Genoa terdiam memperhatikan Dira. Ia melirik ke arah dirinya yang sedang berteduh setelah berhasil membawa Dira ke depan toko tutup.
Genoa kembali menoleh ke Dira yang masih asik bermain air hujan-yang berjatuhan mengenai wajah dan tangannya. Cukup lama Genoa memperhatikan Dira, merasakan ada yang janggal ketika memperhatikan sikap Dira sejak tadi.
Seolah sedang merasakan bagaimana Dira melihat dirinya saat hilang ingatan dan bersikap menjadi orang lain.
Rasa yang tidak nyaman. Genoa menundukkan kepalanya, jadi seperti ini rasanya berhadapan dengan orang yang sikapnya sudah berubah. Genoa merasa marah pada dirinya sendiri karena memaksa Dira menerima dirinya yang baru.
"Dir."
Dira menghentikan kegiatannya dan memperhatikan Genoa dengan wajah bingung. "Ada apa, Gen?"
"Aku gak suka kamu yang ada di hadapanku sekarang, Dir."
"Kenapa?"
"Sok kuat."
Dira tersenyum ke arah Genoa, ia kembali meraih tangan cowok itu untuk mengikuti langkahnya. Genoa kembali sadar tempat yang ia datangi sekarang kembali berubah.
Sekarang Genoa dan Dira sedang berada di rumah sakit. Genoa melihat Dira, Lika, keluarganya, dan keluarga Dira sedang menangis di sana. Terutama Dira dan mamanya.
Secepat mungkin Genoa menghampiri mereka. Ia tidak percaya dengan yang dilihatnya sekarang, walau dirinya bingung tapi setelah mendengar ucapan Dira tentang yang dilihatnya kali ini adalah saat kecelakaan itu.
"Itu aku, Gen. Yang sedang merasa takut kehilangan kamu."
Genoa kembali memperhatikan Dira yang tak henti-hentinya menangis. Ia juga memperhatikan mamanya sedang menangis sembari dipeluk papanya.
Dira mengajak masuk ke dalam ruangan yang saat itu Genoa tersadar. Ia memperlihatkan semuanya kepada Genoa. "Ternyata dari awal aku masuk kamu hanya menatap Lika, Genoa."
"Tapi itu karena aku amnesia, Dir."
"Iya, aku paham."
"Ingat! Aku cuma cinta kamu."
"Iya, aku ingat Genoa."
Pembicaraan mereka kali ini sangat tidak Genoa sukai. Ia juga tidak menyangka pada dirinya sendiri bisa tertarik melihat Lika.
Walau pada kenyataannya cintanya untuk Dira akan selalu ada. Sampai sekarang perasaan itu tidak akan pernah hilang dari hatinya.
"Dira yang kamu bilang tadi sok kuat, apalagi Dira yang sedang nangis di sana?"
Genoa tertegun. Memang benar-benar menyakitkan merasakan berada diposisi Dira. Lagi dan lagi Dira kembali menarik Genoa menjauh untuk mengikuti langkahnya.
Tempat kali ini pun berbeda, banyak sekali angin, lalu terdengar sekali bunyi ombak yang sedang memecahkan keheningan di antara dua pasangan yang sedang berada di dermaga.
Namun tanpa Genoa duga, ia melihat dirinya sendiri meninggalkan Dira yang sedang menangis di ujung dermaga. Tidak habis pikir mengapa Genoa bisa sejahat itu sampai membuat Dira menangis sangat terpukul.
Untuk kali ini Genoa yang menggenggam Dira lebih dulu, membiarkan tangisan Dira yang sedang menghadap ke laut, karena sekarang fokusnya kepada Dira yang berada di sampingnya.
"Maaf, Dira."
Dira tersenyum. "Kamu tau, Gen. Aku selalu memaafkan kamu."
Genoa kini mendekatkan wajahnya, bersiap mencium pipi Dira, dan dalam waktu yang cukup lama akhirnya Genoa menjauhkan wajahnya.
Ia menatap Dira sekali lagi, tersenyum senang karena sudah lama dirinya tidak mencium gadis yang sangat ia cintai.
Dira malu. "Kamu selalu begitu, Gen. Buat aku mudah untuk jatuh cinta berkali-kali ke kamu."
"Karena Dira memang hanya untuk Genoa." Genoa mengecup singkat tangan Dira dengan perasaan yang sangat bahagia. "Jangan pergi dariku ya, Dir!"
Tetapi Dira tidak menjawab dan kembali menarik Genoa untuk datang ke tempat yang kali ini masih berbeda. Bahkan rasanya Genoa mencoba mengingat, tidak pernah dirinya datang ke tempat ini.
Mungkin tempat yang tadi dirinya sudah tahu tapi sekarang Genoa bingung mengapa Dira mengajaknya ke tempat ini?
"Dir, kita di mana?"
"Itu aku, Gen!"
Genoa mengikuti arah pandang Dira. Di sana Dira sedang mengayuh sepedanya dan dirinya melihat Jiwa di belakang gadisnya. Namun Jiwa berhenti tapi Dira tetap mengayuh sepedanya.
Awalnya Genoa tidak merasa aneh namun lama-lama rasanya seperti ada yang janggal.
Genoa membulatkan matanya. "Di sana ada mobil," pandangannya kembali tertuju pada Dira. "Dira berhenti!"
Namun mendadak Dira menarik tanggannya. "Jangan bantu aku, Gen."
"Aku gak bisa biarin gitu aja, Dir. Aku harus tolong kamu."
Sementara Genoa mencoba berlari menghampiri Dira yang sibuk dengan sepedanya tanpa tahu kalau sebentar lagi-dari arah samping ada mobil yang melaju begitu cepat.
Napas Genoa memburu saat dirinya mencoba berlari menghampiri Dira dan menolong gadisnya. Ia tidak akan membiarkan Dira kenapa-kenapa karena lebih baik dirinya yang terluka.
Bukan cintanya.
"DIRA!"
"DIRAAA!"
* * *
VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK MUNGKIN!
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...