Aku pikir ini tak adil, sedikit lupa dan kamu pasrah melukai. Jika aku hilang kamu tak perlu cari. Sampai akhirnya aku menemukan siapa yang pantas memahami.
* * *
DIRA membuka pintu kamarnya ketika seseorang mengetuk pintu. Di sana mamanya melemparkan senyuman melihat anak kesayangannya yang sudah cantik untuk siap berangkat ke sekolah.
"Kenapa, Ma?" tanya Dira yang bingung pagi ini. "Tumben pagi-pagi Mama datang ke kamar Dira."
Mamanya masih saja tersenyum. "Ada yang jemput kamu tuh."
"HAH?" Dira terkejut mendengar itu. Gak mungkin Genoa, kan?
Sejak Dira memutuskan untuk menjauh dari Genoa, cowok itu tak pernah lagi menjemputnya. Mungkin kalau pulang sekolah Genoa masih bisa memaksanya untuk pulang bersama. Namun, cowok itu pasti akan bersama Lika.
Mencoba bertanya, Dira hati-hati mengatakannya. "Siapa, Ma?"
"Aduh, Mama lupa tanyain namanya. Coba kamu liat aja!" ucapnya merasa salah. "Tapi ganteng loh temen kamu itu."
Alis Dira menyatu, mamanya tidak tahu namanya? Apa mungkin itu bukan Genoa?
"Mama baru sadar, Genoa ke mana Dir? Kok pacar kamu gak kelihatan sih?" tanya Mamanya tampak bingung.
Dira tersenyum kecil. "Genoa ada kok, Ma," jawabnya mencoba tidak membahas topik ini. "Dira berangkat dulu ya, Ma."
Setelah berpamitan dengan mamanya, Dira langsung bergegas keluar untuk menemui siapa orang yang menjemputnya. Namun ketika melihat ke depan gerbang Dira sukses terkejut melihat siapa orangnya.
Itu Jiwa. Dia tersenyum ke arah Dira. Cowok itu terlihat bersemangat ketika Dira melangkah ke arahnya. Dira terkejut karena Jiwa datang ke rumahnya bahkan cowok itu tidak pernah sebelumnya mengetahui di mana alamat rumah Dira.
"Jiwa?" tanya Dira memastikan apa yang ia lihat sekarang.
"Iya, gue di sini mau jemput lo." Jiwa menampilkan wajah yang bersemangat dengan senyuman yang tak pernah ia ciptakan sebelumnya. Senyuman seseorang jatuh cinta itu berbeda dan pastinya bercampur rasa malu.
Dira memperhatikan apa yang dipegang oleh Jiwa. "Naik sepeda?"
Jiwa mendadak gugup. "Iya, gue bawa dua sepeda," ucapnya melirik sepeda yang ia naiki dan sepeda di tangannya. "Satunya buat lo. Lo bisa naik sepeda, kan?"
Belum menjawab, Dira tampak kesulitan untuk merespons. Ada kata-kata namun ia bingung menjelaskannya. "Lo naik sepeda setiap hari?"
Jiwa mengangguk. "Ya, setiap hari gue naik sepeda. Sepeda yang ini gue pinjam ke teman. Lo bisa naik sepeda gak? Atau gue bonceng sampai sekolah?"
Dira menerima sepeda dari Jiwa. "Gue bisa naik sepeda kok," jawabnya. "Ini pertama kalinya gue berangkat sekolah naik sepeda."
"Pengalaman baru," balas Jiwa senang ketika melihat Dira naik ke atas sepeda yang ia bawa. "Siap berangkat?"
Dira mengangguk dan tersenyum. Mereka berdua mulai mengayuh sepeda itu. Saling bersebelahan, Dira terlihat sangat bersemangat mengayuh sepedanya.
"Gue senang lihat lo senyum," seru Jiwa memperhatikan Dira dari samping.
"Iya gue senang banget naik sepeda." Dira menjawabnya. "Gue gak tau kalau lo naik sepeda. Dan gimana bisa lo tau rumah gue?"
"Gampang," jawab Jiwa singkat. "Yang penting sekarang lo ada di samping gue."
Dira tertawa membalas ucapan cowok itu. "Jarang ada cowok yang naik sepeda. Apalagi jemput cewek, tapi jujur gue suka."
Mendengar itu siapa yang tidak senang? Jiwa bahkan sangat sangat senang. Dira yang terlalu semangat mengayuh jadi berada di depan lebih dulu. Jiwa mengejar ketertinggalannya menghampiri Dira.
Jiwa tahu kepada siapa ia tepat menjatuhkan hatinya. Walaupun sepeda itu bukan miliknya tapi ia senang karena teman-temannya mau meminjamkan untuknya.
"Maaf, Dir, gue gak punya motor. Kalau gue punya motor mungkin gue bisa jadi cowok lain yang lo maksud."
"Gak perlu!" tegas Dira menjawab. "Tetap jadi Jiwa kayak sekarang."
Jiwa memelankan lajunya, tersenyum. "Gue berharap semoga gue bisa dekat terus sama lo, Dir," gumamnya yang tidak pernah didengar oleh Dira.
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...