dua puluh dua

526 24 0
                                    

Fatur menyetir mobilnya, Nicko duduk dikursi samping pengemudi dan Nicko, Nadia duduk dibelakang. Mobil itu menuju rumah nenek mereka, dalam perjalanan Nadia hanya terdiam tersedu. Kepala nya ia senderkan pada bahu kakaknya yang duduk disampingnya. Sekitar empat puluh menit, mereka sudah sampai pada kediaman nenek. Disana mereka disambut dengan wajah duka, bukan wajah bahagia.

"Nek" Nadia langsung memeluk neneknya.

"Yang sabar ya, ini sudah takdir." ucap neneknya.

Setelah memeluk neneknya, Nadia melanjutkan memeluk Lusi, Lusi adalah adik dari almarhumah ibu nya. Disana sudah ada kerabat mereka, entah itu kerabat jauh atau kerabat dekat.

"Udah jangan nangis lagi." ucap Aldo.

Nadia duduk didekat Aldo, Aldo yakin ini belum sepenuhnya yang dikeluarkan Nadia. Aldo mengelus pundak adiknya, ia sangat tau sifat dan perilaku Nadia.

Tepat jam delapan malam, jenazah sampai dirumah duka. Keramaian mulai muncul. Sayangnya Aldo tak bisa berkutik dengan bebas, karena Nadia tertidur dan menyenderkan tubuhnya di Aldo.

"Bawa adik kamu kekamar dalam aja. Kasian, pasti capek nangis." perintah Lusi.

"Iya tante." ucap Aldo.

Lusi membantu untuk menggeser tubuh Nadia dari Aldo, lalu Aldo bangkit dan menggendong tubuh Nadia.

"Hati-hati gendong nya." ucap Lusi.

Aldo menggendong tubuh Nadia menuju salah satu kamar yang ada disana. Setelah sampai dikamar, Aldo membaringkan tubuh adiknya diatas tempat tidur itu. Aldo menatap wajah Nadia dengan teliti.

"Kita akan baik-baik saja" gumamnya.

Aldo mengusap wajah Nadia dengan pelan, terutama pipi Nadia. Nafas berat nya ia hembuskan berkali-kali. Aldo mengeluarkan ponsel miliknya dan mengetikkan sesuatu.

"Tolong besok izinin gue sama Nicko gak masuk sekolah, dan tolong izinin ke Keysia anak osis kalau Nadia juga gak masuk sekolah."

Aldo mengirim pesan itu ke nomer Noval, ia percaya jika noval dapat dipercaya. Aldo menatap ruangan itu dengan hampa. Mama nya sudah tak ada, kini hanya ada papa nya.

••

S

emua sudah siap, rombongan pelayan ikut serta kedalam pemakaman itu. Tepat ditempat makan, semua melihat prosesi pemakaman.

Nadia hanya dapat menangis, melihat pemakaman itu. Aldo dan Nicko berdiri disamping Nadia, mereka mengelus pundak Nadia ataupun kepala Nadia. Semua pasti merasa sedih, apalagi keluarga dekat.

Setelah pemakaman selesai, Nadia berjongkok di samping makam mama nya. Ia memegang nisan bertuliskan nama mama nya.

"Ma, kenapa mama ninggalin Nadia."

"Nadia akan selalu inget mama. Mama yang tenang disana."

••

Semua anggota osis dikumpulkan di ruang osis, dari yang senior, maupun yang junior. Mereka semua sebenarnya tak tau apa alasan mereka dikumpulkan, hanya ada dua orang yang bisa menjawab pertanyaan semua.

"Ini ngapain ngumpul? Ada rapat lagi?" ceplos Riski, murid kelas sebelas.

Noval segera berdiri diantara mereka, agar semua dapat melihatnya.

"Gak ada rapat, tapi ada informasi yang penting." ucap Noval.

"Informasi apa?" tanya Syakir.

My Brother Twins - [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang