[137 - the boys]

1.4K 381 10
                                    

"Masih ada?" tanya Bora pada Tiffany yang tengah mengintip gedung apartemennya dari jendela apartemen Bora.
 
 

Tiffany menoleh, sedikit kaget ditanya Bora yang muncul secara tiba-tiba seperti itu. Bora memberikan Tiffany segelas susu yang langsung diterimanya. Kemudian mengikuti Bora yang duduk di atas tempat tidur.

Sudah sebulan ini Tiffany tidak pulang dan memilih menginap di apartemen milik Bora. Hal itu dikarenakan setiap malam ada satu laki-laki yang berumur sekitar 15-18 tahun di dekat gedung apartemennya.

Awalnya Tiffany mengira anak laki-laki tersebut hanya orang lain yang memang tinggal di sekitar sana atau sedang menunggu orang lain. Tapi hal itu terbantahkan ketika suatu waktu Tiffany keluar dari apartemennya dan melihat anak laki-laki yang berpakaian serba hitam itu mengikutinya.

Tiffany pernah melaporkan hal yang terjadi beberapa kali kepada polisi, sialnya ketika membuat sketsa dari pelaku yang dimaksud, Tiffany selalu mendapati bahwa anak laki-laki yang mengikutinya ditemukan tewas sehari sebelum ia melapor ke kantor polisi.

Kejadian tersebut sudah terjadi 3 kali. Hal itu membuat polisi yang menerima laporan Tiffany merasa sedikit dipermainkan karena Tiffany terus melaporkan orang yang sudah meninggal sebagai pelaku penguntitan.

Pernah suatu waktu Tiffany ditanya oleh salah satu polisi yang berada di sana, "mbak Indigo?" yang langsung dijawab dengan sebuah gelengan oleh Tiffany.

Karena nyatanya Bora, teman dekat Tiffany juga melihat anak laki-laki yang dimaksud. Ya anak laki-laki yang terus berada di sekitar gedung apartemen Tiffany memang selalu berbeda-beda. Setiap kali Tiffany sudah melihat dan melaporkan mereka ke kantor polisi, keesokannya akan ada anak laki-laki yang berbeda dari sebelumnya.
 
 

"Lo terlibat suatu kasus nggak sih, Tiff?" tanya Bora pada akhirnya. Merasa penasaran juga.

"Kasus apa?"

"Ya nggak tahu, lo kan jurnalis. Apa mungkin lo lagi cari tahu sesuatu yang seharusnya nggak lo gali dan yeah begini akibatnya?"
 
 

Tiffany terdiam. Ia memang tengah menyelidiki suatu kasus pembunuhan yang sudah hampir 8 tahun tidak mendapatkan titik terang. Tapi Tiffany merasa itu bukan sesuatu yang harus membuatnya diperlakukan seperti ini karena ia pun menyelidiki kasus tersebut diam-diam. Hanya ia yang tahu. Bahkan Bora pun tidak tahu.

Semua orang pun tahunya Tiffany adalah jurnalistik biasa yang hanya mengejar selebriti untuk berita-berita remeh temeh.

Dimana ia menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi 8 tahun lalu itu diam-diam akibat secara tak sengaja mendengar obrolan artis yang tengah dikejarnya di salah satu bilik toilet wanita.

Ya, Tiffany menjadikan penyeledikannya itu sebagai pekerjaan sampingan. Jadi seharusnya tidak ada yang tahu bukan? 
 
 

"Kok malah bengong sih, Tiff?"
 
 
"Mungkin aja kan anak-anak yang ngikutin lo itu sebenernya mau kasih tahu sesuatu ke lo, dan sialnya setiap kali mereka belum berhasil ngasih tahu lo, mereka malah dibunuh? Dan menurut gue lo harus curiga juga ke polisi yang nanganin laporan lo itu. Kok bisa mereka langsung tahu cepet banget kalau orang yang ngikutin lo itu mati sehari sebelum lo laporin. Like, lo baru lihat mereka terakhir tuh malem dan paginya pas lo lapor malah dikasih tahu kalau itu korban pembunuhan. Aneh kan? Masa iya jiwa kepo lo sebagai jurnalistik nggak terusik?"

"Tapi kan.... gue jurnalis gosip???" ucap Tiffany mencoba menutupi apa yang sebenarnya ia selidiki.

"Iya sih ya," kata Bora sembari mengusap-usap ujung dagunya, "masa iya lo nulis soal berita kawinan keluarga Petir yang katanya mau diadain di GeBeKa, eh terus dikirimin orang buat gangguin lo. Kan nggak mungkin banget????"

"YA KAN?????" seru Tiffany sembari tersenyum palsu. Karena diam-diam ia memikirkan perkataan Bora sebelumya.

Dalam hatinya Tiffany berpikir kalau ia harus memperluas area penyelidikannya karena bisa saja kasus yang tengah diselidikinya tak sesederhana kelihatannya.

shudder; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang