31. MAAF GENOA

696 99 1.9K
                                    

Tapi malam ini, Dira menengadah ke langit. Tanpa sadar Genoa merengkuh pinggangnya untuk mendekatkan jarak mereka. Menghapus sisa udara yang seharusnya tak lagi menjauhi perasaan sepasang kekasih ini.

Jaket Genoa yang dipakai oleh Dira seolah makin menghangat ketika sang pemiliknya malah memeluk langsung.

"Apa yang gue ucapin ke lo sebelum gue mengalami kecelakaan?" bisik Genoa tepat di telinga Dira. Dan jarak sedekat itu Dira dapat melihat jelas raut wajah Genoa yang selalu terpaku kepadanya.

"Kamu merasakan ketakutan." Dira membalas tapi ia jadi mengingat kembali Genoa mengucapkan hal itu kepadanya. Dira tidak pernah berpikir kalau ketakutan Genoa itu ....

"Ketakutan kamu ternyata menjadi ketakutanku."

Genoa mengusap air mata yang mengalir di pipi Dira. Ia akan memastikan bahwa tidak ada air mata yang jatuh sia-sia. Ia tidak mau air mata itu bertemu dengan tanah, sebelum akhirnya tangan Genoa yang berhasil menghapusnya.

"Kamu bilang. Kalau Tuhan gak menciptakan kita bersama, kamu gak tau bakal sekacau apa," ujar Dira mengingat setiap ucapan Genoa saat itu. "Tapi ternyata kamu gak merasakannya, Gen, aku yang rasain kekacauan itu. Aku yang kehilangan kamu."

Dira memeluk Genoa. Menangis sejadi-jadinya, menumpahkan seluruh kekesalannya atas takdir yang membuatnya harus berusaha menyiapkan hati dan pikiran.

"Dulu, kamu yang berusaha untuk mendapatkan cintaku. Untuk membuat aku jatuh cinta. Kamu berhasil. Kamu memang berhasil memenangkan perasaanku.

"Tapi ketika sekarang Tuhan membalikkan semuanya. Aku gak tau harus melakukan apa, aku gak tau caranya mendekati laki-laki. Aku gak tau caranya supaya kamu juga mencintaiku. Membuat perasaan seseorang yakin, aku gak bisa.

"Aku bukan bidadari atau malaikat yang selalu bisa menghadapi segala hal menimpanya. Aku bukan mereka. Aku cuma Dira yang bisa mencintai Genoa. Cuma Genoa. Karena bukan cuma jatuh, aku sudah terperangkap dengan cinta Genoa."

Dira makin mengeratkan pelukannya. "Tapi kamu bukan Genoa yang aku tau. Kamu Genoa baru. Kamu Genoa yang harus aku perjuangkan. Tapi karena kamu ada di hatiku. Kamu tetap Genoa, Genoa dengan senyuman yang aku suka."

Mereka tidak mengindahkan beberapa tatapan yang bertanya mengapa Dira menangis? Dira bahkan lupa kalau di sekitarnya adalah tempat umum. Dira melupakan kalau ia sudah membasahi seragam Genoa. Ia tidak peduli, dia merasakan perih yang lebih dari perih luka.

"Dir," panggil Genoa mencoba melepaskan pelukannya.

"Biarin aku peluk kamu, Gen. Sebentar aja." Dira melemas, tenaganya terkuras habis setelah berperang batin selama ini. "Aku mau Tuhan berhentiin kisah cinta seperti ini. Egois gak, Gen? Aku gak mau merasakan kisah cinta yang menyakitkan. Ini terlalu menyakitkan buatku."

"Nggak." Genoa menolaknya. "Tuhan sudah memilih hal yang tepat."

"Kamu suka melupakan? Kamu suka gak ingat tentang kita?" tanya Dira tidak percaya dengan ucapan cowok itu.

"Lepas dulu, Dir." Genoa mencoba melepas pelukan Dira. Karena Genoa merasakan nyeri di kepalanya.

"Gen, kamu itu jahat. Kamu bisa ngomong gitu karena kamu gak rasain sakitnya. Kamu kira gampang hadapin masalah ini? Nggak Genoa!"

"Dir, berhenti!"

"Kamu jahat Genoa!"

"Please, Dir, berhenti!" Denyutan di kepala Genoa makin menjadi. Ia merasakan sakit yang hebat di kepalanya.

Dira berhenti, menyadari ada yang salah. "Kamu kenapa?"

"Kepala gue sakit, pikiran gue memaksa buat ingat, Dira." Masih mencoba menjawab sembari Genoa memegang kepalanya, menunduk menahan sakit. "Gue coba balikin ingatan itu. Tapi sakit, Dir."

Dira merasa bersalah, ia mengusap kepala Genoa berulang kali. "Maafin aku, Gen."

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang