temannya. "Malu ah, kakak kelas semua." ucap Keysia.
Nadia menatap Aldo dan teman kakaknya itu, lalu membenarkan ucapan Keysia dalam lubuk hati nya. Ia tersadar jika mereka berdua berada di lingkup kakak kelas. Namun mata nya juga menangkap Syakir yang beberapa kali melirik kearah Aldo.
"Ngapain pakai lihat-lihat kak Aldo segala sih!" desis Nadia.
Nadia segera tersadar ketika Keysia menepuk pundaknya. "Kenapa Nad?"
"Emm enggak, yaudah ayo pergi"
Nadia segera beranjak berdiri dari posisi duduknya, Keysia segera mengikuti Nadia berdiri. Nadia memberi kode tangan dan Aldo menangkap kode dari Nadia. Kedua perempuan itu berjalan sedikit menjauh, dan berkumpul pada lingkup junior.
"Tuh kan pergi, kedengeran lo mungkin" tuduh Riski pada Noval. "Hati-hati lo, gue denger-denger kalau sampai cewek udah gak bisa nahan emosi, mampus lo!" tambahnya untuk memanasi Noval.
"Berisik, diem lo!" sergah Aldo.
••
Tepat pukul empat sore, kegiatan pembelajaran berakhir. Beberapa murid sudah berada di parkiran untuk mengambil kendaraan mereka saat pulang. Disisi lain, Aldo masih berada didalam kelas danaakn segera keluar dari kelasnya.
"Al, bareng ke parkiran" ceplos siswi perempuan dari arah belakang yang menghampirinya.
"Oh yaudah ayo"
Mereka keluar kelas bersama-sama, menyusuri lorong kelas lain bersama juga.
"Oh ya, Nicko gimana Al? Gue denger-denger dia udah keluar dari rumah sakit." ceplos Syakir yang tak lain ialah siswi tersebut.
"Sebenarnya Nicko belum boleh pulang sih Sya, tapi lo tau lah sifat keras kepala Nicko" ucap Aldo.
"Oww ya gue tau keras kepala nya"
Senyum tipis mengembang pada wajah Syakir, tentu ia tau tentang Nicko semenjak dari kelas sepuluh mereka sekelas hingga sekarang. Mereka berdua mendapat tatapan wajah tak suka dari Nadia saat mereka berada di parkiran. Nadia sudah dari tadi menunggu didepan mobil Aldo.
"Em adik lo natap gue dengan gak suka, yaudah gue kesana." Ucap Syakir.
Syakir berjalan kearah mobilnya, dan begitu pula dengan Aldo. Nadia langsung masuk kedalam mobil saat Aldo berjalan mengarah dirinya. Laki-laki itu segera masuk kedalam mobilnya, ia menatap wajah Nadia yang kesal.
"Babe"
Panggilnya agar Nadia menoleh, namun rupanya perempuan itu menatap kaca jendela mobil yang berada disampingnya.
"Maaf deh, jangan ngambek kayak gini."
Setelah mengucapkan itu, Aldo segera melajukan mobil itu agar segera menjauh dari area sekolahnya. Sekitar beberapa menit, mobil itu sudah berada dipekarangan rumah mereka. Tanpa berbasa basi terlebih dahulu, Nadia keluar dari mobil dan langsung masuk kedalam rumah. Orang yang pertama ia temui saat masuk kerumah yaitu papa nya yang baru saja keluar dari kamar Nicko.
"Anak papa udah pulang rupa nya" celetuk Fatur.
Nadia langsung mencium telapak tangan Fatur, dan disusul Aldo.
"Gimana sekolahnya?" tanya Fatur.
"Baik-baik aja, pa" jawab Aldo dengan senyum khas nya.
"Kalau kamu Nadia?"
"Lumayan baik, tadi disekolah ada orang yang buat Nadia males." Ucap Nadia.
"Yaampun kasian anak papa" ucap Fatur.
Fatur mengelus kepala anak putri nya itu, dengan senyum hangatnya.
"Yaudah pa, Nadia masuk kekamar"
Nadia melangkah menuju kamar tidurnya, meninggalkan papa dan kakak nya disana berdua.
"Yaudah pa, Aldo juga masuk kamar dulu"
Aldo pun berjalan menjauh meninggalkan papa nya berdiri disana sendiri.
••
Ttriing...triingg
Sura telepon rumah tersebut menggema dimana-mana, membuat Nadia yang bersantai-santai di sofa beranjak mengangkat telepon rumahnya.
"Halo?" Nadia memulai pembicaraan di telepon, namun sekitar satu menit tak ada jawaban sama sekali. Perempuan itu memutuskan memutus panggilan itu, dan kembali bersantai-santai di sofa sambil menonton televisi.
"Dasar orang aneh" gumamnya.
Tubuhnya mulai terangsang oleh suatu hembusan angin berada di lehernya, ini membuat Nadia dengan reflek melayangkan tangan kanannya pada arah belakang leher.
"Eh sakit Nad!" Ceplos Nicko.
Rupanya hembusan angin itu perbuatan dari Nicko, dan laki-laki itu mendapat balasannya tanpa ia duga sebelumnya.
"Aduh maaf kak, salah kak Nicko sendiri sih ngapain pakai niup-niup gitu" ucap Nadia.
"Sini..sini"
Nadia menyuruh Nicko agar duduk di sofa sampingnya, dan Nicko pun segera duduk disamping adiknya.
"Kak Nicko ngapain sih keluar kamar, harusnya istirahat dikamar aja."
"Ya kakak mau disini, temenin adik kakak yang cantik" goda Nicko.
"Ya emang sih aku cantik, tapi gak perlu muji kayak gitu" ucap Nadia sambil meringis bahagia.
"Lihat film horror aja lah Nad, daripada film kartun kayak gini." Ejek Nicko.
Nadia mendengus sebal, apa kakak nya itu sedang mengejeknya? Karena ia masih suka melihat film kartun? Tapi hal itu segera hilang dari pikiran yang menumpuk, Nadia mencari film horror yang menyeramkan untuk mereka lihat berdua.
••
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Twins - [ E N D ]
Teen Fiction#1-nadia #1-hubunganrumit #1-syakir END‼️ (Cerita masih lengkap) Nadia yang memiliki dua kakak laki-laki kembar, suka usil kepadapnya. Kadang ia salah mengira antara Aldo dan Nicko. Namun semua sedikit berubah, ketika kematian salah satu orang tua m...