[163 - pindah]

1.1K 301 0
                                    

"Pindah?" ucap Jaeyoon ketika sanak saudaranya menjelaskan perihal kejadian soal penemuan salah satu tetangganya yang ditemukan meninggal.

Katanya sih, karena sakit liver dan lambung yang sudah lama dideritanya. Cuma banyak orang-orang yang tinggal di sekitar rumah orangtua Jaeyoon mengatakan bahwa itu bukan murni kematian.

Pasalnya di hari kematian orang tadi, tetangga orang tua Jaeyoon lainnya yang mempunyai anak berumur 2 tahun turut mengalami hal aneh. Dimana perut balita tersebut tiba-tiba membuncit dan mengeras. Wajahnya pucat pasi bak menahan suatu kesakitan yang sulit dijelaskan oleh anak seusianya.

Dokter pun menyerah menangani balita tersebut karena sama sekali tak ada hasil buruk ketika pemeriksaan dilakukan.

Dimana ketika mereka akhirnya pasrah dan hanya membacakan beberapa ayat suci, secara perlahan keadaan balita tersebut membaik. Wajahnya kembali berwarna, dan perutnya tak mengeras seperti sebelumnya.



"Iya, pindah," jelas Inseong yang merupakan sepupu dari Jaeyoon.

Jaeyoon memang saat ini tengah berkunjung ke rumah orangtuanya dikarenakan ada hajatan yang akan diselenggarakan oleh paman dan bibinya beberapa hari lagi. Ia diminta oleh kedua orangtuanya untuk pulang ke kampung halaman beberapa hari sebelum acara dilangsungkan.

Dan saat ini di kediaman orang tuanya ramai berkumpul beberapa sanak saudaranya yang lain. Termasuk Inseong.



"Almarhum meninggal beberapa jam setelah si adek tadi keadaannya membaik, rumah mereka berdekatan pula. Kalau bukan karena yang ganggu adek kecil tadi pindah ke almarhum, ya apa lagi?" ucap Inseong memberikan sedikit penalaran.


Sebenarnya, sebelum meninggal tadi Jaeyoon dan keluarganya sempat menjenguk tetangganya yang meninggal tersebut, dan baru saja mereka kembali ke rumah tiba-tiba keluarga dari almarhum berteriak-teriak mengatakan bahwa almarhum yang baru saja dijenguk telah menghembuskan napas terakhirnya.



"Ya bisa aja kan karena emang sakitnya itu udah parah?" ucap Jaeyoon mencoba menimpali.

Inseong menganggukan kepalanya.

"Bisa. Malah lebih masuk akal begitu. Tapi bukan berarti kemungkinan lain nggak bisa disebutin kan?"

"Kemungkinan pindah tadi?"

Inseong kembali menganggukan kepalanya.

"Lima sampai tujuh menit dari sini, kalau lo naik motor, lo bakal sampe di salah satu tempat wisata baru. Nah entah penghuni yang ada di itu tempat marah atau emang si pemborongnya butuh tumbal, menurut salah satu sesepuh yang bisa lihat, mereka beberapa kali mergokin makhluk nggak kasat mata terus muter-muter di area sekitar pemukiman kita.

Salah satu sasarannya ya balita tadi, beruntung si adek banyak yang jagain dan buru-buru diobatin. Nah kalau almarhum tadi, menurut ibunya, setelah lo pulang tadi, almarhum ditinggal sendiri di kamarnya dan nggak buru-buru diobatin kayak si adek. Jadilah almarhum kena."



Jujur saja Jaeyoon merasa merinding mendengarnya. Ia tahu bahwa hal-hal seperti ini masih sering terjadi di area perkampungan seperti kampung halamannya. Hanya... ia masih tak terlalu biasa dengan hal semacam ini. Well, bukan salahnya yang sudah dari kecil tinggal di daerah ibukota.




"Gua lebih percaya kalau almarhum meninggal karena sakitnya," ucap Jaeyoon kemudian. Berusaha menghilangkan prasangka-prasangka lain akan kematian tetangganya tersebut.

"Ya terserah lo sih, kita-kita mah cuma ngasih tahu doang," ucap Inseong sembari menatap saudara mereka yang lainnya yang kebetulan turut berada di rumah orang tua Jaeyoon juga.

shudder; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang