dua puluh

582 26 2
                                    

"Makasih ya pa udha nemenin Nadia ke mall, dan makasih udah beliin Nadia perhiasan." ucap Nadia.

Fatur akan segera langsung pulang kerumahnya, sebelum Fatur melajukan mobil itu. Nadia memberi ciuman pipi pada papa nya.

"Dah pa." lambaiannya lambat laun turun, karena mobil papa nya sudah melaju pergi jauh.

"Papa baik banget sih." gumamnya.

Nadia berjalan masuk kedalam rumah, dan mendapati bi Narsih sedang memasak makanan.

"Masak apa bi?" tanya Nadia.

"Ini bibi masak sup, mau bibi siapin makanannya di meja?" tanya bibi.

"Iya, kebetulan aku laper juga."

Nadia segera duduk di meja makan, ia menaruh tas miliknya di atas meja itu juga. Nadia langsung menyantap makanan itu.

Dalam waktu dua puluh menit, Nadia dapat menghabiskan makanannya. Bi Narsih segera membereskannya, sedangkan Nadia menuju kekamarnya dengan barang belanjaannya tadi. Langkahnya terhenti ketika sebuah tangan menempel ke pintu kamarnya, itu membuat Nadia tak bisa membuka pintu kamarnya. Nadia tau siapa pelaku nya, karena tangan itu ada sebuah gelang yang melingkar disana, gelang itu berwarna abu-abu. Nadia segera membalikkan badan, kini posisi nya sangat dekat dengan Nicko. Wajah Nadia dapat merasakan deru nafas kakaknya itu. Memang tinggi Nadia hanya sehidung Nicko, tapi ia dapat merasakan deru nafas Nicko. Hal ini sedikit membuatnya gugup, namun hal itu segera ia acuhkan. Nadia mendorong tubuh kakaknya agar menjauh sedikit darinya.

Nicko mengeluarkan sesuatu dari kantung baju nya, sebuah dua batang coklat.

"Buat Nadia?" tanya Nadia sambil menaikkan alisnya.

Nicko segera menggeleng, mendapat respon seperti itu Nadia segera mengerutkan keningnya. Nadia membalikkan badan lagi, dan akan menyentuh gagang pintu kamarnya. Namun hal itu segera dicegah oleh Nicko.

"Ini buat adik kakak yang cantik, ayo ambil." pinta Nicko.

Nadia segera mengambil dua batang coklat itu, sejujurnya itu adalah salah satu dari sekian cemilan yang ia suka.

"Jangan marah lagi ya, sayang." Nicko tersenyum lebar, dan mengusap kepala Nadia.

"Ya tergantung." ucap Nadia.

Nadia mendorong lagi tubuh kakaknya agar lebih menjauh lagi, dan Nadia segera membuka pintu kamarnya, lalu masuk, dan mengunci kamarnya.

"Enak aja, dikira gue akan maafin mereka cuman dikasih coklat dua batang." gerutu Nadia saat berada didalam kamarnya.

••

Sebuah suara berisik membuat tidur Nadia terusik, perempuan itu beberapa kali harus menutupi telinganya dengan bantal, namun suara itu masih terdengar.

"Ah, siapa sih yang ganggu tidur gue!" gerutunya.

Nadia segera berjalan keluar kamar, bahkan Nadia tak mendapati siapapun. Nadia bersiap mencari asal sumber suara, hingga ia terhenti di kolam renang rumahnya. Disana ia melihat ada empat anak laki-laki yang sedang asik balapan renang, keempat nya juga adalah seniornya disekolah.

Namun Nadia hanya tak mengenali satu nama dari seniornya, namun kalau wajah ia  pernah melihat saat pertemuan osis. Itu bukan urusan yang penting, yang terpenting adalah ia harus bisa menyuruh keempat orang itu agar tak ramai. Mata Nadia melirik pada tip yang sedang memutarkan lagu pop, senyum licik Nadia kini mengembang.

Ia berjalan menghampiri tip, dan menghentikan suara musik nya. Tak berselang lama, ia menjadi pusat tontonan oleh keempat orang itu.

"Eh itu yang pernah kita hukum saat masa pengenalan siswa kan?" bisik Aril pada Noval.

"Iya" jawab Noval.

"Dia ngapain dirumah ini?" tanya Aril lagi.

"Lihat aja nanti." timpal Noval.

Tanpa basa basi, entah itu Aldo atau Nicko yang menghampiri Nadia, karena Nadia sama sekali tak melihat gelang pemberiannya dipergelangan tangan Aldo dan Nicko.

"Ada apa sih Nad? Jangan tiba-tiba matiin musik nya dong." ucap Nicko.

Tapi Nadia benar-benar tak sadar jika yang berada dihadapannya adalah Nicko.

"Jangan dekat! Tetep disana!" perintah Nadia. "Kalian tuh ganggu aku lagi tidur." ucap Nadia.

"Ayo lah babe, gak seru kalau gak ramai. Sekali-kali aja." ucap Aldo yang masih berada didalam kolam renang.

Aril yang mendengar kata 'babe' yang keluar dari mulut Aldo, kini tak percaya. "Pacar lo Al?" tanya Aril langsung.

"Pikirannya pacaran aja" gerutu Nadia. "Gue adik nya, dan bukan pacar." ucap Nadia dengan sensi.

"Galak amat sih, nyesel gue tanya tadi." ucap Aril.

"Ada apa sih Nad, kok sifat kamu jadi emosian kayak gini? Hmm? Mau cerita?" tanya Nicko.

"Emosian gimana sih kak, kan wajar kakau aku ke ganggu dan marah. Pokoknya jangan pakai musik, titik!" ucap Nadia mengakhiri kalimatnya, lalu berjalan masuk.

Noval dan Aril saling tatap, dan Noval segera menggeleng kepala. "Sorry sikap adik gue barusan, biasanya gak gitu." ucap Aldo.

"Itu tadi adik lo berdua? Kenapa kalian gak ngomong dari pemilihan osis." ucap Aril.

"Itu sih permintaannya, dia ingin masuk osis dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan sesorang." ucap Nicko.

"Terharu gue."

••



Wah kayaknya satu persatu teman Nicko dan Aldo akan tau kebenaran hubungan Nadia dengan dua laki-laki kembar itu.


Follow instagram
•> @triantifitri23
•> @trianti_nur_safitri

My Brother Twins - [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang