[116 - lost]

1.5K 411 15
                                    

"Kayaknya cincin aku hilang deh!" ucap Nakyung sembar menghentikan langkahnya.

"Cincin?"

"Iya, cincin yang biasa aku pake. Jangan bilang kamu nggak tahu!"

Nakyung menekuk wajahnya. Sudah ia kehilangan cincin, pertanyaan yang dikeluarkan Chanwoo barusan membuatnya makin kesal.

"Cincin emas putih yang ada permata di atasnya, peninggalan nenek aku."

"Oh, yang katanya bisa jagain kamu itu?" tanya Chanwoo yang diangguki oleh Nakyung yang terus melihat ke bawah sembari mencari-cari cincinnya.

"Kita cari besok aja. Sekarang udah mau gelap. Gimana?" usul Chanwoo.

"Nggak bisa, kalau sampe itu hilang, nenek aku bisa marah!" ucap Nakyung lagi yang kemudian berjalan ke arah lain, meninggalkan Chanwoo. Nakyung ingin mencari cincinnya di tempat lain.

Nakyung dan Chanwoo, keduanya tengah berada di salah satu area perkebunan teh yang ada di area Puncak. Keduanya tengah berlibur bersama beberapa teman mereka. Dimana beberapa jam yang lalu memutuskan berpisah dari rombongan karena ingin mengeksplor area kebun teh yang sangat indah pemandangannya ini.

Nakyung terus berjalan, mengikuti jalan setapak yang ia lalui tadi. Ia menghela napas jengkel, bingung harus mencari bagaimana di area yang luas seperti ini. Terlebih dia sudah berjalan ke sana ke mari sedari tadi.
 
 
 
HAP!
 
 
 
Nakyung menoleh. Bahunya baru saja ditepuk.

 
 
 
"Kalian tidak boleh ada di sini! Ini area terlarang!"
 
 
 
Nakyung menatap intens wanita tua berpakaian serba putih dengan sebuah tudung di kepala yang berdiri di hadapannya.

"Saya mau cari cincin saya yang hilang," ucap Nakyung.

"Kalian tidak boleh ada di sini! Ini area terlarang!"

Wanita tua itu berseru sekali lagi. Membuat Nakyung memundurkan langkahnya dan memutuskan kembali pada Chanwoo.

"Kayaknya mending kita cari besok aja deh," ucap Nakyung pada Chanwoo.

"Kenapa?"

"Uhm, udah mau gelap kan? Dan kata ibu-ibu tadi-"

"Ibu-ibu? Dimana?" potong Chanwoo.

Nakyung mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah kanan. "Itu, di sa-" Kening Nakyung mengerut. Sosok wanita tua yang tadi dilihatnya sudah tidak ada.

"Udah lah, pokoknya mending kita balik sekarang. Takut ditungguin sama anak-anak juga," putus Nakyung yang diangguki oleh Chanwoo.

"Besok pagi-pagi kita ke sini, kita pinjem metal detector dari pihak penginapan, biar gampang nyarinya. Oke?"

Nakyung menganggukan kepalanya mendengar saran Chanwoo.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
"Mau kemana?" tanya Nakyung ketika Chanwoo menyuruhnya masuk dan menunggu di dalam mobil.

"Toilet bentar, aku kebelet. Kamu tunggu sini ya?"

"Ya udah, jangan lama-lama tapi," ucap Nakyung sebelum Chanwoo pergi meninggalkan dirinya.

Nakyung menekan tombol lock untuk mengunci pintu mobil Chanwoo. Ia menggeretakan jari tangan kanannya di atas dashboard. Memikirkan bagaimana marahnya Sang nenek bila cincin yang diberikan padanya tidak ketemu.

"Abis deh gue!" rutuknya lagi.
 
 
 
TUK! TUK!
 
 
 
Kening Nakyung berkerut. Ia sempat berjingkat kaget ketika mendengar suara ketukan dari kaca mobil dan melihat wajah sosok wanita tua yang dilihatnya tadi tepat di balik jendela mobil.

"Saya menemukan sesuatu. Mungkin itu milik kamu," ucap wanita tua itu.

"Cincin?" tanya Nakyung.

Wanita tua itu mengangguk-anggukan kepalanya.

Nakyung tersenyum. Ia menekan tombol untuk membuka kunci pintu mobil dan keluar dari sana.

"Makasih," ucap Nakyung sembari mengulurkan tangan. Bermaksud untuk menerima barang yang dimaksud oleh wanita di hadapannya ini.

"Tutup mata kamu."

"Hah?" Nakyung bingung. Wanita tua itu tersenyum.

Tak mau berlama-lama berurusan dengan orang asing, Nakyung menuruti permintaan wanita paruh baya itu dengan tangan masih terus terulur.

Bisa ia rasakan wanita itu meletakan sesuatu di atas tangannya.

Sialnya itu bukan cincin.

Melainkan potongan jari manusia.

Dimana terdapat tato bertuliskan namanya.

Nakyung berteriak.

Buru-buru ia masuk ke dalam mobil dan menekan tombol kunci.

Itu jari Chanwoo.

Chanwoo mempunyai tato kecil bertuliskan namanya di jari telunjuk kanannya.

Nakyung terus berteriak, sementara wanita tua itu terus tertawa seiring dengan langit yang semakin gelap.

shudder; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang