1. ADA KAMU DI SANA
Jika dirimu datang dan pergi, mengapa Tuhan masih memberikan kesempatan aku hidup tanpa dirimu?
Bukankah kita pernah berjanji kalau hidup kita akan selamanya bersama?
Ternyata aku salah menduga, Tuhan membolak-balik hatimu yang menunjukkan adanya kepergian.
* * *
NADEER atau orang-orang biasa memanggilnya Dira, tampak memandang sedih sahabat di hadapannya ini. Ingin sekali Dira menonjok seseorang yang membuat sahabatnya menangis detik ini juga.
Tapi bisa apa Dira jika dirinya saja tidak mengenal siapa cowok berengsek itu?
"Lika, udah, lo jangan nangis terus kayak gini dong!" pinta Dira mencoba menyemangati sahabatnya yang bernama Lika itu. "Masih banyak cowok di luar sana yang lebih baik dari mantan lo."
"Iya, Dir, tapi gue masih gak nyangka kalau dia selingkuh di belakang gue dan kemarin udah di titik puncak kemarahan gue." Lika masih saja mengeluarkan air matanya, sebenarnya ia sedang meluapkan amarahnya. "Gue capek, Dir."
Sayangnya Lika tidak bisa marah melainkan melampiaskan itu menjadi tangisan.
Jelas saja semua perempuan pasti akan kecewa jika pasangannya selingkuh. Tapi Dira belum merasakan itu, hanya saja dengan naluri perasaan perempuannya ia sudah tahu perasaan cinta Lika begitu tulus kepada cowok itu.
Dira berharap ia tidak akan pernah merasakan hal menyakitkan seperti yang dirasakan Lika karena dirinya seorang perempuan, memiliki hati, dan mudah terluka. Meski dirinya sekarang sedang menyemangati Lika, mungkin saja jika Dira berada di posisi Lika, ia akan lebih menderita lagi dibanding sahabatnya yang kuat itu.
"Lika. Tuhan itu menciptakan kehidupan bukan untuk dijadikan sebagai tempat satu-satunya lo bisa memilih satu pilihan, karena sebenarnya Tuhan juga baik dengan memberi lo banyak pilihan. Lo yang harus cari tau sendiri mana yang terbaik, Lik. Setelah lo tau pilihan awal itu gagal, lo bisa memilih pilihan selanjutnya. Dan Tuhan buat lo sadar kalau hidup lo itu gak akan pernah gagal cuma karena lo gak bisa dapat dipilihan awal."
Senyuman manis Dira berikan kepada Lika. Banyak orang bilang, perasaan menenangkan dari seseorang bisa menyebar kepada orang lain. Dira akan melakukan itu. Dira ingin memberikan perasaan positif dengan kebahagiaan yang ia miliki kepada Lika.
"Lo itu sahabat gue atau malaikat sih, Dir?"
"Kok gue disamain sama malaikat?"
Lika tersenyum. "Lo terlalu baik. Lo sahabat terbaik yang gue punya, Dira."
"Ah jadi tersanjung gue," kekeh Dira mendapat pujian dari sahabatnya. "Ini yang gue harapin dari tadi lo itu harus senyum, Lik, kan jadi makin cantik."
Lika mengusap air matanya dan merapikan beberapa buku di atas mejanya. "Jam berapa sekarang?" tanyanya menyadari dalam kelas sudah kosong dan menyisakan mereka berdua.
"Jam lima," jawab Dira dengan senyuman di wajahnya. "Saking frustrasinya lo sampai gak sadar udah nangis dua jam di sini."
"Ya ampun!" seru Lika terkejut dengan keadaan dirinya sekarang. Pulang sekolah jam tiga sore sementara mereka berdua bertahan di dalam kelas selama dua jam hanya untuk menangisi hal sepele ini. "Gue gak nyangka pengaruh cowok kayak dia kuat juga sampai buat gue begini."
Dira tertawa mendengarnya. "Gak apa-apa, Lik, harusnya nih dia yang menyesal udah sia-siain perasaan cinta tulus lo."
Lika mengangguk. "Makasih ya, Dir, lo selalu punya cara buat gue berhenti nangis. Seakan-akan Tuhan menghadirkan lo di dunia ini untuk jadi malaikat yang berguna buat semua orang."
"Hiperbola lo terlalu tingkat tinggi, Lik, sampai bawa-bawa gue jadi malaikat segala." Dira tidak pernah merasa menjadi orang baik dan berguna buat semua orang. Ia hanya ingin menjadi seseorang yang memiliki perasaan ikhlas menghadapi dunia ini dan itu sudah cukup mampu membuat Dira bahagia.
"Iya, serius. Kalau perlu Tuhan harus jadiin lo bidadari supaya lo jadi yang paling cantik kalau meninggal nanti."
"Ih, lo doain gue meninggal?"
Lika tertawa. "Bukan gitu, maksud gue, kan orang gak tau kapan mati nanti. Tapi gue harap Tuhan menempatkan lo di tempat istimewa dan menjabat jadi bidadari kalau bisa."
"Ada-ada aja lo," seru Dira menggelengkan kepalanya heran dengan ucapan Lika.
"DIRA!"
Panggilan itu membuat dua gadis di dalam kelas menoleh ke arah pintu. Dira tersenyum melihat seseorang yang sejak tadi menunggunya dan ia menoleh ke arah Lika. "Gue duluan ya, Lik."
"Sekali lagi makasih, hati-hati di jalan, Dir!"
"Sama-sama." Dira pergi mendekati orang itu dan senyuman manis masih tercipta di wajahnya.
"Udah selesai, Dir?" tanyanya ketika melihat Dira sudah berada di hadapannya.
"Udah," jawab Dira semangat. "Kamu tunggu berapa lama di sini?"
"Dua jam sesuai kamu berhasil berhentiin tangis sahabat kamu."
"Kenapa masih tahan tunggu dua jam?"
"Simpel, Dira," jawabnya. "Karena ada kamu di sana."
"Ada siapa?" tanya Dira pura-pura tidak mendengar.
"Ada bidadari di sana," bisiknya tepat di telinga Dira.
"IH, GENOA BERCANDA MULU!"
Tawa terdengar. "Kamu yang buat seorang Genoa ingin memuji terus."
* * *
Jadi Genoa ini termasuk kategori cowok fakboy gak?😂
Tapi kalau ganteng gimana dooooonggg huhu😂😂😂
Gantengnya kayak gimana sih emang???
Kayak gini!!!!
Masih tahaannn kan sama cowok fakboy kalau mukanya seganteng itu😭😭😭
YUK ABSEN SIAPA YANG LAGI BACAA!!!!
Nama panggilan kamu apa?
Supaya Genoa ingat nama kalian🤭
NEXT??? SPAM KOMENTAR SUPAYA CERITA INI RAMAI YUKKK❗❗❗
SEMOGA SELALU SUKAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...