enam belas

586 27 0
                                    

Happy reading guys


Tak terasa pelajaran disekolah telah usai, Nadia berjalan keluar kelas dengan perasaan gusar. Ia masih kepo dengan orang yang akan ditemui kedua kakaknya itu saat minggu esok. Pikirannya saling bertanya-tanya. Hingga ia menghilangkan pikiran itu, ketika melihat Aldo, Nicko, dan Syakir yang berada diantara kakaknya. Nadia dapat melihat ketiga orang itu tertawa, ia berada di belakang, jadi baik itu kakaknya ataupun Syakir tidak akan mengetahui Nadia.

"Apa kak Syakir yang ngajak minggu esok?"

Nadia melewati jalanan yang beda, namun tujuannya sama yaitu parkiran. Tadi pagi Nadia membawa mobil sendiri. Tepat diparkiran, ketika ia akan membuka pintu mobil. Hal itu ia urungkan, ketika seseorang menyapanya.

"Nadia!" sapa Syakir.

"Kok cepet banget bisa sampai parkiran?" batin Nadia.

"Kalian berdua udah saling kenal kan?" tanya Syakir pada Aldo dan Nicko.

Kedua nya hanya mengangguk. "Maaf ya kak Syakir, aku harus pulang segera. Lain kali ngobrolnya." pamit Nadia.

Nadia segera masuk kedalam mobilnya dan melajukan mobil itu.

"Gue yakin pasti kak Syakir yang ngajak kedua kakak gue!"

••

"Lo ini kenapa toh? Pulang dari sekolahan, wajahnya jutek gitu?" tanya bi Narsih.

"Ya males aja bi, em bibi udah masak?" tanya Nadia.

"Udah dong, mau bibi ambilin makan?"

"Enggak usah bi, aku cuman nanya aja. Yaudah Nadia kekamar dulu, capek."

Nadia segera menuju kamar tidurnya.

Ceklek

Ia mengunci kamar nya.

••

Ia sudah bersiap dengan pakaiannya yang seperti itu.

"Bi, nanti kalau kak Aldo atau kak Nicko pulang. Bilang kalau aku ke rumah papa."

"Tapi nak Nadia."

"Udah bi, bilang aja kalau Nadia ke rumah papa, makasih bi."

Nadia segera masuk kedalam mobil, dan menuju rumah papa nya yang lumayan jauh. Tapi itu tetap ia lakukan. Tekad nya sudah bulat. Sekitar satu jam perjalanan, mobil itu sudah berada dipekarangan rumah mewah. Ia segera turun dari mobil, dan harus berjalan tiga meter agar bisa sampai diambang pintu.

"Maaf, anda siapa?" tanya satpam yang menunggu disekitar pintu.

Nadia melihat penampilan satpam itu, dna ia langsung bisa menilai orang itu. "Satpam baru?" tanya Nadia.

"Ya bisa dibilang baru, tapi nona ini siapa? Dan ada perlu apa datang kemari?" tanya Satpam menghalangi jalan Nadia.

"Saya anak dari bapak Fatur, dan tentu saya akan menemui orang tua saya bukan? Jadi minggir kamu."

Saat Nadia akan melanjutkan jalannya, ia masih dihadang.

"Tetap tak bisa, anda harus membuat janji terlebih dahulu." ucap satpam.

"Pa! Papa! Nadia datang!" teriak Nadia dari tempat posisi nya.

"Jangan buat keributan"

Nadia masih bersikeras berteriak, hingga akhirnya orang yang ia maksud keluar dari rumah. Senyum khas yang selama ini Nadia ketahui, kini Nadia bisa melihatnya lagi.

"Biarkan dia kesini, dia anak kesayangan saya." ucap Fatur.

Si satpam membiarkan Nadia berjalan menuju bos nya dan memeluk.

"Anak papa, baik-baik aja kan? Papa kangen sama kamu. Kita bicarakan didalam saja." ucap Feri.

Nadia dan Feri segera masuk kedalam rumah besar itu, dan duduk di sofa yang berada diruang tengah.

"Papa sehat-sehat aja kan?" tanya Nadia.

"Ya, papa sehat sayang. Kamu kesini bareng kakakmu?" tanya Fatur.

"Nadia kesini sendirian pa, Nadia lagi kesal sama kak Al dan kak Nick. Mangkanya Nadia kesini, lagian Nadia kangen ketemu papa." ucap Nadia.

Ucapan mereka terhenti ketika asisten rumah tangga dirumah itu membawakan minuman dingin dan cemilan diletakkan diatas meja, lalu pergi.

"Mereka gak tau kalau kamu kerumah papa?"

"Nadia udah bilang ke pembantu rumah kok pa, jadi pasti nanti mereka tau. Em papa udah tau tentang mama yang punya keluarga baru?" celetuk Nadia.

"Kamu udah tau ya? Papa udah tau, dan ya sebenarnya mau bilang ke kakak kamu, tapi gak tega papa bilangnya. Lagian mama kamu itu terlalu gegabah." ucap Fatur sambil mengelus rambut Nadia. "Ah lupain yang sedih-sedih, kamu kesini bukan untuk bersedih kan? Kita bahas yang bahagia aja."

••

Tepat jam tujuh malam, mereka baru saja datang di rumah. Mereka tak sadar waktu berjalan begitu cepat. Mereka meletakkan tas mereka ditepi tempat tidur dan segera menuju meja makan. Disana bi Narsih sedang menata makanan.

"Bi, Nadia udah makan tadi?" tanya Aldo.

Bi Narsih menghentikan aktifitas tangannya sejenak. "Itu saya gak tau, tadi nak Nadia itu pamit ke bibi dan suruh bilang ke kalian kalau dia pergi kerumah papa. Nak Nadia berangkat jam setengah empat sore tadi." ucap bi Narsih.

"Hah kerumah papa? Al?" ucap Nicko panik, karena mereka tau rumah papa mereka lumayan jauh jika Nadia berangkat sendirian aplagi kalau dijalan ada kendala.

Ting..tong..ting..tong

"Biar bibi buka pintu nya."

Bi Narsih pergi untuk membuka pintu rumah itu, sedangkan Aldo dan Nicko kepikiran tentang Nadia.

"Al gimana kalau terjadi sesuatu sama Nadia?" celetuk Nicko.

"Ya gue gak tau juga, lagian Nadia kesana gak bilang-bilang dulu."

Ucapan mereka terhenti ketika mata mereka melihat bi Narsih datang dengan seseorang dibelakangnya. Nadia dan papa mereka. Bi Narsih segera menuju ke dapur, meninggalkan pertemuan keluarga itu. Ketika melihat adanya Fatur, Aldo dan Nicko segera berjalan mendekat dan mencium telapak tangan papanya, lalu memeluk tubuh papa mereka.

"Anak-anak papa udah tumbuh besar sekarang, ganteng sama cantik pula." ucap Fatur.

"Aldo gak nyangka papa bakal kesini." ucap Aldo.

"Papa juga gak nyangka bertemu kalian lagi, anak-anak papa. Ini semua karena Nadia, dia nyuruh papa buat nginap semalam aja. Ya papa sanggupin."

Nadia tersenyum kaku. "Yaudah papa ngobrol sama kak Al dan kak Nicko aja ya. Nadia mau tidur, udah ngantuk." ucap Nadia, lalu berjalan ke kamar tidurnya.

••

My Brother Twins - [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang